
Pemakaman jenazah ibu seorang tokoh da'wah di Gaza yang 'mengantarkan' kami ke makam para syuhada utama Palestina. Foto: Sahabat Al-Aqsha
JALUR GAZA, Senin (Sahabatalaqsha.com): Beberapa hari yang lalu kami diajak mengantarkan jenazah ibu seorang tokoh da’wah di Madinah Gaza (semoga Allah mengampuni semua dosanya). Rupanya, bukan hanya kami yang mengantarkan jenazahnya, justru jenazah Almarhumah juga ‘mengantarkan’ kami ke makam para Syuhada Utama.
Sesudah mengantarkan jenazah Almarhumah ke liang lahad di pemakaman Syeikh Ridwan di tengah Madinah Gaza, kami diajak singgah di makam Syeikh Ahmad Yasin, pendiri Hamas; makam Dr. Abdul Aziz Ar-Rantisi, pelanjut kepemimpinan Syeikh Yasin yang dibunuh kurang dari sebulan sesudah syahidnya Syeikh Yasin; makam Syeikh Shalah Syahadah, pendiri pasukan khusus Hamas Brigade Asy-Syahid Izzuddin Al-Qassam; dan makam Sa’id Shiyam, Menteri Dalam Negeri Palestina di Gaza.
Allaahummarham syuhadaa’anaa… Ya Allah, sayangilah para syuhada kami.

Syeikh Ahmad Yasin. Foto: WikiMedia

Makam Syeikh Ahmad Yasin yang mati syahid bersama sembilan orang jamaah shalat subuh lainnya. Foto: Sahabat Al-Aqsha
Terbayang oleh kami lebih dari 200 ribu orang rakyat Palestina mengantarkan jenazah Syeikh Yasin di hari penguburannya. Pria bernama lengkap Ahmad Ismail Hasan Yasin itu habis-habisan berjuang mentarbiyah para pemuda di lebih separuh hidupnya dengan Islam (1937-2004).
Syeikh Yasin lumpuh dan hampir buta sejak berusia 12 tahun. Di atas kursi rodanya beliau disasar oleh helikopter Zionis Yahudi dengan tiga roket, yang dengan izin Allah, membunuhnya, kedua pengawalnya, dan sembilan orang lain yang baru selesai solat subuh bersamanya, di Masjid Mujamma’ Al-Islami.
Kesalahannya?
Membangkitkan kesadaran dan menggerakkan rakyat Palestina untuk melawan kezhaliman penjajahan Zionis Yahudi atas seluruh rakyat di tanah suci itu dan Masjidil Aqsha.

Dr. Abdul Aziz Al-Rantisi, dokter spesialis anak, pelanjut kepemimpinan Syeikh Yasin. Foto: Qassam

Makam Dr. Abdul Aziz Al-Rantisi. Secara khusus minta supaya di atas makamnya tak dibangun apa-apa. Foto: Sahabat Al-Aqsha
Abdul Aziz Al-Rantisi, penerus kepemimpinan Syeikh Yasin sangat terkenal dengan ucapannya di hadapan para wartawan, “Setiap orang akan mati, kita semua sedang menunggu kedatangan hal yang pasti itu. Semua orang akan mati baik karena serangan jantung atau karena serangan Apache (helikopter Israel bikinan Amerika Serikat). Saya lebih suka mati karena serangan Apache…”
Kurang dari sebulan sesudah syahidnya Syeikh Yasin, Allah mengabulkan harapan dokter spesialis anak itu. Iapun mati syahid karena serangan helikopter laknat itu saat berada dalam mobil, bersama seorang pengawal dan dua orang lainnya. Usianya 56 tahun saat dianugerahi syahid oleh Allah.

Shalah Syahadah. Foto: Istimewa
Makam ketiga yang kami singgahi ialah, makam Syeikh Shalah Syahadah. Saking gregetannya Perdana Menteri Zionis waktu itu Ariel Sharon, satu kampung dihujani bom dan tembakan dengan pesawat F-16 bikinan Amerika Serikat hanya untuk membunuh beliau, pada hari Senin malam, 22 Juli 2002, jam 11 lewat 40 menit.
Akibatnya, selain Syeikh Shalah, 16 orang lain juga terbunuh dan syahid ditambah 176 orang luka-luka. Karena lukanya yang parah, Syeikh Shalah meninggal keesokan harinya.
Syeikh Shalah dikuburkan berempat dengan istrinya Laila, putrinya Iman, dan pengawalnya Zahir.

Syeikh Shalah Syahadah dimakamkan bersama istri, putri dan pengawalnya karena begitu hancurnya tubuh-tubuh mereka, sehingga yang dimakamkan hanya potongan-potongan saja. Foto: Sahabat Al-Aqsha
Wah, apa muat?
Ya muat. Karena yang dimakamkan hanya potongan-potongan daging dan tulang mereka. Begitu hancurnya tubuh-tubuh mereka sampai tak ada lagi bagian yang utuh, seperti kepala maupun badannya.
Begitu juga Sa’id Shiyam yang paling belakangan mati syahid. Juga dikuburkan bersama anaknya Muhammad, dan saudaranya Iyad.

Sa'id Shiyam, Menteri Dalam Negeri yang mati syahid bersama ribuan rakyatnya. Foto: Istimewa
Pria kharismatik ini menteri dalam negeri sejak rakyat Palestina memilih Hamas (2006) untuk memimpin negeri mereka yang masih terjajah. Syahid diberikan kepadanya di Jabaliya di salah satu hari ketika Zionis Israel mengerahkan serangan besar-besaran atas Jalur Gaza di musim dingin 2008-2009.

Sa'id Shiyam juga dimakamkan bersama serpihan jenazah anak dan pengawalnya. Foto: Sahabat Al-Aqsha
Seorang ulama muda Gaza yang menemani kami tak kuasa menahan tangis di depan makam-makam ini. Abu Ahmad mengatakan kepada kami, “Dr Rantisi berpesan khusus agar di atas makamnya tidak usah ada apa-apa…”
Hanya ada semen kasar sebagai tanda. Batang-batang semak kering menyelimuti sebagian makam itu. Tapi kami bisa merasakan… di sebelah sana, keempat Syuhada Utama Palestina ini sedang menikmati janji-janji Allah dan Rasul-Nya bagi mereka, berupa pembayaran di muka sebelum betul-betul menerima ijazah Jannah Al-Firdaus.* (Sahabatalaqsha.com)