Muslimah Indonesia, Kenalkan, Ini Saudari Palestina yang Dulu Dipenjara Penjajah
20 March 2013, 13:59.
JAKARTA, Rabu (SahabatAlAqsha.com): Pada waktu dibebaskan dari penjara-penjara zionis ‘israel’, mereka disambut hangat dan digelar syukuran besar-besaran menghargai pengorbanan mereka dalam perjuangan panjang ini. Untuk membebaskan Masjidil Aqsha dan tanah suci Palestina, mereka rela mewakili Muslimah sedunia mempertahankan aqidah, sikap, atau kehormatan umat Islam mendekam di penjara-penjara penjajah.
Namun sesudah semua riuh-rendah itu selesai, banyak diantara mereka yang menghadapi masalah untuk kembali menjalani hidup normal. Dalam banyak kasus, mantan tawanan Palestina kerap akhirnya bercerai atau tidak menikah sepanjang sisa hidupnya.

Wafaa Al-Bis. foto: Maan News
Seperti Wafaa al-Bis, seorang mantan tahanan perempuan dari Gaza. Ia disekap di penjara zionis ‘israel’ sejak 2005 dan dihukum penjara hingga 12 tahun atas tuduhan merencanakan operasi serangan terhadap zionis. Ia dibebaskan setelah menghabiskan tujuh tahun di penjara. Kepada Maan News, ia mengatakan kini ia merasa terkucil.
“Masyarakat kami melihat para tawanan perempuan yang dibebaskan bagaikan perempuan yang habis diperkosa. Pertanyaan saya apa mereka berpikir tawanan wanita ini diperkosa dengan sukarela atau diperkosa dalam keadaan kedua tangannya diikat,” ujarnya.
Wafaa memiliki luka bakar tingkat tiga dari sebuah insiden dan ia kesulitan mendapatkan perawatan medis karena statusnya sebagai mantan tawanan. Ia juga mengatakan kesulitan memenuhi keperluan-keperluan pokoknya dan mendapatkan pengobatan yang tepat. Wafaa telah menghubungi sejumlah pejabat Palestina namun tidak ada hasil yang positif.
Dianggap Teroris
Ketika Fatima al-Ziq mulai mengambil bagian dari kegiatan perlawanan, ia adalah seorang istri dengan delapan orang anak. Ia diculik penjajah zionis ketika sedang hamil dan akhirnya melahirkan di penjara. Setelah dibebaskan, ia mengatakan semua pintu seakan tertutup untuknya dan ia harus memohon-mohon untuk mendapatkan haknya.
“Kami tidak mencari ucapan terima kasih atau pujian dari orang-orang meskipun kami menghabiskan masa muda kami di penjara karena membela tanah air. Kami yang telah berjuang di garis depan ini hanya berharap bisa diterima kembali,” ujarnya.
Zahiyya Nofal disekap di penjara zionis selama tiga tahun dengan tuduhan kepemilikan senjata dan membantu para Mujahidin Palestina. Ia ditangkap ketika masih berusia 16 tahun dan setelah dibebaskan orangtuanya berencana menikahinya dengan seorang pria Badui.
Ia kini sudah memiliki dua orang anak. Namun suaminya yang tahu kalau Zahiyya adalah mantan tawanan kerap melecehkan Zahiyya dan memanggilnya ‘teroris’. Suaminya juga mengajukan permohonan cerai dan melarang Zahiyya menemui anak-anaknya.
Lantaran buruknya perlakuan yang diterima kebanyakan mantan tahanan wanita, Ruab Rajoubi memutuskan untuk tidak menikah. Ia dipenjara selama tiga tahun pada 1996 dengan tuduhan membantu para pejuang Palestina. Ia mengungkapkan, banyak keluarga ‘malu’ bahwa kerabat perempuannya berada dipenjara.
Dala Abu Qamar juga setuju kehidupan setelah bebas adalah masa yang sulit. Setelah dibebaskan tahun 1982 silam, ia setuju dipersunting menjadi istri kedua. Dala disebut-sebut terlibat dengan FPLP (Front Rakyat untuk Kebebasan Palestina) sebuah gerakan perlawanan nasionalis-sekular. “Tak ada yang mau melamar bekas tawanan. Saya menjadi korban atas pengorbanan yang saya lakukan untuk Tanah Air. Saya bercerai setelah memiliki dua orang anak,” tuturnya.

Dala Abu Qamar foto: Maan News
Selama 45 tahun terakhir ini, diperkirakan terdapat sepuluh ribu wanita Palestina yang ditangkap di bawah perintah militer zionis. Sampai 1 September 2012, sebanyak tujuh wanita Palestina masih disekap, sesudah bertahun-tahun, di pusat penahanan atau pun penjara Zionis. Sedangkan lebih dari seratus lainnya ditangkap dan dilepaskan berganti-ganti.* (MR/ Sahabat al-Aqsha)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
