Insinyur yang Perbaiki Pembangkit Listrik Gaza itu Masih Disekap di Sel ‘Kuburan’
29 April 2013, 10:07.

Dirar Abu Sisi, (kanan) sebelum diculik di Ukraina oleh agen-agen intelijen zionis, (kiri) enam bulan sesudah disekap di penjara, kehilangan 32kg berat badan. foto: Dokumentasi Keluarga/Sahabat Al-Aqsha
JAKARTA, Senin (SahabatAlAqsha.com): LSM HAM Internasional, Tadamun menyiarkan kabar, bahwa zionis ‘israel’ menganggap tahanan Dirar Abu Sisi berbahaya sehingga harus mempertahankannya di dalam sel isolasi.
Dirar Abu Sisi adalah insinyur Gaza yang berhasil memperbaiki dan mengoperasikan kembali satu-satunya pembangkit listrik Gaza yang dihancurkan serangan zionis 2009 dalam Perang Al-Furqan.
Abu Sisi diculik agen intelijen zionis Mossad dari kereta api saat berkunjung ke negeri istrinya di Poltava, Ukraina, Pebruari 2011.
(Baca laporan Tim Sahabat Al-Aqsha mengunjungi Veronika istri Abu Sisi di Gaza, klik di sini “Akhirnya Cincin Cantik itu Tersemat di Jari Perempuan Pemberani di Gaza”)
Pengacara Tadamun, Mohamed Al-Abed menyatakan, otoritas penjara zionis ‘israel’ memindahkan tahanan Dirar Abu Sisi dari sel isolasi di penjara Ashkelon ke sel isolasi lainnya di penjara Ohli Kedar sekitar tiga bulan lalu.
Dalam sebuah pertemuan yang sangat dipersulit, Abu Sisi mengatakan kepada pengacara, kondisi penahanan di Ohli Kedar jauh lebih buruk dari yang sebelumnya ia hadapi di Ashkelon.
“Saya tidak melihat atau pun bicara dengan manusia lainnya. Kadang saya merasa berada di planet lain karena sel isolasi ini sangat kecil dan seperti kuburan tanpa ada udara, cahaya dan penuh serangga,” ujarnya. Ia menambahkan, satu-satunya yang membuatnya nyaman di tengah kesendirian dan bertahan dalam penderitaan adalah kegiatannya membaca Al-Quran setiap hari.
Penempatan tahanan Palestina ke dalam sel kecil merupakan salah satu metode penyiksaan psikologis yang digunakan zionis untuk ‘menghukum’ mereka dan menghancurkan kesehatan jiwa tahanan. Buthina Duqmaq, seorang pengacara yang bekerja pada Institut Tahanan Politik Mandela mengatakan, saat ini ada 25 tahanan Palestina yang berada di sel isolasi di penjara Ramla.
Para tawanan di sel-sel isolasi itu tidak boleh berbicara atau melihat siapa pun dan berada selama 23 jam di dalam sel. Mereka hanya diberi waktu istirahat satu jam di mana tahanan boleh keluar dari sel untuk mencari udara, namun tetap tidak diizinkan untuk berbicara dengan tahanan lainnya. Menurut Duqmaq, sel isolasi ini berdampak pada kesehatan mental tahanan dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
Abu Ghalion
Tawanan lainnya, Ammar Abu Ghalion juga disekap di dalam sel isolasi. Masyarakat Tahanan Palestina (PPS) mengatakan dalam keterangan tertulisnya kemarin (28/4) bahwa, “Penjara Raymond melanjutkan upaya isolasi Ammar Abu Galion, 34 tahun, pada hari ke-66. Ia berasal dari kota Jenin di Utara Tepi Barat. Perpanjangan ini dikarenakan Abu Galion minta dipindahkan ke penjara di wilayah Utara yang dekat dengan rumahnya agar ibunya yang berusia 78 tahun bisa mengunjunginya.”
Abu Ghalion mengatakan kepada pengacara PPS yang mengunjunginya, pihak penjara sengaja memindahkannya ke penjara lain di Selatan. Di sana ia juga dikenakan denda 800 shekel (sekitar US$ 220), tanpa alasan yang jelas.
Abu Ghalion mengatakan, ia sudah tiga kali melakukan aksi mogok makan sebagai bentuk protes namun pihak penjara tidak menanggapi. Mereka malahan semakin menyiksanya. Abu Ghalian sudah pernah disekap di penjara zionis. Ia kembali ditangkap penjajah zionis pada 2008 dan dijatuhi hukuman penjara selama 14,5 tahun.* (MR/ Sahabat al-Aqsha)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.

 
                         
                         
                         
                         
                        