Ujian untuk Ribuan Nelayan Gaza Masih Berlanjut

8 February 2014, 08:15.
Arsip foto ini menunjukkan Kapal nelayan Gaza yang berasap tebal, terbakar karena ditembaki patroli kapal perang zionis israel. foto: IMEMC

Arsip foto ini menunjukkan Kapal nelayan Gaza yang berasap tebal, terbakar karena ditembaki patroli kapal perang zionis israel. foto: IMEMC

JALUR GAZA, Sabtu (World Bulletin): Dua minggu lalu, ketika seorang nelayan Palestina Muhammad Al-Najjar melihat sekelompok ikan kakap di laut Gaza, ia mulai mengelilingi ikan-ikan tersebut dengan jaring pancingnya. “Hati saya seolah menari karena gembira saat melihat sekelompok ikan yang luar biasa ini,” kata Al-Najjar.

Tetapi, tiba-tiba kapal laut penjajah zionis ‘israel’ mendekat, mengusir ikan-ikan tersebut sebelum Al-Najjar mengangkat jaringnya. “Mereka menyuruh saya kembali ke pantai tanpa peduli bahwa saya masih berada di wilayah yang diizinkan.” Setelah itu, tentara zionis ‘Israel’ menyemprot kapal Al-Najjar dengan tembakan air yang mengakibatkan anaknya menderita sakit punggung parah.

Bangkrut

Selama bertahun-tahun, secara bertahap, zionis mengurangi batas nelayan Gaza melaut hingga hanya tiga mil dari tepi laut. Setelah gencatan senjata yang mengakhiri delapan hari perang dengan Hamas pada akhir 2012, zionis kemudian meningkatkan zona perikanan hingga enam mil laut.

Peningkatan zona untuk melaut ini menyebabkan Jamal Bakir, seorang nelayan Palestina, menginvestasikan 40.000 dolar Amerika untuk menambah perlengkapan memancingnya. Dalam beberapa bulan pertama, ia dan 22 orang krunya mendapatkan hasil tangkapan ikan yang baik.

Akan tetapi, Bakir kemudian menyadari permasalahannya bukan hanya zona batas melaut. Konflik Mesir menyebabkan ditutupnya terowongan yang menjadi jalur distribusi kebutuhan pokok rakyat Gaza, termasuk bahan bakar untuk kapalnya. Kini, Bakir terpaksa membeli bahan bakar ‘Israel’ dengan harga 7 shekel (23.700 rupiah) dari sebelumnya 3 shekel (10.000 rupiah) per liter dari Mesir. “Kami sekarang bangkrut dan tidak mampu membayar utang,” kata Bakir.

Pengangguran

Nezzar Ayyash, kepala persatuan nelayan Gaza, mengatakan, 80 persen rakyat Gaza yang bekerja di industri perikanan kini menganggur karena pengepungan zionis dan ketiadaan bahan bakar dari Mesir yang lebih murah.

Salah satu nelayan yang berhenti melaut adalah Hazem Meqdad, seorang ayah dari empat anak. Menurut Meqdad, ketika kapal nelayan boleh melaut hingga 12 mil dari pantai Gaza, Meqdad bisa mendapat penghasilan 500-1000 shekel (1.700.000 – 3.400.000 rupiah) per hari. Setelah zionis membatasi wilayah melaut dan bahan bakar menjadi langka, ia lebih sering pulang ke rumah dengan tangan hampa.

“Hari-hari ini, tidak ada bahan bakar dan tidak ada ikan,” kata Meqdad yang kini bekerja sementara memperbaiki mesin kapal. Upah pekerjaannya kini kurang dari 10% dari penghasilannya saat melaut, yakni hanya 60 shekel sehari. Dengan kondisi biaya hidup di Gaza yang serba mahal akibat pengepungan, upah tersebut terasa kurang untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.

“Meskipun pekerjaan saya saat ini memalukan, tetapi tetap saya jalani. Karena jika sekarang saya melaut, bahkan tidak akan bisa menghasilkan 60 shekel sehari.” * (World Bulletin | Sahabat Al-Aqsha)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina - Mendobrak Tembok Gaza

« Januari Berdarah di Gaza
Selama 13 Tahun, Sudah 1.400 Anak Palestina Dibunuh Serdadu Zionis »