Zionis ‘Israel’ Tolak Diusut atas Kejahatannya di Gaza
12 April 2015, 15:36.

Sebuah rumah sakit di Gaza setelah serangan udara Zionis tahun lalu. Foto: Middle East Monitor
LONDON, Ahad (Middle East Monitor): Kepala Advokat Militer Jenderal Danny Efroni menyatakan berkeberatan perihal penyelidikan pemboman warga sipil di Gaza selama perang musim panas lalu. Namun, mempersilakan penyelidikan soal dugaan tindakan merampas dan merampok yang dilakukan tentara Zionis. Efroni mengatakan, “Anda tidak akan pernah mendengar saya mengatakan, ‘IDF merupakan tentara paling bermoral di dunia’.”
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Haaretz yang diterbitkan Kamis (9/4) lalu, Efroni mengatakan, “Kami tidak akan meletakkan para serdadu di pengadilan hanya untuk memuaskan kalangan media yang terganggu dengan besarnya jumlah warga sipil yang terbunuh dalam perang. Saya tidak akan membiarkan penyelidikan untuk memuaskan siapapun. Saya tidak akan mengajukan surat dakwaan untuk kepentingan data statistik B’Tselem.”
Seperti diketahui, sekitar 2.200 warga Palestina terbunuh selama serangan udara, laut dan darat di Gaza, sebagian besar dari korban merupakan warga sipil. Seperempatnya adalah anak-anak.
Meski sudah berlalu lebih dari delapan bulan sejak berakhirnya perang, tak ada keputusan yang dibuat perihal ya atau tidaknya penyelidikan militer atas insiden di Rafah yang dikenal dengan sebutan “Black Friday” pada 1 Agustus. Yakni, ketika IDF menerapkan Protokol Hannibal usai penculikan Letnan Dua Hadar Goldin.
Operasi kriminal dan brutal yang melibatkan serangan tembakan intensif artileri, udara, darat dan angkatan laut, mengakibatkan kematian banyak warga sipil Palestina. Diperkirakan sekitar 150 warga Palestina terbunuh dalam serangan tersebut, yang sebagian besar merupakan warga sipil. Tentara Zionis mengakui bahwa mereka tidak memperingatkan warga sipil di kawasan Rafah untuk meninggalkan rumah mereka, sebelum mereka melancarkan serangan intens.
Meskipun begitu, Efroni mengatakan bahwa penyelidikan Polisi Militer bukan sebuah ‘polis asuransi’ untuk IDF melindungi mereka dari tuntutan di Den Haag. “Jika penyelidikan adalah untuk menutupi kesalahan dan bukan penyelidikan sebenarnya, tidak ada yang akan menghentikan ICC,” katanya.
Organisasi HAM Zionis, B’Tselem dan Yesh Din mengklaim bahwa sistem investigasi di IDF adalah “sebuah kegagalan” dan bahwa Zionis “tidak tertarik dan cenderung melanggar penyelidikan hak asasi warga Palestina oleh pasukan keamanan.”
B’Tselem juga mengklaim bahwa investigasi IDF tidak menentukan kebenaran. Mereka mencontohkan bahwa penyelidikan 52 polisi militer yang digelar usai Operasi ‘Cast Lead’ yang terjadi pada akhir 2008 dan awal 2009 hanya tiga yang mengakibatkan pengajuan dakwaan – dan hukuman paling berat adalah untuk tentara yang mencuri kartu kredit.* (Middle East Monitor | Sahabat Al-Aqsha)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
