Bagi Bocah Korban Pembantaian di Pantai Gaza Ini, Perang Tak Pernah Berakhir

30 May 2015, 21:54.
Korban selamat insiden pembantaian di pantai Gaza, Muntasir Baker (kanan) dan sepupunya, serta korban selamat lainnya, Sayyid, bersama seorang kerabat. Foto: Belal Dabour

Korban selamat insiden pembantaian di pantai Gaza, Muntasir Bakr (kanan) dan sepupunya, serta korban selamat lainnya, Sayyid, bersama seorang kerabat. Foto: Belal Dabour

GAZA, Sabtu (Electronic Intifada): Ketika bom Zionis berhenti jatuh di Gaza, perhatian pun beralih dan banyak yang melupakan kerusakan, serta penderitaan yang dialami akibat agresi militer Zionis itu. Pengalaman Muntasir Bakr (11) menunjukkan betapa dalamnya luka serangan musim panas lalu masih terus memengaruhi anak-anak.

Pada 16 Juli 2014, serangan udara Zionis menghantam sejumlah anak-anak Palestina yang tengah bermain di pantai Gaza. Muntasir terluka dalam insiden tragis yang menjadi perhatian dunia itu. Namun, adiknya Zakaria Ahed Bakr (10) dan tiga orang sepupunya: Ismail Muhammad Bakr (9), Ahed Atif Bakr (10) dan Muhammad Ramiz Bakr (11) tewas. Anak-anak keluarga Bakr itu berada di antara sekitar 547 anak yang terbunuh dalam serangan 51 hari Zionis yang menyebabkan 2.200 warga Gaza meninggal dunia.

Kejang

Beberapa otot tendon di tangan kiri Muntasir terputus dan tangannya belum benar-benar berfungsi sejak insiden tersebut. Luka-luka Muntasir tak terbatas pada tangannya. Trauma yang ia alami pun tak sebatas fisik. Ia menderita sejumlah luka di kepala dan kini menderita akibat kejang yang terus kambuh. Sebelumnya, hal ini tidak pernah terjadi.

Ia merasa lebih baik dengan meminum dua jenis obat, namun biayanya sekitar $70 per bulan. Itu jumlah yang sangat besar bagi keluarga di Gaza. Karena itulah, ia memilih mengonsumsi obat yang lebih murah sehingga biaya pengobatannya hanya sekitar $10 per bulan.

Serangan kejang ini turut memengaruhi keluarga Muntasir. Mereka harus selalu menjaganya karena khawatir ia akan melukai dirinya sendiri. Mereka juga harus membawanya ke rumah sakit beberapa kali dalam sebulan, bahkan terkadang beberapa kali dalam seminggu.

Keluar dari Sekolah

Dampak psikologis atas serangan Zionis bahkan lebih dalam memengaruhi kehidupan Muntasir dan keluarganya. Sejak insiden tragis itu, Muntasir menjadi gelisah dan waspada, menderita gangguan tidur, serta cepat marah. Ayah Muntasir, Ahed Bakr mengatakan bahwa anaknya mudah marah dan terkadang menyerang adiknya tanpa alasan. Akhirnya, keluarga harus mengeluarkannya dari sekolah karena takut ia mungkin akan menyebabkan masalah atau melukai seseorang. Keluarga tidak tahu kapan Muntasir akan kembali ke sekolah.

Muntasir berasal dari keluarga nelayan. Beberapa kapal keluarga telah hancur oleh bom saat Zionis menggempur pelabuhan Gaza pada perang terakhir. Namun, keluarga tidak mampu memperbaikinya karena kekurangan uang. Para nelayan Gaza merupakan komunitas paling miskin di wilayah tersebut. Itu akibat dari blokade Zionis selama bertahun-tahun, serangkaian perang, dan serangan yang terus menerus terjadi sejak kesepakatan gencatan senjata tahun lalu. Seluruh faktor itu kian memperburuk kondisi finansial para nelayan.

Perang Tak Pernah Berakhir

Terlepas dari semua kehilangan yang mereka alami, keluarga Muntasir cukup beruntung karena rumah mereka tidak hancur akibat serangan Zionis. Seperti diketahui, ribuan warga Palestina menjadi pengungsi, tinggal di rumah sewaan, kontainer dan rumah mobil, atau tinggal berdesakan dengan kerabat. Dalam beberapa kasus, banyak pula dari mereka yang tinggal di tenda-tenda.

Itu karena dunia mengizinkan ‘Israel’ mempertahankan pengepungan. Lusinan lembaga internasional meminta ‘Israel’ diberi sanksi karena tak mencabut blokade. Dengan dicabutnya blokade, rakyat Gaza bisa membangun kembali hidup mereka.

Perhatian dunia telah beralih sejak disepakati gencatan senjata pada akhir Agustus lalu. Namun, bagi Muntasir dan mereka yang hidup dalam kesedihan karena kehilangan anggota keluarga, serta menderita luka fisik dan psikis, perang tak pernah berakhir.* (Electronic Intifada | Sahabat Al-Aqsha)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« ‘Peluru Karet’ Zionis Bikin Anak Ini Kehilangan Matanya
Peringatan 5 Tahun Tragedi Mavi Marmara: Hari Ini, Pawai Bebaskan Baitul Maqdis »