Zionis ‘Israel’ Semakin Biadab, Bunuhi Warga Palestina di Jalanan

1 April 2016, 20:39.

AL-KHALIL, Jum’at (Electronic Intifada | Ma’an News Agency): Aksi serdadu ‘Israel’ yang berjabat tangan dengan seorang pemimpin pemukim ilegal Yahudi tepat setelah si serdadu mengeksekusi lelaki Palestina yang terluka di kota Al-Khalil, Tepi Barat terjajah, terekam video. Dalam video tampak warga ‘Israel’, termasuk para petinggi Zionis berkumpul di sekitar si tersangka pembunuh. Serdadu Zionis menembak mati Abd al-Fattah Yusri al-Sharif (21) dan Ramzi Aziz al-Qasrawi karena menuduh keduanya menikam dan mengakibatkan seorang serdadu Zionis menderita luka ringan di kawasan Tel Rumeida, Kota Tua, Al-Khalil, akhir Maret lalu. Al-Sharif terbaring di tanah tak berdaya, namun ia bisa menggerakkan kepalanya sebelum akhirnya ditembak mati. Semuanya terekam dalam video.

Surat kabar harian Zionis, Haaretz, mengungkapkan video itu memperlihatkan si penembak berjabat tangan dengan aktivis ekstremis kanan Baruch Marzel saat jasad al-Sharif dipindahkan dari tempat kejadian. Pria kelahiran Amerika Serikat yang merupakan mantan pemimpin kelompok radikal Kach, Marzel, terkenal kerap menghasut terjadinya berbagai serangan terhadap warga Palestina. Kach dinyatakan ilegal oleh ‘Israel’ setelah salah satu dari anggotanya, dokter umum kelahiran Amerika Serikat Baruch Goldstein, menembaki 29 warga Palestina di Masjid Ibrahimi, Al-Khalil pada tahun 1994.

Video tersebut menyajikan bukti nyata kedekatan hubungan antara tentara ‘Israel’ dan para pemukim ilegal Yahudi yang kejam, bahkan mendukung dan melindungi mereka.

Foto: Wisam Hashlamoun (APA images)

Foto: Wisam Hashlamoun (APA images)

Identitas Penembak

Haaretz mengungkapkan, video yang dipublikasikan di YouTube dengan wajah sang penembak yang disamarkan itu direkam oleh pekerja lapangan Palestina B’Tselem. Kelompok HAM ‘Israel’ itulah yang mempublikasikan video yang memperlihatkan eksekusi keji tersebut. Wajah si penembak di video terbaru sengaja diburamkan karena media ‘Israel’ melarang pengungkapan identitas tersangka. Namun, blogger Richard Silverstein, yang seringkali mempublikasikan informasi yang disensor penjajah Zionis, menyebutkan nama tersangka yaitu Elor Azarya.

Elor Azarya, tersangka pelaku eksekusi ekstrayudisial terhadap Yusri al-Sharif di Al-Khalil 24 Maret lalu. Foto ini diposting di laman Facebook-nya.

Elor Azarya, tersangka pelaku eksekusi ekstrayudisial terhadap Yusri al-Sharif di Al-Khalil 24 Maret lalu. Foto ini diposting di laman Facebook-nya.

Situs berita ‘Israel’, Ynet, berhasil mengonfirmasi identitasnya dengan mempublikasikan gambar tersangka dengan wajah disamarkan. Nah, gambar yang sama, tanpa wajah disamarkan, muncul di laman Facebook Azarya. “Ia merupakan pengikut setia klub sepakbola Beitar Jerusalem,” kata Silverstein, berdasarkan analisa terhadap akun media sosial Azarya. Pengagum Beitar Jerusalem terkenal pembenci warga Arab. Azarya juga menulis “Kahane benar” di laman Facebooknya –sebuah slogan yang digunakan pendiri Kach, Meir Kahane, yang menganjurkan pengusiran warga Palestina.

Azarya juga menekan simbol “suka” di laman Facebook para pemimpin ‘Israel’ yang menghasut tindak kekerasan atau genosida terhadap warga Palestina, seperti Menteri Kehakiman Ayelet Shaked dan mantan Menteri Luar Negeri Avigdor Lieberman, begitu pula dengan laman Facebook Marzel.

Sengaja Membunuh

Menurut analisa Silverstein, Azarya meminta izin dari komandannya untuk ‘menghabisi’ warga Palestina yang terluka itu. “Tampaknya si komandan menyetujuinya. Si serdadu berjalan tidak lebih dari enam kaki dari warga Palestina yang terluka itu, mengacungkan senapannya dan menembaknya,” kata Silverstein. Praktik “memastikan mengenai sasaran” ini dikenal dalam militer ‘Israel’, telah lama digunakan dan disetujui, bahkan dalam konteks pembunuhan terhadap anak-anak Palestina.

Seperti halnya yang dialami bocah perempuan Palestina berusia 13 tahun, Iman Darweesh al-Hams, di Gaza pada tahun 2004. Ketika itu, dr. Mohammed al-Hams, yang memeriksa jenazah bocah perempuan itu mengungkapkan pada surat kabar The Guardian bahwa setidaknya ada 17 peluru di beberapa bagian tubuh Iman, yakni di dada, tangan, lengan, dan kaki. Peluru-peluru itu ditembakkan dari jarak dekat. Luka-luka terparah adalah di bagian kepalanya. Ada tiga peluru di kepalanya.

Gerombolan Penjahat

Politik ‘Israel’ dan lembaga militer tiba-tiba menjadi sasaran kecaman setelah video itu dirilis. Militer Zionis lantas mengumumkan penahanan serdadu itu dan melakukan penyelidikan atas kasus pembunuhan itu. Namun, kecaman-kecaman bermuka dua telah menjadi rekor panjang para pemimpin ‘Israel’, termasuk gembong teroris Benyamin Netanyahu, yang menghasut dan menyetujui eksekusi ekstrayudisial (di luar proses hukum) terhadap warga Palestina.

Banyak sekali video yang memperlihatkan pembunuhan terhadap warga Palestina yang terluka parah, tidak berdaya atau tidak bersikap mengancam jiwa siapapun. Lalu, seperti biasa Netanyahu muncul untuk ‘menyelamatkan diri’ dari kritikan terhadapnya dan membalikkan keadaan dengan meminta publik mendukung penuh si pembunuh. Netanyahu mengatakan pada rekan-rekan kabinetnya bahwa, “Mempertanyakan moralitas IDF (tentara ‘Israel’) itu keterlaluan dan tidak dapat diterima… Para serdadu IDF, anak-anak kita, memiliki standar moral yang tinggi saat mereka berhadapan dengan para ‘pembunuh’ yang haus darah.”

Netanyahu menambahkan, ia yakin dalam kasus ini, seperti pada kasus lainnya, seluruh kondisi diperhitungkan. “Dengan demikian, kita harus mendukung sepenuhnya kepala staf IDF, IDF dan para serdadu yang melindungi kita,” kata Netanyahu. Pernyataan Netanyahu selaras dengan opini publik ‘Israel’ serta para politisi lainnya. Naftali Bennett, Menteri Pendidikan ‘Israel’ yang membual soal rekornya membunuhi warga Arab juga menawarkan dukungannya terhadap si penembak. “Serdadu tersebut bukanlah pembunuh. Apakah kita sudah gila?” Bennett menulis di Facebook bahwa militer ‘Israel’ merupakan “tentara paling bermoral di dunia.”

Pada rapat kabinet, sejumlah menteri, termasuk Bennett dan Ayelet Shaked, menyuarakan dukungan terhadap si serdadu pembunuh. Sementara itu, Avigdor Lieberman menyalahkan menteri pertahanan karena gagal menyokong si serdadu, dan menyebut Netanyahu “lemah”. Stasiun TV ‘Israel’, Channel 2 mempublikasikan jajak pendapat yang menunjukkan bahwa 57 persen warga ‘Israel’ yakin tidak perlu menginvestigasi atau menahan si serdadu. Dua dari lima responden menyebut tindakan si serdadu itu “bertanggung jawab” dan hanya lima persen yang menggambarkannya sebagai pembunuhan. Sebuah petisi online yang meminta ‘Israel’ memberikan si serdadu sebuah medali hampir mencapai 50.000 tanda tangan.

Pemerintah kota Beit Shemesh, kota yang kini diklaim sebagai ‘Israel’, bahkan mempublikasikan sebuah iklan di situs resminya yang menghimbau warganya menghadiri rapat untuk mendesak pembebasan Azarya, yang mereka sebut sebagai “pahlawan nasional”. Keluarga si serdadu juga berkampanye membela Azarya. Ibu si pembunuh menulis surat terbuka kepada Menteri Pertahanan Moshe Yaalon.

Situs resmi pemerintah kota Beit Shemesh mengiklankan dukungan penuh terhadap Elor Azarya, yang terekam mengeksekusi warga Palestina yang terluka dari jarak dekat.

Situs resmi pemerintah kota Beit Shemesh mengiklankan dukungan penuh terhadap Elor Azarya, yang terekam mengeksekusi warga Palestina yang terluka dari jarak dekat.

Sementara itu, berdasarkan penyelidikan militer Zionis atas pembunuhan itu terungkap bahwa sesaat sebelum ia menembaknya, si penembak mengatakan pada rekannya bahwa Abd al-Fattah Yusri al-Sharif “harus mati”. Menurut Haaretz, hasil penyelidikan juga membuktikan tak ada bukti yang mendukung klaim pengacara serdadu bahwa pembunuhan itu dilakukan demi melindungi diri. Karena si serdadu takut warga Palestina yang tergeletak tak berdaya itu membawa sabuk bunuh diri.

Penjajah Ancam Keluarga dan Perekam Video

Foto: @qudsn

Foto: @qudsn

Ketika para pemimpin ‘Israel’ beramai-ramai mendukung pembunuh al-Sharif, pasukan penjajah Zionis di lapangan menargetkan keluarga si pemuda. Serdadu Zionis menggerebek rumah saudara lelaki Abd al-Fattah, Khalid Yusri al-Sharif, di desa Jabal Abu Rumman, dekat Al-Khalil. Imad Abu Shamsiyyeh, relawan B’Tselem yang merekam video eksekusi itu, mengungkapkan pada organisasi hak asasi manusia Human Right Watch bahwa pasukan Zionis mengancamnya di tempat kejadian penembakan maupun setelah itu. Abu Shamsiyyeh dipanggil oleh militer Zionis untuk memberikan keterangan saksi.

Ia mengatakan bahwa penyelidik militer mengatakan padanya, “Apa keuntungan yang kau dapat dari video ini? Video ini menarik perhatian publik. Namamu diketahui semua orang. Siapa yang akan melindungimu dan keluargamu dari warga sayap kanan ‘Israel’? Ingat, kau tinggal di (Tel Rumeida), yang dikelilingi para pemukim ilegal Yahudi, siapa yang bisa melindungimu di sana?”

“Saya merasa sedang diancam,” kata Abu Shamsiyyeh.

Kebal Hukum

Human Right Watch mengungkapkan, “Cara terbuka dan biasa yang seorang serdadu munculkan untuk mengeksekusi seseorang yang terluka, orang Palestina yang tiarap, yang terekam video, menunjukkan iklim berbahaya kekebalan hukum atas kejahatan-kejahatan perang. Video pembunuhan al-Sharif oleh serdadu ‘Israel’ menunjukkan bahwa pembunuhan berdarah dingin dan banyaknya saksi mata seharusnya bisa dijadikan kasus hukum yang kuat,” kata Sarah Leah Whitson, direktur Human Right Watch Timur Tengah. “Pertanyaannya adalah apakah penjajah Zionis akan melakukan apa yang tidak mereka lakukan di kasus-kasus lain yang tak terhitung jumlahnya dan membawa si tersangka pembunuh ke pengadilan?” kata Whitson. Melihat cara para pemimpin ‘Israel’ mendukung penuh si penembak sih nampaknya tak ada gunanya mengharapkan sesuatu yang berbeda terjadi kali ini.

Pembunuhan Tidak Disengaja

Kemarin (31/3) militer Zionis memutuskan bahwa si serdadu pembunuh berdarah dingin itu akan didakwa dengan pembunuhan tidak disengaja, dan bukan pembunuhan. Meskipun awalnya tidak jelas mengapa serdadu itu akan didakwa dengan dakwaan ringan, pengumuman itu muncul setelah selama sepekan politik di ‘Israel’ bergejolak. Banyak politisi yang awalnya mengecam pembunuhan Abed al-Fattah al-Sharif, akhirnya memutarbalikkan posisi mereka.

Padahal menurut Haaretz, jaksa penuntut militer ‘Israel’ Aduram Riegler mengatakan pada pengadilan militer bahwa si serdadu diduga sengaja menembak al-Sharif. Karena dari sudut pandang operasional, penembakan itu tak perlu dilakukan. Riegler mengatakan, bukti juga mengindikasikan hal berlawanan dari pernyataan si serdadu, yang sebelumnya mengatakan ia menembak al-Sharif karena merasa nyawanya terancam. Penyelidikan membuktikan, si serdadu mengatakan, “Teroris itu masih hidup, ia pantas mati,” kata Riegler. “Kutipan ini bermakna tak ada klaim kondisi mengancam jiwa dan menunjukkan motif si tersangka, serta suasana hatinya saat itu,” ungkapnya.* (Electronic Intifada | Ma’an News Agency | Sahabat Al-Aqsha)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Netanyahu Sesumbar Soal Serdadunya yang Ditawan Hamas
Hamas: ‘Mau Informasi tentang Serdadu ‘Israel’ yang Hilang? Bayar!’ »