Wartawan Al-Qiq: ‘Saya Sudah Siap-siap Mati Syahid’

24 May 2016, 16:29.
Foto: PIC

Foto: PIC

PALESTINA, Selasa (PIC): Tawanan yang kini telah dibebaskan, Muhammad al-Qiq menegaskan, kampanye solidaritas atas dirinya selama ia melakukan mogok makan terbuka lebih dari 90 hari membuktikan peran penting aksi-aksi solidaritas dan kampanye informasi publik. Bukan tidak mungkin hal itu akan mengalahkan keinginan penjajah. Dalam wawancara eksklusif dengan PIC, Qiq mengungkapkan, ia melakukan aksi mogok makan selama masa penyelidikan demi menentang keangkuhan para penyelidik Shin Bet. Qiq berjuang dengan melakukan mogok makan terbuka tanpa memakan suplemen makanan apapun. Ketika ditanya mengapa ia melakukan itu, Qiq berkata, “Karena saya benar-benar siap mati syahid.”

Ia melakukan mogok makan dengan keimanan dan kebulatan tekad meraih kemenangan. Ia berkeinginan kuat untuk “menang atau mati syahid”. Ketika ia menyadari tidak ada jalan untuk mengalah dan ia mungkin akan mati syahid, setelah 79 hari mogok makan ia dikunjungi Syeikh Raed Salah di rumah sakit Afula. Syeikh Salah mengatakan padanya bahwa kasusnya telah menjadi kasus populer dan aksi solidaritas demi pembebasannya berlangsung di mana-mana.

Qiq menekankan bahwa pernyataan-pernyataannya sebagai wartawan menjadi dasar penahanannya. Menurut Qiq, para penyelidik ‘Israel’ memaksa ia mengakui melakukan penghasutan melawan ‘Israel’. Qiq juga menjelaskan proses penangkapannya, “Para serdadu IOF menyerbu rumah saya di Ramallah, menggeledah, mengobrak-abrik, meneror keluarga saya, dan kemudian membawa saya untuk diinterogasi.”

Ia juga membenarkan bahwa para penyelidik ‘Israel’ melakukan metode-metode interogasi yang kejam terhadapnya termasuk memukuli, mencaci maki, memberikan tekanan psikologis, melontarkan ancaman dan intimidasi, sel isolasi, dan membuatnya kurang tidur. Petugas-petugas Shin Bet mengancamnya dengan mengatakan, “Kau akan kehilangan kesempatan bertemu istri dan anak-anakmu selama tiga tahun, dan akan diisolasi di penjara tanpa komunikasi apapun.”

Ia ingat bagaimana kamar 362 di RS Afula menjadi kamar penderitaan dan rintihan selama ia melakukan aksi mogok makan, serta bagaimana kamar itu berubah menjadi tempat yang nyaman, tentram, dan kamar kemenangan atas penjajahan ‘Israel’. Karena perlindungan dan kehendak Allah Yang Maha Kuasa-lah, kemenangan dan kebebasan itu bisa ia raih.* (PIC | Sahabat Al-Aqsha)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Penjajah Zionis Robohkan ‘Mushala Darurat’ di Baitul Maqdis
Dua Gembong Penjahat Zionis Bahas Hukuman Mati Bagi Tawanan Palestina »