Kasus Pertama Positif Covid-19 Ditemukan di Kamp Muhajirin Rohingya, Ancaman Besar Mengintai

15 May 2020, 18:45.
Foto: Arsip Shafiqur Rahman/AP

Foto: Arsip Shafiqur Rahman/AP

COX’S BAZAR (Aljazeera) – Infeksi Covid-19 baru saja terdeteksi di salah satu kamp pengungsian di wilayah Bangladesh selatan; yang merupakan tempat bernaung bagi satu juta lebih Muhajirin Rohingya, sebut pemerintah setempat.

Seorang warga Rohingya dan seorang warga lokal menunjukkan hasil positif untuk tes Covid-19, sebagaimana disampaikan seorang pejabat senior Bangladesh dan juru bicara PBB pada Kamis (14/5/2020).

Ini merupakan penemuan pertama kasus Covid-19 yang berhasil dikonfirmasi di kamp pengungsian yang sangat padat tersebut.

Lembaga-lembaga kemanusiaan telah memperingatkan bahwa infeksi tersebut bisa menimbulkan bencana besar di sana.

“Hari ini mereka telah dibawa ke pusat isolasi setelah dites positif,” kata Mahbub Alam Talukder, komisioner penanganan dan pemulangan para pengungsi di Bangladesh, melalui sambungan telepon kepada kantor berita Reuters.

“Seorang pasien berasal dari komunitas pengungsi dan satu orang lainnya dari komunitas lokal sekitar,” terang juru bicara WHO Catalin Bercaru kepada kantor berita AFP.

Bercaru mengatakan, tim investigasi cepat sedang dikirim untuk menindaklanjuti penemuan dua kasus tersebut, sekaligus untuk menyusuri siapa saja yang telah mengalami kontak dengan kedua pasien agar bisa segera dites dan dikarantina.

Infeksi virus corona telah menyebar cepat dalam beberapa hari terakhir di Bangladesh, dengan adanya laporan 18.863 kasus dan 283 kematian sampai berita ini dibuat.

Pemerintah telah menerapkan “lockdown” nasional pada tanggal 26 Maret untuk mencegah penyebaran virus ini.

Meski begitu, jumlah kasus terus meningkat tajam akhir-akhir ini dan menunjukkan angka tertinggi untuk jumlah infeksi dan kematian pada Rabu (13/5/2020) kemarin.

Kamp yang Penuh Sesak

Pada awal bulan April, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan “lockdown” setelah beberapa kasus ditemukan di wilayah Cox’s Bazar, sehingga menutup akses keluar-masuk di kamp pengungsi Rohingya.

Pemerintah Bangladesh juga mengurangi keberadaan para aktivis lembaga kemanusiaan sebanyak 80 persen.

Para aktivis dan kelompok HAM mengungkapkan kekhawatirannya bahwa di kamp pengungsian tersebut telah beredar berita-berita palsu tentang wabah Covid-19 ini akibat adanya penutupan akses internet sejak bulan September tahun lalu.

Terdapat 60.000 hingga 90.000 warga Rohingya yang berada di setiap satu kilometer persegi di sana; dengan beberapa keluarga harus hidup berdampingan di satu shelter yang sama.

Dr Shamin Jahan, direktur kesehatan lembaga kemanusiaan internasional Save the Children di Bangladesh, mengatakan bahwa kondisi saat ini di kamp sudah sangat berbahaya.

“Virus tersebut telah masuk ke kamp pengungsian terbesar sedunia di Cox’s Bazar,” jelasnya.

“Kami terus mengantisipasi kemungkinan terburuk bahwa ribuan nyawa bisa menjadi korban akibat Covid-19 (di Bangladesh),” lanjutnya.

Jahan mengatakan bahwa kapasitas pelayanan kesehatan di kamp pengungsian sangat terbatas.

“Diperkirakan hanya ada sekira 2.000 ventilator di seluruh penjuru Bangladesh, untuk menangani 160 juta warga di sana. Di kamp pengungsian Rohingya, bahkan tak ada pelayanan rawat inap satu pun sampai saat ini.”

Lebih dari 730.000 Muhajirin Rohingya mengungsi ke Bangladesh setelah pembantaian yang dilakukan militer Myanmar di tahun 2017 lalu.

Myanmar sendiri terancam sanksi oleh Mahkamah Internasonal atas kejahatan genosida yang dilakukannya. (Aljazeera)

 

 

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« E-Book: Dari Balik Penjara-Penjara Al-Assad
72 Tahun Nakba Palestina, Hamas: Lawan Semua Agenda yang Merusak Hak-hak Rakyat Palestina »