Organisasi Kemanusiaan Suriah Berjuang Keras Menguatkan Rakyat Gaza  

23 October 2023, 21:16.

Warga Suriah berdemonstrasi untuk menunjukkan solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza, di kamp pengungsi Yarmouk, dekat Damaskus, Suriah. Foto: Firas Makdesi/Reuters

(Al Jazeera) – Ketika Asmaa al-Daher, seorang apoteker dan relawan lembaga kemanusiaan yang berbasis di Turkiye, pulang ke Gaza untuk berkunjung lebih dari dua minggu yang lalu, dia tidak menyangka bahwa salah satu operasi militer paling brutal yang pernah dihadapi tanah airnya akan segera dimulai.  

Meskipun ia sudah berpengalaman dalam memberikan bantuan kemanusiaan kepada korban perang melalui pekerjaannya di Suriah dengan Al-Ameen for Humanitarian Support, al-Daher tidak siap menghadapi apa yang akan terjadi di Gaza.  

“Saya telah menyaksikan banyak perang selama hidup saya, tetapi saya belum pernah menyaksikan hal seperti ini,” kata perempuan berusia 27 tahun itu; yang setelah lima kali berpindah tempat di Gaza, ia kini berada di Rafah, perbatasan dengan Mesir.  

Dalam rekaman suara via WhatsApp berdurasi lima menit, dengan suara gemetar dan tergesa-gesa sebelum internet mati, dia berkata, “Ini adalah hari-hari terberat bagi rakyat Palestina–genosida dan pembantaian terjadi di semua wilayah.”  

Hingga hari Jumat (20/10/2023), Jalur Gaza telah diblokade total selama hampir dua minggu–tidak ada makanan, air, atau sumber daya medis yang diizinkan masuk oleh penjajah ‘Israel’. 

Pada hari Sabtu (21/10/2023), konvoi kecil bantuan medis dan makanan diizinkan menyeberang ke Gaza melalui pelintasan Rafah di perbatasan Mesir–20 dari sekira 200 truk bantuan yang menunggu di pelintasan Rafah.  

Karena organisasi kemanusiaan tidak dapat membawa bantuan ke Jalur Gaza selama agresi brutal, mereka harus membeli pasokan yang sudah ada di Gaza dan mendistribusikannya kembali kepada mereka yang membutuhkan.  

Pada saat yang sama, pengeboman yang hebat juga telah menghancurkan banyak gudang. Para relawan kemanusiaan mengatakan, mereka hanya memiliki separuh dari apa yang mereka miliki sebelum agresi.  

Beberapa relawan dari lembaga kemanusiaan Suriah turut menjadi korban. Muhammad Qahwaji, seorang fotografer yang bekerja dengan Al-Ameen for Humanitarian Support, syahid pada hari-hari pertama pengeboman ‘Israel’. Fotografer lainnya, Hassan al-Aswad, terluka setelah rumah keluarganya dihancurkan oleh roket penjajah.  

Sebelum para petugas kemanusiaan di Gaza berangkat, mereka mengirim pesan kepada rekan-rekan mereka di luar Jalur Gaza dan meminta untuk mendoakan mereka.  

Tim Relawan Molham adalah di antara organisasi Suriah lainnya yang ikut menyalurkan bantuan di Gaza. 

“Sejak awal pekerjaan kami [di Suriah] pada tahun 2012, Palestina termasuk di antara donor pertama ke Suriah,” ujar Abdullah al-Khatib, kepala media dan penggalangan dana Molham.  

Bahkan, ada sebuah proyek perumahan di Suriah barat laut yang didanai seluruhnya oleh warga Palestina. 

“Namun, tidak ada tempat yang aman di Gaza. Kami bekerja sama dengan empat organisasi di dalamnya. Semuanya dalam bahaya. Dan ketika mereka pergi bekerja, mereka tidak tahu apakah mereka akan kembali lagi,” kata Abdullah al-Khatib.  

Sedikitnya 4.651 orang telah terbunuh di Jalur Gaza selama agresi militer ‘Israel’ yang sedang berlangsung, menurut statistik terbaru dari Kementerian Kesehatan Palestina, di mana hampir 70 persen dari korban tersebut adalah anak di bawah umur, wanita, dan orang tua, serta lebih dari 14.000 orang terluka. (Al Jazeera)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« 31 Masjid Hancur Akibat Serangan Udara ‘Israel’ di Gaza Sejak 7 Oktober
Action For Humanity: “Bantuan yang Diizinkan Masuk Gaza Sangat Sedikit Dibanding Kebutuhan”  »