Muslimah Rohingya Ungkap Fakta Jaringan Perdagangan Manusia yang Menjebaknya  

3 November 2023, 21:00.

Foto: Amarjeet Kumar Singh/SOPA Images via ZUMA Wire/picture alliance

INDIA (DW) – Mujeeba (nama samaran) adalah seorang Muslimah Rohingya yang tinggal di sebuah desa kecil di Distrik Anantnag, Kashmir, India. Satu dekade yang lalu, ketika berumur 20 tahun, dia menjadi korban perdagangan manusia.  

Dari kamp pengungsian yang penuh sesak di Cox’s Bazar, Bangladesh, para penyelundup manusia membujuknya dengan janji kehidupan yang lebih baik di Kashmir dan pernikahan dengan “pria mapan”.  

“Dulu saya hidup dengan penuh mimpi dan energi. Sekarang saya mengalami masalah kesehatan mental,” katanya, seraya menambahkan bahwa hidupnya berubah drastis setibanya di Kashmir.  

Para penyelundup memaksa Mujeeba melakukan perjalanan yang sulit, baik melalui jalan darat maupun kereta api dari kamp pengungsian di Bangladesh ke sebuah desa kecil di Kashmir. Butuh waktu lebih dari seminggu baginya untuk mencapai Kashmir.  

“Selama perjalanan, saya dilecehkan, dianiaya, dan diawasi dengan ketat. Bersama saya, ada tiga gadis lain yang mengalami hal yang sama,” ucapnya.

Hal-hal mengerikan itu masih membayangi pikirannya pada malam hari. 

Menghadapi Diskriminasi dan Pelecehan 

Setelah tiba di Kashmir, para penyelundup menjual Mujeeba dengan harga sekira $1.000 (sekira 15 juta rupiah) kepada seorang pria yang berusia 13 tahun lebih tua darinya; yang kemudian dinikahkan dengannya.  

“Selama seminggu, saya dikurung di rumah orang yang membawa saya ke Kashmir. Kemudian seorang pria berpakaian rapi datang bersama orang tuanya. Lalu saya dinikahkan dengannya di rumah yang itu juga.”  

Mujeeba mengatakan dia sangat ketakutan saat itu.  

“Saya tidak mengerti apa pun. Saya tidak punya pilihan lain selain menurut,” katanya.  

Mujeeba sejak saat itu harus berjuang, bahkan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.

“Sejak saat itu, saya tidak lagi berhubungan dengan keluarga saya. Saya merasa sendirian di sini. Saya menghadapi diskriminasi dan pelecehan. Suami saya menjadi sangat agresif dan meneriaki saya bahkan untuk hal-hal kecil,” katanya, seraya menambahkan bahwa mertuanya juga tidak ramah dan kasar.  

Kasus Mujeeba bukanlah kasus tunggal. Tiga perempuan Rohingya lainnya menceritakan kisah serupa tentang bagaimana mereka diperdagangkan ke Kashmir dan berakhir dengan pernikahan yang tidak diinginkan.  

Mereka meminta untuk tidak disebutkan nama mereka karena takut mendapat reaksi keras dari masyarakat setempat serta pihak berwenang, karena pemerintah India menganggap mereka sebagai imigran ilegal.  

New Delhi menggambarkan muhajirin Rohingya sebagai ancaman keamanan dan menuduh mereka memiliki hubungan dengan kelompok ekstremis Muslim. Lebih dari 200 muhajirin Rohingya telah ditahan di berbagai pusat penahanan di seluruh India, menurut laporan media.  

Seorang pejabat senior polisi di Kashmir mengatakan bahwa pedagang manusia terus memikat perempuan Rohingya dengan menjanjikan kehidupan yang lebih baik.  

“Perempuan tersebut seringkali dinikahkan dengan laki-laki yang lebih tua atau mereka yang sudah cerai,” kata petugas tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena dia tidak berwenang untuk berbicara kepada media.  

“Ada banyak uang yang terlibat dalam perdagangan manusia ini. Jaringannya luas,” pungkasnya. (DW)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Topan Tej Melanda Yaman, Lebih dari 3.000 Ibu Hamil Membutuhkan Layanan Kesehatan Darurat 
Serdadu Zionis Hanya Izinkan Lansia Masuk, Masjid Al-Aqsha Sepi dari Jamaah Salat Jumat »