Sesama Korban Genosida, Muhajirin Rohingya Sampaikan Solidaritas untuk Bangsa Palestina 

10 November 2023, 21:35.

Kumpulan foto warga Rohingya dari Bangladesh hingga Irlandia yang menunjukkan solidaritas pekan ini terhadap warga Palestina di tengah operasi militer mematikan ‘Israel’ di Gaza. Foto: Korim Ullah

BANGLADESH (Arab News) – Aktivis Rohingya mengungkapkan solidaritasnya terhadap Palestina.  

Rabu (8/11/2023), mereka menyatakan kesamaan penderitaan mereka di Myanmar dengan serangan mematikan penjajah ‘Israel’ di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 10.000 warga sipil dalam sebulan.  

Etnis Rohingya, yang digambarkan oleh PBB sebagai salah satu etnis minoritas yang paling teraniaya di dunia, telah menghadapi diskriminasi dan penindasan selama puluhan tahun di Myanmar. 

Mereka tidak diakui sebagai kelompok etnis asli dan tidak diberikan hak mereka untuk mendapatkan kewarganegaraan.  

“Kedua situasi tersebut berdampak pada warga sipil dalam jumlah besar, terutama anak-anak, yang terjebak dalam kekerasan,” ujar Korim Ullah, seorang aktivis hak asasi Rohingya di Cox’s Bazar.  

“Ribuan anak meninggal di Gaza. Di desa saya, Tula Toli, militer Myanmar menembak, membakar hidup-hidup, dan menenggelamkan anak-anak.”  

Pada tahun 2017, serdadu Myanmar menghancurkan ratusan rumah di Desa Tula Toli dan membunuh sekira 500 warga Rohingya dalam sebuah operasi yang digambarkan oleh Human Rights Watch (HRW) sebagai pembantaian dengan kebrutalan yang tak terkatakan.  

Ullah melanjutkan, “Pengalaman kami bersama mengenai penderitaan, pengungsian, dan keadaan tanpa kewarganegaraanlah yang telah menciptakan rasa empati dan kekeluargaan.”  

Bagi Nay San Lwin, seorang aktivis Rohingya yang berbasis di Eropa dan salah satu pendiri Free Rohingya Coalition, mengekspresikan solidaritas terhadap Palestina adalah sebuah kewajiban.  

“Sebagai anggota komunitas yang tertindas, saya menganggap tugas moral saya adalah berdiri, bersuara, dan menunjukkan solidaritas terhadap saudara-saudari Palestina yang telah mengalami penindasan selama lebih dari 75 tahun,” kata Nay.  

“Genosida adalah sebuah proses. Semua genosida yang terjadi di seluruh dunia memiliki kesamaan. Kami diusir dari rumah kami dan ribuan orang terbunuh dengan dalih apa yang disebut ‘operasi pembersihan’ pada tahun 2017. Hal yang sama juga terjadi di Gaza,” jelasnya.  

“Penderitaan rakyat Palestina dimulai pada tahun 1948, dan mereka berhak mendapatkan kebebasan dan perdamaian. Penjajahan harus diakhiri.” 

Sementara itu, Maung Sawyeddollah, pendiri dan direktur eksekutif Rohingya Students Network menyatakan, “Saya sangat kecewa melihat negara-negara yang mendukung kami dalam memperjuangkan keadilan dan akuntabilitas gagal melakukan hal yang sama bagi rakyat Palestina.”  

“Dan sekarang, menyaksikan penderitaan berat yang dialami rakyat Palestina, saya sangat berkecil hati. Dalam banyak hal, ini melebihi ketidakadilan yang kami hadapi,” kata Sawyeddollah.  

“Kami, masyarakat Rohingya, menyampaikan solidaritas yang teguh terhadap rakyat Palestina. Dan kami menyerukan kepada semua negara untuk segera mengupayakan gencatan senjata di Palestina,” desaknya. (Arab News)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Tiga Hari Terombang-ambing, Kapal yang Mengangkut 150 Muhajirin Rohingya Ditarik Nelayan ke Pantai Teknaf 
Warga Gaza: Situasi ‘Mengerikan’ di Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa »