Facebook Terbukti Loloskan Iklan yang Menyerukan Kebencian dan Kekerasan terhadap Warga Palestina
22 November 2023, 14:05.

Latar belakang logo Facebook di belakang seseorang yang menggunakan telepon pintar terlihat pada 20 Februari 2023 di L’Aquila, Italia. Foto: Lorenzo Di Cola/NurPhoto via AP
PALESTINA (The Intercept) – Serangkaian iklan tidak manusiawi yang menyerukan kebencian dan kekerasan terhadap warga Palestina, sebagai langkah uji coba terhadap sistem sensor Facebook, semuanya diloloskan oleh jejaring sosial tersebut, lapor sebuah lembaga advokasi Palestina.
Rangkaian iklan yang dikirimkan itu, baik dalam bahasa Ibrani maupun Arab, mengandung pelanggaran kebijakan yang mencolok bagi Facebook dan perusahaan induknya, Meta.
Beberapa di antaranya memuat konten kekerasan yang secara langsung menyerukan pembunuhan warga sipil Palestina, seperti kalimat yang menuntut holocaust bagi rakyat Palestina; seruan untuk memusnahkan perempuan, anak-anak, dan orang lanjut usia di Gaza; serta penyebutan anak-anak Gaza sebagai teroris masa depan.
“Persetujuan atas iklan-iklan ini hanyalah kejadian terbaru dari serangkaian kegagalan Meta terhadap rakyat Palestina,” ucap Nadim Nashif, pendiri kelompok penelitian dan advokasi media sosial Palestina 7amleh, yang mengirimkan iklan uji coba tersebut.
“Kami telah melihat pola bias dan diskriminasi yang jelas dari Meta terhadap warga Palestina.”
Ide 7amleh untuk menguji sensor pembelajaran mesin Facebook muncul bulan lalu, ketika Nashif menemukan iklan di Facebook-nya yang secara eksplisit menyerukan pembunuhan aktivis Amerika Paul Larudee, salah satu pendiri Gerakan Pembebasan Gaza.
Terjemahan otomatis Facebook atas teks iklan tersebut berbunyi: “Sudah waktunya untuk membunuh Paul Larudi, teroris anti-Semit dan anti-HAM dari Amerika Serikat.”
Nashif melaporkan iklan tersebut ke Facebook, lalu dihapus oleh mereka. Iklan tersebut dipasang oleh Ad Kan, sebuah kelompok sayap kanan ‘Israel’ yang didirikan oleh mantan serdadu intelijen penjajah Zionis untuk memerangi organisasi anti-‘Israel’, menurut situs webnya.
Seruan untuk membunuh seorang aktivis politik merupakan pelanggaran terhadap aturan periklanan Facebook. Lolosnya postingan Ad Kan di platform tersebut menunjukkan bahwa sistem sensor Facebook menyetujui alias meloloskannya.
Kekerasan di dunia nyata yang berasal dari ujaran kebencian dan seruan di media sosial bukanlah sekadar hipotetis. Pada tahun 2018, para penyelidik PBB menemukan bahwa postingan-postingan kebencian di Facebook memainkan peran yang signifikan dalam pembantaian Rohingya di Myanmar.
Bahkan tahun lalu kelompok lain menjalankan uji coba iklan yang menghasut terhadap Rohingya, sebuah proyek yang serupa dengan eksperimen 7amleh; dan hasilnya semua iklan tersebut juga disetujui.
“Kami mengetahui dari contoh yang terjadi pada warga Rohingya di Myanmar bahwa Meta memiliki rekam jejak yang enggan berbuat banyak untuk melindungi komunitas yang terpinggirkan,” jelas Nashif, “dan bahwa sistem pengelola iklan mereka sangat rentan.” (The Intercept)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
