Inilah Daftar Pelanggaran Berat dan Kejahatan Perang Penjajah Zionis 7 Oktober–27 November 

28 November 2023, 14:05.

Bangunan yang hancur akibat serangan ‘Israel’ di kamp pengungsi Bureij di Jalur Gaza tengah pada 2 November 2023. Foto: Mahmud Hams/AFP

GAZA (DCI-Palestine) – Serangan brutal penjajah zionis ‘Israel’ di Gaza dan Tepi Barat terjajah sejak 7 Oktober 2023 mengakibatkan semakin meluasnya pelanggaran berat terhadap anak-anak Palestina.  

Berikut pelanggaran-pelanggaran berat yang terjadi pada periode antara 7 Oktober–27 November 2023.  

Penyerangan dan Pembunuhan 

Lebih dari 6.150 anak-anak Palestina di Gaza telah gugur dalam serangan zionis ‘Israel’ sejak 7 Oktober, menurut Kantor Media Pemerintah Gaza.  

Sementara itu, 60 anak-anak Palestina telah dibunuh di Tepi Barat terjajah sejak 7 Oktober, menurut data yang dikumpulkan oleh Defense for Children International Palestine (DCIP). 

Serangan terhadap Sekolah dan Rumah Sakit  

17 Oktober: ‘Israel’ mengebom Rumah Sakit Al-Ahli di mana sedikitnya 500 warga Palestina syahid dan lebih dari 600 lainnya terluka, termasuk dokter dan mereka yang mencari perawatan dan perlindungan di rumah sakit, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.  

10 November: Serangan ‘Israel’ di sekitar Rumah Sakit Al-Syifa di Kota Gaza meningkat, dan serangan menghantam halaman luar rumah sakit. Aliran listrik di rumah sakit terputus dan rumah sakit berhenti beroperasi. Serdadu zionis mengepung Rumah Sakit Anak Al-Rantisi dan Nasser. Selain itu, terdapat penghentian stasiun oksigen sehingga anak-anak yang sakit menghadapi ancaman kematian setiap saat.  

12 November: Serangan udara ‘Israel’ meledakkan Rumah Sakit Al-Mahdi di Kota Gaza, menewaskan dua dokter dan melukai lainnya.  

14 November: Pengeboman dan serangan penjajah zionis berlanjut di sekitar Rumah Sakit Al-Syifa. Mereka yang berada di dalam dan di sekitar rumah sakit, termasuk staf, pasien, dan muhajirin, menjadi sasaran penembak jitu ‘Israel’. Unit perawatan intensif, bangsal bersalin dan lantai atas gedung bedah rusak. Selain itu, kebakaran terjadi di dekat departemen perawatan pasien gangguan ginjal. Rumah Sakit Anak Nasser di Kota Gaza juga dibom oleh serangan udara ‘Israel’.  

15 November: Direktur Rumah Sakit Al-Syifa mengatakan, tank dan serdadu penjajah mengepung sepenuhnya kawasan sekitar rumah sakit.  

16 November: Pasukan darat ‘Israel’ terus melakukan pengepungan yang lebih gencar di Rumah Sakit Al-Syifa untuk hari kedua.  

17 November: Pasukan darat ‘Israel’ terus melakukan serangan terhadap Rumah Sakit Al-Syifa di Gaza untuk hari ketiga. Mereka masih berada di dalam rumah sakit. Pasukan ‘Israel’ juga mengebom Rumah Sakit Lansia Al-Wafa di kawasan Al-Zahra di Jalur Gaza tengah. Pengeboman tersebut mengakibatkan manajer rumah sakit gugur dan dokter lainnya terluka. 

18 November: Bayi-bayi prematur terpaksa dievakuasi dari kompleks medis Al-Syifa oleh serdadu ‘Israel’. Serdadu penjajah terus memberlakukan blokade terhadap Rumah Sakit Al-Ahli di Kota Gaza, menurut Kementerian Kesehatan. Tim medis tidak bisa keluar dan menjangkau korban cedera dengan aman.  

Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengumumkan bahwa tim medis daruratnya terjebak di Rumah Sakit Al-Amal selama tiga hari berturut-turut, di tengah pengeboman hebat dan baku tembak yang terjadi. Tim tidak dapat bergerak keluar dan menjangkau korban cedera.  

19 November: Serangan udara ‘Israel’ dilanjutkan terhadap Rumah Sakit Al-Syifa. Sedikitnya satu pasien ditawan selama invasi rumah sakit ini. Serdadu ‘Israel’ membombardir Rumah Sakit Al-Awda di Gaza utara, mengakibatkan kematian dan cedera beberapa warga Palestina.  

20 November: Misi gabungan antara PBB dan PRCS, yang dipimpin oleh WHO, mengevakuasi 31 bayi prematur dari Rumah Sakit Al-Syifa yang terkepung di Gaza utara ke Rumah Sakit Bersalin Al-Helal Al-Emirati di Gaza selatan.  

Selain Al-Syifa, pasukan ‘Israel’ juga mengepung Rumah Sakit Indonesia. Sebuah bom menghantam lantai dua RS Indonesia, menewaskan sedikitnya 12 orang. Ashraf al-Qudra, juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza: “Staf Rumah Sakit Indonesia memutuskan bahwa mereka akan tetap tinggal untuk merawat yang terluka. Ada sekira 700 orang, termasuk staf medis dan orang yang terluka, di dalam rumah sakit.”  

Antara 7 Oktober dan 16 November, sedikitnya 71 pengungsi Palestina tewas, dan 573 lainnya terluka saat mencari perlindungan di tempat penampungan dan sekolah UNRWA di seluruh Gaza, menurut UNRWA.  

Lebih dari 250 fasilitas pendidikan telah terkena dampak sejak 7 Oktober, setara dengan 40% dari total jumlah sekolah di Jalur Gaza, menurut UN OCHA.  

Penolakan Akses Kemanusiaan  

Diperkirakan 1,5 juta warga Palestina di Gaza terpaksa meninggalkan rumah mereka dan menjadi pengungsi, menurut UN OCHA.

Sementara itu, sejak 11 Oktober pukul 14.00, Gaza telah mengalami pemadaman listrik total setelah penjajah ‘Israel’ memutus pasokan listrik dan bahan bakar pada tanggal 7 Oktober dan Pembangkit Listrik Gaza kehabisan bahan bakar cadangannya, menurut UN OCHA. 

Berdasarkan hukum internasional, genosida merupakan pembunuhan yang disengaja terhadap sejumlah besar orang dari suatu negara atau kelompok etnis tertentu dengan tujuan menghancurkan negara atau kelompok tersebut, baik secara keseluruhan maupun sebagiannya. 

Genosida dapat dilakukan melalui pembantaian atau dengan menciptakan kondisi hidup yang sangat tidak manusiawi sehingga menyebabkan kehancuran kelompok tersebut.

Hukum humaniter internasional melarang serangan yang tidak pandang bulu dan tidak proporsional, serta mewajibkan semua pihak yang terlibat dalam konflik bersenjata untuk membedakan antara sasaran militer dan sasaran sipil. Menggunakan senjata peledak di wilayah sipil yang padat penduduknya merupakan serangan tanpa pandang bulu yang tergolong sebagai kejahatan perang. (DCI-Palestine)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Bebas dari Penjara Zionis ‘Israel’, Pemuda Palestina Ungkap Penyiksaan yang Dialami Para Tawanan 
Sejumlah Pakar Dorong Penyelidikan Independen Atas Kejahatan Perang di Wilayah Palestina  »