Kesaksian Mengejutkan Ungkap Serdadu ‘Israel’ Tembak Mati Puluhan Lansia di Jalur Gaza
24 December 2023, 08:17.

JENEWA (Euro Med Monitor) – Serdadu ‘Israel’ telah mengeksekusi puluhan warga lanjut usia Palestina di Jalur Gaza dalam operasi penembakan langsung, kata Euro-Mediterranean Human Rights Monitor dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Jumat (22/12/2023).
Kelompok warga sipil yang sangat rentan ini menderita dua kali lipat, kata organisasi HAM itu, karena ‘Israel’ telah menjadikan semua orang di Jalur Gaza sebagai sasaran sejak dimulainya genosida terhadap warga Palestina di sana pada tanggal 7 Oktober.
Euro-Med mengatakan 1.049 pria dan wanita lanjut usia telah terbunuh selama 76 hari genosida—sekitar 1% dari perkiraan 107.000 lansia yang tinggal di Jalur Gaza, dan 3,9% dari seluruh kematian warga Palestina selama agresi tersebut.
Mayoritas dari mereka tewas tertimpa puing-puing rumah atau pusat penampungan tempat mereka berlindung setelah pesawat ‘Israel’ mengebom rumah mereka, atau ketika terpaksa mencari kebutuhan pokok di jalan-jalan dan pasar-pasar.
Namun, yang mengkhawatirkan, puluhan orang menjadi sasaran pembunuhan dan eksekusi lapangan.
Organisasi yang berbasis di Jenewa itu menyatakan bahwa mereka telah menerima kesaksian yang mengerikan mengenai pembunuhan dan eksekusi lapangan terhadap beberapa orang yang berusia di atas 60 tahun.
Insiden ini termasuk serdadu yang menembak orang lanjut usia segera setelah memerintahkan mereka untuk mengungsi dari rumah mereka. Dalam beberapa kasus, mengeksekusi mereka begitu saja beberapa saat setelah pembebasan mereka dari penahanan sewenang-wenang selama berjam-jam atau berhari-hari.
Menurut Euro-Med, Dr Akram Abu Hasira dan istrinya yang sudah lanjut usia ditembak dan dibiarkan mati kehabisan darah oleh pasukan ‘Israel’ pada hari Kamis 21 Desember, setelah dievakuasi secara paksa dari rumah mereka di Jalan Yarmouk di Kota Gaza. Para serdadu kemudian membakar rumah mereka.
Putra mereka, Dr Mahmoud Abu Hasira, melaporkan bahwa setelah pasukan ‘Israel’ mundur dari daerah tersebut, keluarga mereka berhasil menguburkan jenazah pasangan tersebut.
Selain itu, Ahmed Suleiman Hassan Muhammad Abdel-Al, seorang pria sakit jiwa berusia 60 tahun, ditembak dan dibunuh di rumahnya di kamp Jabalia pada 13 Desember, kata Euro-Med. Pembunuhannya terjadi usai serdadu ‘Israel’ menyerbu kamp dan rumah Abdel-Al setelah pengepungan selama berhari-hari di rumah sakit Yaman.
Abdel Nasser Khader Haboub (62) juga terbunuh, Euro-Med melaporkan, pasukan ‘Israel’ menembakkan peluru artileri ke arahnya tak lama setelah dia dibebaskan dari penahanan dua hari. Insiden ini juga merenggut nyawa Dekan Fakultas Teknologi Informasi Universitas Palestina Dr Ahmed Hamdi Abu Absa (38).
Seorang saksi mata mengatakan kepada Euro-Med bahwa Haboub dan keluarganya berlindung di Sekolah Holy Family setelah pengeboman ‘Israel’ menargetkan sebuah rumah di mana mereka berlindung. Sebelumnya, mereka telah meninggalkan rumah mereka sendiri karena pengeboman besar-besaran ‘Israel’ di Kota Gaza.
Sehari setelah keluarga tersebut tiba di sekolah itu pada 8 Desember, pasukan ‘Israel’ menyerbu gedung sekolah tersebut dan menangkap semua pria dan beberapa wanita, menelanjangi para pria dan membawa mereka ke tujuan yang tidak diketahui.
Setelah tengah malam tanggal 10 Desember, pasukan ‘Israel’ membebaskan sekelompok tawanan termasuk beberapa orang lanjut usia. Lantas, menargetkan mereka hanya beberapa menit kemudian dengan peluru tank dan quadcopter yang terbang di atas kepala mereka sehingga menyebabkan kematian Haboub bersama dengan akademisi Abu Absa.
Euro-Med juga mendokumentasikan eksekusi seorang pria lanjut usia bernama Nawaf Muhammad Musa Al-Zaanin pada 10 Desember, saat evakuasi Sekolah Awni Al-Harthani di Beit Lahia di Gaza utara. Warga Beit Hanoun, Al-Zaanin, telah beberapa kali mengungsi bersama keluarganya sebelum pasukan ‘Israel’ menyerbu sekolah tempat mereka berlindung. Dia ditembak di kepala, ungkap organisasi HAM itu.
Tim Euro-Med lebih lanjut mendokumentasikan eksekusi Bashir Hajji (71) dari lingkungan Zaytoun di Kota Gaza. Hajji dibunuh oleh pasukan ‘Israel’ ketika mencoba melintasi Jalan Shalahuddin, jalan utama Jalur Gaza, pada 10 November.
Pembunuhannya terjadi tak lama setelah serdadu ‘Israel’ memublikasikan foto yang menunjukkan salah satu serdadunya berbicara dengan Hajji; dalam foto itu, serdadu tersebut berpura-pura melindungi dan membantu warga sipil Palestina selama mereka mengungsi.
Hala Hajji, cucu perempuan Hajji, mengatakan kepada tim Euro-Med bahwa kakeknya, yang muncul di foto serdadu ‘Israel’, dieksekusi secara brutal saat melintasi jalan untuk mengungsi. Dia meninggal setelah ditembak beberapa kali di kepala dan punggung, ungkapnya.
Organisasi hak asasi manusia itu juga menyoroti eksekusi Dr Muhammad Eid Shabir (77), mantan presiden Universitas Islam di Gaza, bersama istrinya, Rihab Muhammad Shabir (74), pada 11 November.
Putrinya mengonfirmasikan kepada Euro-Med bahwa pesawat ‘Israel’ mengebom rumah bibinya di Jalan Abu Hasira di Gaza, menewaskan lima warga sipil, sedangkan 15 orang selamat dari serangan tersebut.
Mayoritas korbannya adalah perempuan dan anak-anak, termasuk orang tuanya, adik iparnya, Najat Ayoub Al-Helu, dan keponakannya, Muhammad Malik Shabir.
“Mereka keluar hidup-hidup, melarikan diri ke jalan, di mana ibu saya mengirimkan pesan darurat, dan saya mendengar suara ayah saya memanggil salah satu cucunya,” kata sang putri kepada Euro-Med.
“Setelah lebih dari 24 jam, para penyintas dipaksa meninggalkan daerah tersebut oleh serdadu dan berjalan ke Rumah Sakit Al-Syifa—[sekelompok orang] termasuk beberapa orang yang terluka dan lanjut usia—meninggalkan mayat-mayat di bawah reruntuhan.
“Dalam perjalanan, mereka yang pergi melihat istri saudara laki-laki saya dan keponakan saya dibunuh di jalan,” lanjutnya. “Setelah dimulainya gencatan senjata pada 25 November, orang tua saya ditemukan tewas di jalan yang berseberangan dengan al-Syifa setelah mereka ditembak oleh serdadu penembak jitu.”
Pesawat tempur ‘Israel’ mengebom Rumah Sakit Lansia Al-Wafa di Kota Gaza pada 17 November, kata Euro-Med. Ini adalah satu-satunya fasilitas yang menyediakan perawatan bagi para lansia di Jalur Gaza. Pengeboman tersebut menewaskan Dr Medhat Muhaisen, direktur rumah sakit, dan melukai beberapa dokter lainnya.
Semua kasus ini, tegas Euro-Med, hanyalah contoh pembunuhan dan eksekusi lapangan yang terjadi di wilayah-wilayah di mana ‘Israel’ sedang melakukan serangan darat, yang mengakibatkan kematian puluhan orang lanjut usia.
Para lansia harus menanggung akibat yang sangat besar atas serangan tidak proporsional yang dilakukan oleh pasukan ‘Israel’ karena ratusan dari mereka telah terbunuh dalam genosida ‘Israel’, dan ribuan lainnya cedera.
Euro-Med juga mendokumentasikan penahanan sejumlah warga sipil lanjut usia, termasuk laki-laki dan perempuan yang berusia di atas 70 dan bahkan 80 tahun.
Kesaksian dari para tawanan yang dibebaskan menegaskan bahwa mereka tidak diberi akses terhadap pengobatan dan menjadi sasaran penyiksaan dan pelecehan, terlepas dari kondisi kesehatan yang buruk dan/atau usia mereka.
Puluhan ribu orang lanjut usia berada dalam risiko kematian yang serius, Euro-Med memperingatkan, mengingat 69% dari mereka menderita penyakit kronis, dan sebagian besar dari mereka belum menerima perawatan medis apa pun karena sebagian besar rumah sakit tidak lagi beroperasi. Kelaparan yang dijadikan senjata perang oleh ‘Israel’ pun merenggut nyawa para lansia Palestina.
Kelompok hak asasi manusia ini menyoroti penderitaan yang dialami oleh para lansia yang tinggal di kamp-kamp pengungsian. Tidak ada layanan atau pilihan perawatan yang tersedia bagi mereka yang sesuai dengan usia mereka, masalah kesehatan, ketidakmampuan untuk menahan cuaca dingin, atau kebutuhan untuk sering menggunakan kamar kecil. Karena, 700–1.000 orang harus menggunakan satu kamar mandi di kamp-kamp ini.
Euro-Med mencatat bahwa warga sipil yang rentan seharusnya menerima perlindungan tambahan melebihi apa yang diwajibkan oleh hukum humaniter internasional. Namun, ‘Israel’ telah melanggar semua ini dan menjadikan setiap kelompok rentan di Gaza—termasuk perempuan, anak-anak, dan warga sipil—menjadi target yang sah di tengah sikap diam dan keterlibatan komunitas internasional.
Menurut Euro-Med, ‘Israel’ melancarkan kampanye hukuman dan pembunuhan yang meluas, dan menindas kelompok masyarakat Palestina yang paling rentan dengan cara yang jarang terlihat dalam sejarah perang atau konflik bersenjata modern.
Genosida yang dilakukan ‘Israel’ terhadap warga Palestina di Gaza sepenuhnya menunjukkan ketidakpedulian ‘Israel’ terhadap hukum kemanusiaan internasional dan merupakan pelanggaran serius terhadap prinsip-prinsip perang.
Euro-Med memperbarui seruannya kepada komunitas internasional, terutama negara-negara penanda tangan Konvensi Jenewa, untuk melaksanakan tanggung jawab mereka dalam memberikan perlindungan bagi warga sipil di Jalur Gaza.
Pernyataan tersebut lebih lanjut menekankan mendesaknya gencatan senjata permanen. Untuk menghentikan perang genosida yang sedang berlangsung, penyelidikan internasional harus segera dilakukan terhadap kejahatan mengerikan yang dilakukan ‘Israel’.
Negara mana pun yang tetap diam secara aktif mendorong genosida ‘Israel’, tegas Euro-Med. (Euro Med Monitor)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
