Bocah-bocah Silwan ‘Matang’ Terpaksa karena Teror Israel
23 October 2010, 08:07.
JAKARTA, Sabtu (Sahabatalaqsha.com): Jangan bicara soal film kartun televisi kepada anak-anak Silwan di kota tua Al-Quds (Jerusalem). Kehidupan mereka yang penuh dengan penangkapan dan penyiksaan sudah melebihi film horor yang seakan tak pernah berakhir.
Termasuk di antara anak-anak Silwan ini, di antaranya, adalah Jihad Zeitoun, 13 tahun; ‘Omran Mufeed Mansour, 12 tahun, dan teman mereka, Muhammad Yaroun, yang tak diketahui berapa usianya. Perjalanan mereka dari masa kanak-kanak ke kedewasaan terjadi dengan cara yang tak pernah bisa mereka bayangkan sebelumnya.
Maysa Abu Ghazala dari PNN Jerusalem mewawancarai ketiga anak tadi.
‘Omran atau Imran menuturkan penculikan atas dirinya. “Sekelompok besar tentara (Zionis Israel) masuk ke rumahku di pagi hari dan membawaku pada saat aku masih tidur,” kata ‘Imran. “Mereka masukkan aku ke dalam mobil dan membawaku ke kantor (mereka) dan membawa juga ibuku untuk diinterogasi. Si interogator bertanya siapa yang melempari para polisi dengan batu dan apakah aku ikut melempar.”
Muhammad Yaroun ditangkap pada saat menemani Jihad ke sebuah toko. “Di jalan, tiba-tiba saja segerombolan musta’arabin (tentara Israel berpakaian seperti orang Arab) mengepung. Beberapa di antara mereka mengenakan pakaian sipil, ada juga yang memakai rok dan berambut pirang. Sesudah menangkap aku, mereka memasang topi hitam mereka.
Tiga anak yang ditangkap di jalan itu mulai digebuki. Zeitoun lalu dibawa paksa ke Masjid Be’er Yacoub dan dipukuli dengan tongkat tajam.
Para serdadu itu lalu kembali lagi dan membawa mereka semua dengan sebuah van militer ke Wadi al-Ribab. Di sana, ketiga anak itu ditutup matanya, dan dibawa ke pusat interogasi King David untuk difoto dan diinterogasi lagi. Tidak ada orangtua yang mendampingi anak-anak itu.
Interogasi, yang berkisar pada berbagai unjuk rasa warga Silwan yang menyala sesudah dibunuhnya warga Silwan bernama Samir Sirhan oleh seorang petugas keamanan Zionis Israel, berlangsung selama lebih dari lima jam.
Anak-anak itu ditanyai apakah mereka ikut melemparkan batu ke arah para tentara Israel, dan apakah mereka tahu siapa saja yang ikut melakukan itu. Anak-anak itu juga diancam akan disiksa bila tidak mau menjawab.
Ra’ed Halbi, seorang peneliti di International Movement to Defend Al-Aqsa (Gerakan Internasional Membela Al-Aqsa), menyatakan telah terjadi peningkatan jumlah penangkapan terhadap anak-anak di bawah 14 tahun akhir-akhir ini. Halbi menemui ke tiga anak tadi sesudah mereka dilepaskan, dan menyatakan bahwa mereka mengalami ketidakstabilan karena peristiwa kekerasan itu.
Ayah ibu ‘Imran, misalnya, mengatakan bahwa anak mereka kini selalu menarik diri dan kembali mengompol.
Hal ini dibenarkan oleh Bana Badrana dari Committee Against Torture, yang mengatakan bahwa akibat penangkapan terhadap anak-anak itu tidak dengan sendirinya selesai ketika mereka dilepas. “Penelitian kami di Silwan menunjukkan, anak-anak yang ditangkap itu lalu menderita tidak bisa tidur, kembali mengompol dan tidak berani keluar rumah sendiri. Mereka juga mungkin berlaku kasar kepada keluarga yang merawat mereka.”
Menurut Nisreen Alyan, seorang pengacara dari Association for Civil Rights in Israel (ACRI), berbagai penangkapan yang dilakukan oleh pasukan bersenjata Israel di berbagai kawasan Palestina di Al-Quds juga melanggar “sistem hukum” negara Zionis itu.
Termasuk dalam pelanggaran itu adalah penangkapan dan penculikan di malam hari dan penangkapan terhadap anak-anak di bawah usia 14 tahun tanpa disertai para wali mereka, serta pemaparan kekerasan, intimidasi dan penyiksaan terhadap anak-anak itu.
Dalam waktu beberapa bulan terakhir ini, sekitar 130 anak Palestina ditangkap dari berbagai kawasan terutama Hebron dan Al-Quds (Jerusalem).
Sejak tahun 2000, sudah lebih dari 8000 anak Palestina di bawah usia 18 tahun ditangkap dan mengalami penyiksaan, intimidasi dan berbagai kekerasan lainnya. (IA/Sahabat Al-Aqsha)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.