Dokter Adnan Al-Bursh Gugur, Rekan Sejawat Kenang Jalan Panjang Perjuangan 

4 May 2024, 21:52.

Dr. Adnan Al-Bursh, 50 tahun, seorang ahli bedah Palestina yang terkenal di Gaza, syahid di penjara ‘Israel’. Dia ditahan oleh serdadu ‘Israel’ bersama dengan 10 petugas medis lainnya pada bulan Desember. Foto: Mohammad Al-Bursh

GAZA (BBC | CNN) – Seorang dokter Gaza meninggal di dalam penjara penjajah ‘Israel’ setelah lebih dari empat bulan disekap oleh aparat zionis, kata asosiasi tahanan Palestina. 

Aparat penjara penjajah ‘Israel’ mengonfirmasikan bahwa pernyataan yang diterbitkan pada 19 April tentang seorang tawanan yang ditahan karena alasan keamanan nasional dan meninggal di penjara Ofer adalah Dr. Adnan Al-Bursh.  

Tidak ada perincian yang diberikan mengenai penyebab kematiannya. Pihak penjara mengatakan insiden tersebut “sedang diselidiki”. 

Namun, kelompok advokasi tahanan Palestina mengatakan dalam pernyataan bersama pada hari Kamis (2/5/2024) bahwa kematian Dr. Adnan Al-Bursh merupakan pembunuhan dan bagian dari “proses penargetan sistematis terhadap para dokter dan sistem layanan kesehatan di Gaza.”

Sementara itu, jenazahnya masih ditahan penjajah ‘Israel’. 

Dr. Al-Bursh adalah kepala ortopedi di fasilitas medis terbesar di Gaza, Rumah Sakit al-Syifa, yang telah beberapa kali diserang oleh militer negara palsu zionis. 

Dr. Al-Bursh—untuk sementara waktu—melakukan pelayanan medis di RS Al-Awada di Gaza utara; ketika dia ditahan oleh pasukan penjajah ‘Israel’.

Rekan kerjanya memberikan penghormatan kepada ahli bedah tersebut. Mereka menggambarkannya sebagai orang yang penuh kasih sayang dan juga pahlawan. 

Direktur RS Al-Syifa, Dr. Marwan Abu Saada, mengatakan berita kematian pria berusia 50 tahun itu merupakan “berita yang memilukan bagi semua orang, bagi keluarganya, staf medis di Rumah Sakit Al-Syifa, dan bagi pasien-pasien Dr. Adnan.”

“Ini adalah hal terakhir yang kami harapkan, dan sulit bagi jiwa manusia untuk menerima berita ini,” katanya. “Dr. Adnan mencintai kehidupan, ceria, dan dicintai oleh semua orang.” 

https://www.instagram.com/p/C6gUDhXBKap/?locale=bz-hans&hl=am-et&img_index=1

Rekan lainnya, Dr. Suhail Matar, menyebut bahwa Dr. Al-Bursh sebagai katup pengaman untuk setiap departemen ortopedi di semua rumah sakit di Gaza. 

“Jarang sekali Anda bertemu orang seperti dia dalam hidup Anda, karena dokter ini bekerja sepanjang hidupnya dengan penuh dedikasi dan melakukan upaya luar biasa. Bahkan dengan mengorbankan dirinya sendiri,” ungkap Dr. Matar. 

Ia menggambarkan rekannya itu sebagai seseorang yang tak pernah lelah bekerja, dicintai semua orang, dan senyumannya tak pernah hilang. 

Bekerja tanpa henti selama perang

Keponakan Adnan Al-Bursh, Mohammad Al-Bursh, mengatakan kepada CNN dalam sebuah wawancara telepon bahwa dia mengetahui tentang kematian pamannya sekitar pukul 1 siang pada hari Kamis dari Palestinian Prisoners’ Society.

“Saya tidak tahu bagaimana cara memberi tahu istrinya dan ayah saya. Berita seperti ini sulit untuk diterima… Kami terkejut, lebih dari yang bisa dibayangkan oleh siapa pun. Kami sangat terpukul,” katanya.

Sebagai anak bungsu dari sembilan bersaudara, Dr. Al-Bursh bukan hanya seorang dokter, dia juga seorang penasihat olahraga untuk tim sepak bola nasional Palestina, kata keponakannya.

Dia mengatakan kepada CNN bahwa pamannya bekerja tanpa henti selama puncak perang di Gaza, hanya meluangkan waktu satu jam pada pagi hari untuk joging dan berolahraga di pantai.

Dokter bedah Palestina Al-Bursh (kiri) terlihat sedang merawat seorang anak Palestina yang terluka di sebuah rumah sakit di Gaza. Foto: Kementerian Kesehatan Gaza

“Sejak 10 Oktober 2023, dia menghabiskan setiap waktu yang dia miliki di rumah sakit Al-Syifa. Dia bahkan tidak bertemu istrinya sampai sekitar dua minggu kemudian,” kata Mohammed.

Selama serangan pertama ‘Israel’ ke rumah sakit Al-Syifa, Mohammad mengatakan kepada CNN bahwa serdadu ‘Israel’ mengatakan kepada staf medis, termasuk Dr. Al-Bursh bahwa mereka dapat meninggalkan rumah sakit dan pergi ke selatan, atau ditangkap.

Dia mengikuti perintah dan pergi ke selatan untuk sementara waktu, dan akhirnya kembali ke utara Gaza ketika dia merasa jalanan sudah aman, kata Mohammad.

Dr. Al-Bursh akhirnya berpindah-pindah dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya di Gaza, yang masing-masing selalu menjadi target serangan ‘Israel’.

Menurut Mohammad, Dr. Al-Bursh memiliki pilihan untuk melarikan diri dan berlindung di tempat penampungan di Jabaliya, namun dia bertekad untuk tetap bekerja. Hingga akhirnya dia ditahan oleh serdadu ‘Israel’ pada tanggal 14 Desember tahun lalu.

Mohammad mengatakan bahwa dia mencoba mendapatkan informasi tentang penangkapan pamannya dari pihak berwenang dan pengacara, tetapi tidak mendapatkan informasi apa pun.

Sama seperti Mohammad, Dr Marwan Abu Saada mengatakan bahwa sebelumnya ia telah bertanya kepada aparat penjajah Zionis tentang penahanan Al-Bursh, tetapi “tidak menerima kabar apa pun.”

Abu Saada diberitahu salah satu rekan tawanan Al-Bursh—yang sejak itu telah dibebaskan—bahwa ahli bedah tersebut telah disiksa dan dibunuh.

Al-Bursh berfoto bersama kedua anaknya. Foto: Mohammad Al-Bursh

Dr. Al-Bursh meninggalkan lima orang anaknya, yang termuda berusia tiga tahun, yang sudah hampir lima bulan tidak bertemu dengan ayah mereka.

“Saya masuk ke rumah duka kemarin dan melihat dua dari anaknya melompat-lompat berharap bisa bertemu dengan ayah mereka. Mereka tidak tahu bahwa dia telah syahid,” kata Mohammad kepada CNN, sambil berusaha menahan air mata.

Postingan terakhir Dr. Al-Bursh di X adalah gambar kartun dirinya yang sedang mengenakan seragam bedah di tengah-tengah kehancuran Gaza, dengan sebuah catatan dalam bahasa Arab yang berbunyi, “Kami akan mati dalam keadaan berdiri dan kami tidak akan berlutut… Yang tersisa di lembah ini hanyalah batu-batunya, dan kami adalah batu-batunya.”

Kementerian Kesehatan Gaza mengungkapkan dalam sebuah pernyataan bahwa dengan kematian Dr Al-Bursh, berarti jumlah total petugas medis yang dibunuh oleh penjajah ‘Israel’ sejak agresi 7 Oktober sudah mencapai 496 orang. Sementara itu, 1.500 orang lainnya terluka dan 309 orang masih disekap. 

Fasilitas medis dilindungi berdasarkan hukum internasional. Namun, negara palsu ‘Israel’ dengan sengaja terus menyerang fasilitas tersebut, termasuk para staf medis dan pasiennya. (BBC | CNN)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Imbas Agresi Brutal Zionis, Kondisi Perekonomian Palestina Kian Terhimpit  
ICC Hadapi Ancaman Usai Muncul Laporan tentang Surat Perintah Penangkapan Para Gembong Zionis »