IPC: Ancaman Kelaparan Terus Berlanjut, Setengah Juta Warga Gaza Menderita Kelaparan
26 June 2024, 18:37.

Seorang anak Palestina berusia empat tahun dengan cerebral palsy (kelumpuhan otak) yang juga menderita kekurangan gizi beristirahat di sebuah tempat penampungan di sekolah Salaheddin yang dikelola oleh PBB di lingkungan Rimal, pusat Kota Gaza, 10 Juni 2024. Foto: AFP/Omar al-Qattaa
(Middle East Eye) – Ancaman kelaparan yang tinggi masih terus berlanjut di seluruh Jalur Gaza karena hampir seluruh penduduknya menghadapi tingkat kerawanan pangan akut yang tinggi atau lebih buruk lagi, termasuk setengah juta orang yang menderita kelaparan, demikian menurut pemantau kelaparan global.
Laporan dari Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (Integrated Food Security Phase Classification/IPC) yang diterbitkan pada hari Selasa (25/6/2024) menemukan bahwa lebih dari 20 persen dari 2,2 juta penduduk Gaza melewati hari dan malam tanpa makan, di tengah perang dan pengepungan ‘Israel’ selama delapan bulan di Gaza.
Lebih dari separuh penduduk Palestina itu telah menukarkan pakaian mereka dengan uang untuk membeli makanan, sedangkan sepertiganya harus memungut sampah untuk dijual, tambah laporan yang didukung oleh PBB itu.
Pada bulan Maret, IPC memperingatkan bahwa kelaparan akan segera terjadi di Gaza, dan memperkirakan hal itu bisa terjadi pada akhir Mei.
Laporan tersebut menambah tekanan terhadap ‘Israel’, yang selama berbulan-bulan telah memberlakukan pengepungan ketat di wilayah kantong Palestina itu, menghalangi pengiriman makanan pokok dan kebutuhan medis.
Para penyelidik independen PBB mengatakan ‘Israel’ menggunakan kelaparan terhadap penduduk Palestina sebagai senjata perang sebagai bagian dari kebijakan yang setara dengan hukuman kolektif terhadap warga sipil.
Di tengah kemarahan internasional, penjajah Zionis “sedikit” meningkatkan akses pangan di beberapa daerah, mengurangi ancaman kelaparan yang diperkirakan akan terjadi pada bulan Maret, menurut IPC.
Namun, situasinya telah memburuk dalam beberapa minggu terakhir. Warga mengatakan pembatasan ketat yang diberlakukan ‘Israel’ telah kembali, memperburuk krisis kelaparan lagi.
Invasi darat ‘Israel’ ke Rafah, di Gaza selatan, termasuk pemblokiran penyeberangan Rafah, telah menutup beberapa rute menuju wilayah kantong tersebut untuk truk-truk bantuan kemanusiaan.
IPC mengatakan bahwa perbaikan yang diamati setelah laporan bulan Maret tidak boleh “membuat kita berpuas diri” tentang risiko kelaparan yang mungkin terjadi dalam beberapa minggu dan bulan mendatang.
“Situasi di Gaza tetap merupakan bencana besar dan ada risiko kelaparan yang tinggi dan berkelanjutan di seluruh Jalur Gaza,” kata laporan itu.
Laporan tersebut menambahkan bahwa “ruang kemanusiaan di Jalur Gaza terus menyusut dan kemampuan untuk memberikan bantuan dengan aman kepada penduduk semakin berkurang,” dan memperingatkan bahwa “perkembangan terbaru sangat negatif dan tidak stabil.”
‘Kekurangan makanan yang ekstrem’
IPC tidak mengumpulkan data secara langsung, tetapi bergantung pada mitra-mitra kemanusiaan di lapangan untuk menghasilkan informasi mengenai ketahanan pangan, nutrisi, angka kematian, dan asupan kalori. IPC kemudian menganalisis data tersebut.
Menurut perkiraan terbaru, laporan IPC mengatakan bahwa 96 persen penduduk Gaza menghadapi setidaknya tingkat kerawanan pangan akut yang tinggi hingga bulan September. Dari jumlah tersebut, lebih dari 495.000 orang menghadapi “kekurangan makanan yang ekstrem, kelaparan, dan kekurangan kemampuan untuk bertahan hidup”.
Menurut IPC, selain kehancuran masif yang dilakukan oleh ‘Israel’ terhadap rumah-rumah, pasar, dan infrastruktur sipil, hampir 60 persen lahan pertanian di Gaza telah hancur atau rusak parah, yang berdampak secara signifikan pada sistem pangan.
Risiko wabah penyakit meningkat karena “konsentrasi penduduk yang mengungsi ke daerah-daerah dengan infrastruktur air, sanitasi, kebersihan (WASH), kesehatan, dan infrastruktur penting lainnya yang berkurang secara signifikan,” tambah IPC.
Hampir 70 persen fasilitas kebersihan di seluruh Gaza rusak atau hancur pada akhir bulan Mei.
Menurut laporan tersebut, sistem kesehatan di Gaza juga akan menghadapi kehancuran total dalam beberapa bulan mendatang, yang meningkatkan “kemungkinan terjadinya wabah epidemi” dan kemungkinan terjadinya “bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya dibandingkan dengan penderitaan yang telah terjadi di Gaza sejak bulan Oktober”.
IPC menganggap pertempuran dan pengungsian yang berkelanjutan, serta akses kemanusiaan yang terbatas selama beberapa bulan terakhir, sebagai pendorong utama dari situasi ini. “Hanya penghentian pertempuran yang disertai dengan akses kemanusiaan yang berkelanjutan yang dapat mengurangi risiko kelaparan.”
Menanggapi laporan tersebut, kepala eksekutif Oxfam Britania Raya, Halima Begum, mengatakan: “Sedikit perbaikan kondisi di bagian utara Gaza menunjukkan bahwa ‘Israel’ dapat mengakhiri penderitaan manusia jika mereka memilih untuk melakukannya. Namun, perbaikan tersebut dapat hilang dengan cepat ketika akses kembali dibatasi, seperti yang diperingatkan oleh laporan tersebut terjadi saat ini.
“Sekali lagi, Oxfam mendesak pemerintah Inggris untuk berbuat lebih banyak lagi untuk menekan ‘Israel’ agar mengizinkan bantuan mencapai lebih dari dua juta orang yang hidup dalam kondisi yang tidak dapat ditoleransi ini, dan untuk berhenti menambah bahan bakar ke dalam api dengan mengizinkan penjualan senjata ke ‘Israel’ untuk terus berlanjut.” (Middle East Eye)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
