Raksasa Teknologi AS Bersekongkol dengan ‘Israel’ untuk Bunuh Warga Palestina
7 August 2024, 11:03.
Layanan cloud dari Amazon, Microsoft, dan Google memungkinkan militer ‘Israel’ untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi intelijen dalam jumlah yang ‘tak terbatas’ tentang hampir ‘semua orang’ di Gaza. Foto: Amazon Web Services
(The Cradle) – Serdadu ‘Israel’ menggunakan layanan penyimpanan cloud dan kecerdasan buatan (AI) yang disediakan oleh Amazon, Google, dan Microsoft untuk melakukan kejahatan perang terhadap warga Palestina di Jalur Gaza, seperti yang ditunjukkan oleh laporan +972 Magazine yang diterbitkan pada tanggal 5 Agustus.
Kolonel ‘Israel’ Racheli Dembinsky mengonfirmasikan secara terbuka untuk pertama kalinya pada 10 Juli bahwa serdadu ‘Israel’ menggunakan layanan penyimpanan cloud dan kecerdasan buatan yang disediakan oleh raksasa teknologi konsumen pada sebuah konferensi bertajuk “IT for IDF (Teknologi Informasi untuk IDF)” di Rishon Lezion, demikian laporan situs berita independen itu.
Sistem cloud publik Amazon Web Services (AWS) memberikan “kapasitas eksponensial” yang memungkinkan militer ‘Israel’ untuk memiliki “penyimpanan tak terbatas” untuk menyimpan informasi intelijen tentang hampir “semua orang” di Gaza, lapor +972 Magazine.
Intelijen ini telah membantu ‘Israel’ dalam melakukan pembunuhan dan serangan udara yang telah menewaskan warga sipil. Serangan udara ‘Israel’ telah menewaskan puluhan ribu orang di Gaza, sebagian besar wanita dan anak-anak, sejak 7 Oktober lalu.
Menurut sumber-sumber intelijen, militer ‘Israel’ memiliki server sendiri untuk menyimpan informasi intelijen tentang warga Palestina, tetapi setelah dimulainya perang, “kemampuan penyimpanan dan kekuatan pemrosesan yang jauh lebih besar diperlukan untuk menyimpan miliaran file audio (bukan hanya informasi tekstual atau metadata), yang memaksa militer ‘Israel’ untuk beralih ke layanan cloud yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan teknologi.”
Kemitraan ‘Israel’ dengan perusahaan-perusahaan teknologi konsumen untuk menyimpan data pemerintah di cloud dimulai pada tahun 2021, dengan penandatanganan kontrak bersama dengan Google dan Amazon yang disebut Project Nimbus.
Kesepakatan senilai $1,2 miliar ini memungkinkan kementerian pemerintah untuk mentransfer data mereka yang tidak dirahasiakan ke cloud dan menerima layanan canggih dari Google dan Microsoft.
Di bawah Project Nimbus, Google dan Amazon mendirikan pusat data di ‘Israel’ masing-masing pada tahun 2022 dan 2023. Pengaturan ini memudahkan “entitas keamanan, bahkan yang paling sensitif sekalipun,” untuk menyimpan informasi di cloud selama perang tanpa takut bahwa pengadilan luar negeri mungkin akan meminta informasi tersebut jika terjadi gugatan terhadap ‘Israel’.
+972 Magazine melaporkan bahwa sejak Oktober 2023, kemitraan ‘Israel’ dengan Amazon, Google, dan Microsoft di bawah Project Nimbus telah berkembang secara signifikan. Raksasa teknologi tersebut telah menyediakan penyimpanan data dan layanan AI kepada unit-unit militer yang menangani informasi rahasia seiring dengan meningkatnya kebutuhan ‘Israel’.
“Apa yang terjadi di cloud [publik],” kata seorang sumber yang berbicara dengan +972 Magazine, “adalah Anda menekan sebuah tombol, membayar seribu dolar lagi pada bulan itu, dan Anda memiliki sepuluh server. Perang dimulai? Anda membayar satu juta dolar, dan Anda memiliki seribu server lagi. Itulah kekuatan cloud.”
Salah satu sumber intelijen menggambarkan bagaimana “cloud [Amazon] adalah [ruang] penyimpanan yang tak terbatas. Masih ada server [militer] biasa, yang cukup besar… Namun, selama pengumpulan intelijen, terkadang, Anda menemukan seseorang yang menarik minat Anda, dan berkata: ‘Sayang sekali, dia tidak termasuk [sebagai target pengawasan], saya tidak punya informasi tentangnya.’ Akan tetapi, cloud memberikan Anda informasi tentang dia karena cloud memiliki [informasi tentang] semua orang.”
Menurut Kolonel Avi Dadon, layanan cloud publik berpotensi meningkatkan daya mematikan militer. Ketika mencari seseorang untuk “dihilangkan”, jelasnya, “Anda mengumpulkan miliaran detail yang tampaknya tidak menarik. Namun, Anda harus menyimpannya. Begitu Anda ingin memproses [dan] menggabungkan semuanya menjadi sebuah produk yang memberi tahu Anda bahwa [target] ada di sini pada jam ini, Anda hanya punya waktu lima menit, Anda tidak punya waktu seharian penuh. Jadi jelas, Anda membutuhkan informasi tersebut.”
Salah satu aplikasi di cloud internal militer, MapIt, memungkinkan serdadu Zionis untuk menandai target pada peta interaktif yang kolaboratif secara real-time. “Target adalah lapisan terberat di peta,” kata seorang sumber keamanan kepada +972 Magazine. “Sepertinya setiap rumah memiliki target.”
Mengenai peran Amazon, Microsoft, dan Google, Tariq Kenney-Shawa, peneliti kebijakan AS di lembaga pemikir Palestina, Al-Shabaka, menyatakan, “Ini lebih dari sekadar keterlibatan: ini adalah partisipasi dan kolaborasi langsung dengan militer ‘Israel’ dalam alat yang mereka gunakan untuk membunuh warga Palestina.” (The Cradle)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.