Pembantaian Al-Mawasi: ‘Orang-orang Tercabik-cabik, Kebanyakan dari Mereka Adalah Wanita dan Anak-anak’
11 September 2024, 14:19.

Para pelayat melakukan salat Jenazah bagi warga Palestina yang terbunuh dalam serangan ‘Israel’ di al-Mawasi pada 10 September 2024. Foto: Mohammed Salem/Reuters
(Middle East Eye) – Selama tiga jam di bawah kegelapan langit malam Gaza, tim pencarian dan penyelamatan menggali tumpukan pasir untuk mengambil jenazah dan korban selamat. Akhirnya, mereka berhenti, kelelahan, menunggu fajar dan mencari apa lagi yang tersisa.
Tim tiba beberapa menit setelah pesawat ‘Israel’ menghantam daerah tersebut, sebuah tempat di al-Mawasi, Gaza selatan, yang telah ditetapkan ‘Israel’ sebagai “zona kemanusiaan”.
Sekitar tengah malam pada hari Selasa, bom dijatuhkan di tenda-tenda yang menampung warga Palestina yang mengungsi, membentuk kawah besar di bumi dan membunuh 40 orang, menurut otoritas setempat.
Saksi mata mengatakan kepada Middle East Eye (MEE) bahwa ledakan itu terasa seperti “gempa bumi yang mengguncang daerah itu”. Ketika mereka melangkah keluar, mereka menemukan para korban “dengan anggota tubuh yang teramputasi” tergeletak di tanah.
“Saat itu sekitar pukul 12.30 atau 1 dini hari, saya sedang tidur di pergola di luar rumah saya ketika tiba-tiba, saya melihat rudal jatuh dan pasir menghujani kami. Mereka mengebom daerah itu dengan sekitar empat atau lima rudal,” kata Alaa Shahda Mahmoud al-Shaer, seorang warga lanjut usia di al-Mawasi, kepada MEE.
Saudari-saudari, mertua, dan anak-anak perempuan Shaer semuanya tinggal bersamanya. Serdadu ‘Israel’ memberi tahu warga Palestina untuk pindah ke daerah yang disebut “aman” ini, katanya, “Jadi, semua orang datang ke sini. Kami terkejut dengan apa yang mereka lakukan.”
Shaer bergabung dengan puluhan warga dan pengungsi yang mulai menyingkirkan tumpukan pasir dan menyelamatkan mereka yang terkubur hidup-hidup sebelum tim SAR pertahanan sipil tiba.
“Hanya Allah yang tahu bagaimana kami menyelamatkan orang-orang. Kami menyingkirkan pasir dan tenda dari mereka dengan tangan kosong. Sungguh sangat sulit untuk mengeluarkan para korban. Kami mencoba menyelamatkan para wanita dan anak-anak, tetapi pasir telah menutupi tenda dan orang-orang,” katanya.
“Beberapa tenda, kami bahkan tidak dapat menemukan mereka—mereka terkubur seluruhnya. Pertahanan sipil mencoba mengambil mereka pada malam hari, tetapi tidak berhasil, dan kami masih menunggu mereka untuk ditemukan.”
Menurut pertahanan sipil Gaza, sedikitnya 40 orang terbunuh dan 60 lainnya terluka dalam pembantaian itu, yang terjadi tanpa perintah evakuasi sebelumnya.
“Saya tidak melihat para syuhada, tetapi para pemuda mengatakan ada seorang wanita dengan kepala terpenggal, anak-anak dan anggota keluarga al-Shaer dan Foujo terbunuh. Semua yang terbunuh adalah orang biasa. Kami tidak pernah mendengar bahwa salah satu dari mereka bekerja dengan kelompok perlawanan sebelumnya,” kata Shaer.

Warga Palestina memeriksa lokasi setelah serangan ‘Israel’ di kamp pengungsi di al-Mawasi, Gaza selatan, pada 10 September 2024. Foto: Mohammed Salem/Reuters
Seperti biasa, militer ‘Israel’ mengatakan mereka menargetkan pusat komando Hamas yang “disamarkan di wilayah kemanusiaan di Khan Yunis”, seraya menambahkan bahwa “banyak langkah telah diambil untuk mengurangi kemungkinan melukai warga sipil, termasuk penggunaan persenjataan presisi, pengawasan udara, dan informasi intelijen tambahan”.
Namun, penjajah Zionis tidak membagikan bukti untuk mendukung klaim mereka dan Hamas membantah tuduhan tersebut.
‘Seperti gempa bumi’
Aisha Nayef al-Shaer, seorang wanita lansia yang tinggal di al-Mawasi, menyatakan melihat anggota-anggota tubuh yang teramputasi ditarik dari bawah pasir.
“Kami sedang tidur ketika pengeboman tiba-tiba terjadi. Kami mulai berlari dan menemukan orang-orang tergeletak di tanah. Beberapa orang kaki mereka terputus, yang lain kepala mereka terpenggal, dan orang-orang menggendong mereka,” katanya kepada MEE.
“Masih ada orang yang hilang di bawah pasir. Beberapa waktu lalu, mereka menarik kepala, tangan, dan kaki. Orang-orang masih terkubur, dan keluarga mereka sedang mencari mereka. Mereka sedang tidur dan penjajah mengebom mereka dengan pesawat tempur. Daerah ini penuh sesak dengan orang-orang dan tenda-tenda.”

Keluarga berduka saat mereka menggendong jenazah bayi Palestina yang terbunuh dalam pembantaian ‘Israel’ di al-Mawasi pada 10 September. Foto: Reuters/Mohammed Salem
Saksi mata mengatakan sedikitnya 20 tenda darurat yang menampung keluarga menjadi sasaran. Mereka mendirikan tenda di daerah pesisir berpasir dekat kota Khan Yunis, tempat dengan sedikit infrastruktur untuk mendukung mereka.
Ratusan ribu warga Palestina yang mengungsi telah berlindung di al-Mawasi setelah ‘Israel’ memerintahkan mereka untuk meninggalkan Gaza utara dan timur segera setelah perang genosida meletus pada bulan Oktober.
Sejak ‘Israel’ memulai operasi militer di kota selatan Rafah pada bulan Mei, jumlah pengungsi di al-Mawasi telah berlipat ganda, situasi yang diperburuk oleh serangan yang dilancarkan di Khan Yunis dan beberapa bagian Gaza tengah.
Al-Mawasi mengalami serangan serupa pada 13 Juli, ketika serangan udara ‘Israel’ terhadap warga Palestina yang mengungsi membunuh sedikitnya 88 orang dan melukai 289 lainnya, menurut kementerian kesehatan Gaza.
Umm Mahmoud, seorang pengungsi Palestina yang telah berlindung di al-Mawasi selama sembilan bulan, menyebut serangan itu “mengerikan”.
“Kami mendengar sekitar lima ledakan yang terasa seperti gempa bumi di daerah itu. Saat itu gelap, kami semua sedang tidur, dan anak-anak keluar sambil menangis. Orang-orang tercabik-cabik, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak,” katanya kepada MEE.
“Kami merasa aman di sini, dan tidak ada pejuang perlawanan di antara kami. Saya telah berada di sini selama sembilan bulan dan belum melihat satu pun pejuang di daerah ini. Semua orang di sini adalah wanita, anak-anak, lansia, dan orang biasa.” (Middle East Eye/Ahmed Abd el Aziz dan Maha Hussaini)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
