Pengeboman Doha: Eskalasi Berbahaya “Israel” yang Membuka Pintu Konflik Regional
13 September 2025, 14:19.
(X: @khaledsafi) – Penargetan Doha oleh penjajah “Israel” merupakan peristiwa yang berbahaya dalam aturan keterlibatan regional, dan pelanggaran terang-terangan atas norma dan kesepakatan internasional.
Serdadu penjajah Zionis mengumumkan bahwa mereka menargetkan para pemimpin Hamas—termasuk di antaranya Khaled Misy’al, Khalil al-Hayya, dan Zaher Jabarin—ketika mereka sedang berada di ibu kota Qatar untuk mendiskusikan tawaran gencatan senjata Amerika Serikat (AS) atas genosida di Jalur Gaza.
Operasi yang digambarkan di media sebagai “kegagalan perundingan” ini, menunjukkan bahwa pengeboman tersebut bukanlah sekadar aksi militer, melainkan jebakan yang sudah dipersiapkan sebelumnya dengan koordinasi AS dan “Israel”.
Operasi ini memiliki beberapa aspek yang berbahaya:
– Melanggar kedaulatan Qatar:
Penargetan langsung di wilayah negara Teluk yang berdaulat, anggota Dewan Kerja Sama Kawasan Teluk (Gulf Cooperation Council/GCC), membuka pintu bagi kemungkinan semakin meluasnya agresi ke seluruh kawasan tersebut.
– Pesan regional yang jelas:
Pernyataan para petinggi penjajah setelah operasi tersebut, termasuk Ketua Knesset dan wartawan terkemuka, menegaskan bahwa pesan tersebut tidak ditujukan kepada Qatar saja, tetapi juga kepada Ankara, Teheran, dan ibu kota Arab lainnya, dalam sebuah ancaman terbuka yang melampaui batas-batas Palestina.
– Keterlibatan internasional terbuka:
Pangkalan militer AS yang ditempatkan di Qatar tidak mengaktifkan sistem pertahanan, meskipun ada penetrasi wilayah udara oleh pesawat tempur “Israel”, yang menimbulkan pertanyaan serius tentang adanya persekongkolan atau kesengajaan untuk diam.
Peran Turkiye:
Terkuaknya informasi yang mengindikasikan bahwa intelijen Turkiye telah memantau pergerakan pesawat tempur F-35 beberapa menit sebelum serangan dan menginformasikannya kepada Qatar, yang memungkinkan para pemimpin Palestina mengubah lokasi mereka dan selamat dari upaya pembunuhan tersebut.
Perkembangan ini membuka pintu bagi konfrontasi intelijen langsung antara Ankara dan Tel Aviv yang mungkin akan meluas ke “titik-titik panas”, seperti Suriah.
Dampak regional:
Penargetan Qatar merupakan penargetan implisit terhadap seluruh sistem Teluk.
Dengan tidak adanya penangkal kolektif, negara-negara di kawasan ini menjadi target potensial dalam perhitungan pendudukan, menempatkan GCC dalam ujian eksistensial tentang kelayakan perjanjian pertahanan bersama.
Peristiwa penting ini tidak dapat dibaca sebagai insiden yang berdiri sendiri, melainkan sebagai bagian dari strategi “Israel” yang didasarkan pada pelanggaran seluruh batas-batas (red line) dan memindahkan konfrontasi ke jantung ibu kota regional untuk menggambar ulang aturan permainan.
Pada saat yang sama, ini adalah bukti kegagalan penjajah “Israel” untuk menyelesaikan pertempurannya di dalam Gaza setelah lebih dari 700 hari perang sehingga mereka menggunakan eskalasi eksternal untuk mencari keuntungan politik atau keamanan.
Persamaannya hari ini jelas:
Wilayah ini berada di ambang konflik regional yang lebih luas, yang mungkin dimulai dengan informasi intelijen dan dapat berakhir menjadi konflik militer. Penargetan Doha bukanlah akhir dari sebuah babak, tetapi justru awal dari sebuah fase baru, yang menunjukkan bahwa penjajah tidak lagi mempertimbangkan kedaulatan sebuah negara. Selain itu, respons regional—jika ada—akan menentukan bentuk fase berikutnya di kawasan Timur Tengah. (X: @khaledsafi)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
