Ancaman bagi Warga Gaza: Ribuan Ton Bom Zionis Belum Meledak di Bawah Reruntuhan
16 November 2025, 14:47.

Foto: PIC
GAZA (PIC) – Laporan dari The Economist memperingatkan bahwa Gaza kini mungkin memiliki konsentrasi persenjataan belum meledak yang tertinggi di antara zona konflik mana pun di dunia.
Kondisi tersebut menimbulkan ancaman jangka panjang yang ekstrem bagi warga sipil Gaza, meskipun pengeboman penjajah dihentikan dalam waktu yang lama.
Laporan tersebut menyatakan bahwa sebagian besar bahaya terletak di bawah reruntuhan, tempat penjajah menjatuhkan sejumlah besar bom yang dilengkapi dengan sekering aksi tertunda.
Amunisi ini dapat meledak dalam beberapa hari, pekan, atau bahkan bulan ke depan di dalam bangunan yang runtuh atau di bawah tanah sehingga mempersulit upaya pembersihan dan membahayakan keluarga yang kembali.
Menurut data PBB yang dikutip dalam laporan tersebut, setidaknya 53 orang telah gugur dan ratusan lainnya terluka akibat bom yang belum meledak, meskipun kelompok-kelompok kemanusiaan yakin jumlah korban sebenarnya jauh lebih tinggi.
Salah satu kasus melibatkan anak kembar berusia enam tahun, Yahya dan Nabila al-Sharbasi, yang menderita luka parah.
Keduanya bermain dengan apa yang mereka sangka sebagai mainan, padahal itu merupakan bom yang tertinggal di lingkungan mereka yang hancur.
Kelompok-kelompok bantuan mengatakan insiden semacam itu menyoroti risiko yang sangat besar bagi anak-anak di wilayah permukiman padat penduduk Gaza.
PBB memperkirakan lebih dari 7.000 ton persenjataan yang belum meledak tersebar di sekitar 40 persen permukiman Gaza; dengan tingkat tertinggi tercatat di Bayt Hanoun, Bayt Lahia, dan Jabalia.
Humanity & Inclusion, sebuah organisasi bantuan, memperkirakan pembersihan penuh bahan peledak ini dapat memakan waktu 20 hingga 30 tahun, dan berpotensi jauh lebih lama tanpa dukungan teknis internasional yang luas.
“Pembersihan puing-puing secara menyeluruh tidak akan pernah terjadi,” kata Nick Orr, seorang pakar pembersihan bahan peledak di kelompok tersebut. “Sebagian besar terkubur dalam-dalam. Kita akan menemukannya selama beberapa generasi.”
Kelompok tersebut mencatat, bahkan tim pembersih ranjau PBB masih bertugas di Mosul bertahun-tahun setelah perang.
Menurut Humanity & Inclusion, wilayah Gaza dihantam oleh pengeboman yang jauh lebih brutal, yang membuat operasi pembersihan jauh lebih rumit dan berbahaya.
Upaya menetralkan bom yang belum meledak menghadapi pembatasan ketat dari penjajah zionis. Penjajah menghalangi masuknya tim ahli dan peralatan penting, sekaligus mencegah personel Palestina menerima pelatihan profesional.
Banyak peralatan penting diklasifikasikan oleh penjajah zionis sebagai “alat berguna ganda” dan dilarang memasuki wilayah Gaza.
Akibatnya, kru pembersihan bom terpaksa berimprovisasi. Terkadang mereka mengisi karung makanan bekas dengan pasir untuk membuat perisai ledakan darurat.
Laporan tersebut menyimpulkan bahwa Gaza merupakan salah satu tantangan kontaminasi bahan peledak terberat di dunia.
Tidak seperti Mosul dan kota-kota lain yang rusak akibat perang, penduduk Gaza tidak dapat dievakuasi selama proses pembersihan.
Pasalnya, wilayah Gaza tidak memiliki zona aman setelah penjajah menghancurkan sebagian besar infrastruktur sipil. (PIC)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
