Rekonsiliasi Asli atau Palsu? Tanya Masjidil Aqsha!

2 May 2011, 11:23.

JAKARTA, Senin (Sahabatalaqsa.com): Karena bukan lembaga politik, fokus perhatian Sahabat Al-Aqsha selalu mengarah kepada kondisi kemanusiaan saudara-saudara kita di Palestina dan segala bentuk perjuangan membebaskan Masjidil Aqsha dari penjajahan.

Segala perkembangan politik di dalam maupun di luar Palestina, hanya menjadi penting jika terkait langsung dengan kedua titik fokus itu.

Termasuk juga “rekonsiliasi” antara kelompok Fatah dan Hamas yang baru saja ditandatangani secara resmi oleh para pemimpinnya minggu lalu di Kairo.

Kita bersepakat dengan Syeikh Raid Salah, seorang ‘alim Palestina yang sudah berkali-kali dijebloskan Zionis ke dalam penjara, karena seruan-seruannya yang tanpa kekerasan melawan kejahatan Zionis atas Masjidil Aqsha dan rakyat Palestina.

Kemarin di Aqabah, kota pantai di perbatasan Yordania dan Palestina yang terjajah, Syeikh Raid Salah menyatakan, “rekonsiliasi” antara Fatah dan Hamas merupakan tanda-tanda awal pembebasan Masjidil Aqsha.

Meskipun disampaikan dengan nada datar, kita menangkap sebuah peringatan yang tegas dan tulus dalam pernyataan itu, yang terarah kepada para pemimpin di kedua kelompok besar yang baru saja ber-”rekonsiliasi” itu.

Dengan kata lain, efektif atau tidaknya “rekonsiliasi” antara Fatah dan Hamas bisa dinilai dari langkah lanjutan kedua kelompok itu dalam membebaskan Masjidil Aqsha dari cengkeraman Zionis.

Sebagaimana diketahui, sejak tahun 2000 yang lalu Perdana Menteri Zionis ketika itu Ariel Sharon secara provokatif menyatakan Yerusalem alias Al-Quds di mana Masjidil Aqsha berlokasi sebagai ibukota “Israel”, meskipun Tel Aviv masih menjadi pusat pemerintahan.

Kantor Kepresidenan “Israel” kini berkedudukan di Yerusalem. Langkah strategis ini dipercaya banyak kalangan merupakan usaha untuk me-Yahudi-sasi kota Al-Quds dan komplek Masjidil Aqsha secara seratus persen.

Meskipun sejak 1948 gerakan Zionis telah memproklamasikan berdirinya negara “Israel” namun sampai hari ini mereka masih membiarkan kawasan tanah suci Yerusalem alias Al-Quds terbagi menjadi beberapa bagian besar, yaitu kawasan Islam yang menempati komplek Masjidil Aqsha secara keseluruhan, kawasan Kristen, dan kawasan Yahudi yang menempati Halaman Buraq yang mereka sebut ‘tembok ratapan’ dan sekitarnya.

Yahudisasi komplek Al-Quds secara seratus persen merupakan tujuan yang menyatu dengan tujuan berdirinya negara Zionis.

Secara sistematis dan berkali-kali berbagai tindakan provokasi fisik dilakukan semakin sering, baik oleh warga sipil Yahudi maupun militer Zionis, untuk melenyapkan Masjidil Aqsha dan menggantinya jadi Kuil Sulaiman.

Yang paling konsisten adalah penggalian-penggalian terowongan di bawah pondasi-pondasi Masjidil Aqsha, dengan dalih penelitian arkeologis.

Ketika bersama Sahabat Al-Aqsha tahun lalu berlayar dengan kapal Mavi Marmara, Syeikh Raid Salah juga menceritakan, bahwa saat ini sudah ada lebih dari 60 sinagog Yahudi beroperasi di pinggir-pinggir Masjidil Aqsha.

Beliau juga menyebutkan, pos-pos pemeriksaan tentara Zionis, pelan-pelan mengambil tanah yang lebih banyak di sudut-sudut Masjidil Aqsha, yang gunanya mencegah lelaki berusia di bawah 50 tahun untuk memasuki areal masjid, terutama ketika shalat Jum’at.

Apakah “rekonsiliasi”, yang sudah pernah terjadi tapi bubar, antara Fatah dan Hamas kali ini akan secara efektif menghentikan berbagai makar atas Masjidil Aqsha?

Kita mohon kepada Allah, semua Iblis dan Syaitan yang bisa menghalangi bersatunya kekuatan-kekuatan orang-orang yang ikhlas di kedua kelompok itu dienyahkan jauh-jauh oleh Allah.* (FA/Sahabat Al-Aqsha)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Fokus

« ‘Eh Zionis, Jangan Ikut Campur Deh!’ – Begitu Kata Mesir
‘Amerika, Zionis, Makan Sendiri Itu Uang. Palestina Tidak Butuh’ »