Petani Gaza: ‘Kami Tak Akan Pergi’

22 November 2013, 13:56.
Meski selalu terancam ditembaki dan diserang lahan pertaniannya, para petani Gaza bertekad tak akan meninggalkan tanahnya. foto: Electronic Intifada

Meski selalu terancam ditembaki dan diserang lahan pertaniannya, para petani Gaza bertekad tak akan meninggalkan tanahnya. foto: Electronic Intifada

JALUR GAZA, Jum’at (Electronic Intifada): Pada panen raya zaitun di Gaza September-Oktober lalu, lebih dari 50 relawan internasional membantu memetik buah zaitun yang masak. Perkebunan zaitun ini berada di Beit Hanoun, dekat perbatasan Gaza, kawasan yang sering menjadi incaran ‘Israel’.

Pasukan ‘Israel’ berulang kali menyerang lahan pertanian di Gaza dengan tank dan buldozer. Tak terhitung juga berapa kali ‘Israel’ mengancam para petani dengan senjata. Penyerangan demi penyerangan ini mengakibatkan banyak petani yang mengganti produk pertanian menjadi yang mudah dirawat seperti gandum.

Penghancuran

“Kami jadi hanya bisa menanam gandum dan menunggu,” kata Abu Jamal dan Abu Taima, petani di Desa Khuzaa dekat Khan Younis. “Tanaman lain cenderung perlu ditunggui setiap hari.”

Di lahan miliknya yang luasnya 50.000 meter per segi, Abu Jamal berencana menanam gandum. Sebagian lahan juga pernah ditanaminya dengan beberapa pohon zaitun dan rumah kaca untuk sayur-mayur. “Dahulu kami biasa memanen zaitun hingga menghasilkan tujuh puluh botol besar minyak zaitun,” Abu Jamal mengisahkan. “Kini? Hanya enam botol.”

Pada tahun 2002, pasukan ‘Israel’ menghancurkan area pertanian di sekitar perbatasan Gaza, termasuk lahan pertanian dan rumah Abu Jamal. “Israel menghancurkan mereka dengan empat buldozer, lima tank raksasa, dan tiga mobil Hummer,” tutur Abu Jamal.

Sejak ‘Israel’ menjajah Jalur Gaza dan Tepi Barat, sudah ada 800.000 pohon zaitun dihancurkan. Pepohonan sejumlah itu mampu menutupi lahan setara dengan 33 kali Central Park di Kota New York.

“Kami Tidak Akan Pergi”

Karena masifnya ancaman terhadap pertanian di Palestina, Program Pengembangan Pertanian dari Pusat Arab mengadakan program untuk mengupayakan perlindungan kepada para petani, meningkatkan produktivitas, memboikot produk ‘Israel’, dan kampanye membeli produk lokal.

“Saya ingin menanam pohon zaitun dan tanaman lain, tapi tidak bisa,” kata Abu Taima. “Maka untuk saat ini, saya menanam gandum dulu.”

“Lahan pertanian sangat penting bagi kami. Kami tidak akan pergi meninggalkannya,” tegas Abu Taima. * (Electronic Intifada | Sahabat Al-Aqsha)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina - Mendobrak Tembok Gaza

« Pengolah Limbah Gaza Kehabisan BBM, 20 Ribu Terancam Wabah
Seandainya Ratusan Yahudi Lakukan Ritual di Dalam Masjid Istiqlal Jakarta? »