Zionis Penjarakan 6.000 Keluarga Kita di Desa Al-Zaim
20 May 2015, 10:35.

Warga Palestina memprotes penutupan pintu gerbang oleh Zionis 8 Mei lalu. Foto: Ahmad Al-Bazz/ActiveStills)
AL-QUDS TERJAJAH, Rabu (Electronic Intifada): Selama beberapa minggu terakhir, sekitar 6.000 orang desa al-Zaim di timur Al-Quds terjajah, terkunci di balik pintu besi yang merupakan bagian dari tembok raksasa Zionis di Tepi Barat terjajah. Karena pintu gerbang hanya dibuka selama beberapa jam setiap sore, bocah-bocah desa tersebut harus melewati pintu keluar berbeda dari yang biasa mereka lewati untuk pergi ke sekolah di dekat Al-Quds. Sebuah perjalanan yang seharusnya ditempuh tak lebih dari 15 menit, kini butuh satu jam untuk sampai ke tujuan.
Ashraf, salah seorang penduduk al-Zaim, harus cuti dari pekerjaannya hanya untuk mengantar anaknya yang berusia enam tahun ke sekolah. Sebelumnya, sang anak berangkat ke sekolah dengan bis. Namun, penutupan pintu gerbang desa membuat ia harus melewati jalan raya yang ramai jika Ashraf tidak diantar olehnya. “Ini sama sekali tidak aman,” kata Ashraf. Otoritas Zionis menutup pintu gerbang desa sejak 24 April malam. Penutupan dilakukan usai Zionis membunuh remaja berusia 17 tahun, Ali Muhammad Abu Ghannam di pos pemeriksaan militer, di samping pintu masuk al-Zaim.
Blokade telah mengganggu kehidupan di desa ini. Mobil-mobil yang ingin memasuki al-Zaim harus melewati pos pemeriksaan di Jalan Raya 1 ke arah Laut Mati. Kemudian, mereka harus mencari pintu keluar berikutnya ke arah permukiman Yahudi Maale Adumim, berbalik arah dan kembali menuju al-Quds lagi.
“Di Luar Kendali Kami”
“Saya kehilangan banyak waktu dari hidup saya. Ini bukan kawasan berbahaya, masyarakat di sini tidak membuat masalah, mereka bahkan tak melempar batu. Saya ingin anak saya pergi dan pulang dari sekolah dengan selamat,” kata Ashraf. Karena bis umum tak lagi beroperasi ke al-Zaim, bisnis pun lesu. Gedung Pernikahan Atallah menerima berbagai pembatalan untuk acara-acara yang telah dipesan tiga bulan ke depan. Tempat cuci mobil sepi dan pemilik sebuah toko mobil mempertimbangkan untuk menutup tokonya selamanya. “Saya harus merumahkan pekerja saya. Tak ada yang bisa dilakukan karena tak ada lagi yang akan datang ke sini,” katanya.
Sejak pintu ditutup, dewan desa al-Zaim yang dipimpin oleh Naim Sob Laban telah mengorganisir demonstrasi di pintu gerbang setiap Jum’at. Anggota dewan desa memegang plakat bertuliskan “Kami ingin hidup bebas” dan “Ini desa, bukan penjara.” Pada demonstrasi Jum’at 15 Mei lalu, anak-anak dari al-Zaim berdiri di depan kerumunan yang kira-kira berjumlah 60 orang. Aksi demo berlangsung damai dan diakhiri dengan shalat Ashar.
Sekitar 95 persen penduduk al-Zaim memiliki kartu identitas yang dikeluarkan oleh otoritas Zionis. Zionis membolehkan pemegang kartu identitas itu untuk melakukan perjalanan ke al-Quds terjajah tanpa harus mendapatkan izin. Ini berarti bahwa masyarakat al-Zaim cenderung memiliki akses lebih besar ke al-Quds daripada masyarakat Palestina lainnya yang tinggal di dekat tembok raksasa.
Pada 10 Mei lalu otoritas Zionis memanggil penduduk al-Zaim dan mengancam akan menyita kartu identitas biru al-Quds bagi mereka yang berpartisipasi dalam demonstrasi. Dewan desa al-Zaim telah menyampaikan keluhan kepada otoritas Zionis. Warga setempat, Hamood menyatakan, situasi mungkin akan bertambah buruk. “Ini seperti terjadi gempa bumi,” katanya. “Kami hidup di bawah ‘jam malam’ dan kami hidup di sebuah penjara besar. Alih-alih bahagia, masyarakat di sini dihantui rasa takut. Mereka juga takut memiliki harapan tinggi karena hari esok bisa selalu buruk dan itu di luar kuasa kami,” kata Hamood.* (Electronic Intifada | Sahabat Al-Aqsha)

Zionis menutup pintu gerbang menuju desa al-Zaim usai pembunuhan seorang remaja. Foto: Ahmad Al-Bazz
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
