Ban Ki-moon Patuh pada Amerika, Cabut ‘Israel’ dari ‘Daftar Penindas Anak-anak’

10 June 2015, 16:14.
Petugas medis Palestina menolong seorang anak Palestina yang terluka akibat serangan udara Zionis 19 Agustus 2014 ke sebuah rumah di Kota Gaza yang menewaskan seorang gadis, seorang wanita dan melukai 16 orang lainnya. Foto: Ashraf Amra/APA Images

Petugas medis Palestina menolong seorang anak Palestina yang terluka akibat serangan udara Zionis 19 Agustus 2014 ke sebuah rumah di Kota Gaza yang menewaskan seorang gadis, seorang wanita dan melukai 16 orang lainnya. Foto: Ashraf Amra/APA Images

GAZA, Rabu (Electronic Intifada): Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon tunduk terhadap desakan ‘Israel’ dan AS sehingga mencabut militer ‘Israel’ dari daftar resmi pelanggar hak-hak anak dalam laporan tahunan tentang “anak-anak dalam konflik bersenjata”. Artinya, Ban menolak rekomendasi resmi Utusan Khusus PBB untuk Anak-anak dan Konflik Bersenjata Leila Zerrougui dan sejumlah organisasi HAM dan pembela hak-hak anak.

Seperti diketahui, sebuah dokumen PBB mengungkap bahwa badan-badan PBB di ‘Israel’ dan Otoritas Palestina melaporkan tentang jumlah anak-anak yang menjadi korban dalam peperangan terakhir di Jalur Gaza musim panas tahun lalu. Badan-badan PBB ini menyiapkan laporan rahasia yang terdiri dari 22 halaman, yang kemudian disampaikan kepada utusan khusus PBB untuk urusan anak-anak dan konflik bersenjata, Leila Zerrougui. Dokumen tersebut disiapkan untuk laporan tahunan dan digunakan badan-badan PBB untuk memberikan bukti kuat atas pelanggaran ‘Israel’ terhadap hak-hak anak dalam peperangan yang berlangsung di Jalur Gaza.

Tentu saja langkah yang diambil Ban ini sangat mengerikan karena laporan membuktikan bahwa jumlah anak-anak yang terbunuh di Tepi Barat terjajah dan Jalur Gaza pada 2014 sekitar 557 anak. Ini merupakan jumlah tertinggi ketiga setelah Irak, Afghanistan dan sebelum Suriah. “Pengumuman bahwa Ban Ki-moon menghapus pasukan bersenjata Zionis dari lampiran laporan tahunan jelas memprihatinkan,” ungkap Brad Parker, pengacara dan pejabat advokasi internasional Lembaga Pembela Anak Internasional untuk Palestina (DCI-Palestine) kepada Electronic Intifada.

“Laporan tahunan dan lampirannya merupakan dasar kuat untuk menjadi alat pertanggungjawaban sehingga bisa membantu meningkatkan perlindungan bagi anak-anak dalam situasi perang. Ada banyak bukti pelanggaran berat yang terus menerus dilakukan pasukan Zionis sejak 2006 dan itu seharusnya bisa memicu ‘Israel’ masuk daftar,” tambah Parker.

Parker menambahkan, “Keputusan Sekjen PBB untuk meletakkan politik di atas keadilan dan tanggung jawab atas anak-anak Palestina berarti memberikan persetujuan diam-diam pada pasukan Zionis untuk terus melakukan pelanggaran berat terhadap anak-anak dengan kekebalan hukum,” kata Parker. Keputusan pejabat tinggi PBB itu akan disambut dengan kelegaan oleh pemerintahan Obama, ‘Israel’ dan pihak lainnya yang memastikan ‘Israel’ kebal hukum.

Seimbang yang Keliru

Seorang narasumber PBB mengatakan bahwa Zerrougui memasukkan tentara ‘Israel’ dan Hamas dalam daftar pelanggar hak anak Palestina. Menurut Human Rights Watch (HRW), itu nampak seperti manuver untuk terlihat “seimbang” dan menghindari tuduhan anti-‘Israel’.

Pelanggaran-pelanggaran yang dihubungkan dengan kelompok bersenjata Palestina, termasuk kematian seorang bocah ‘Israel’ musim panas lalu akibat roket yang ditembakkan dari Gaza, hampir tidak bisa dibandingkan dengan pembunuhan massal sistematis terhadap anak-anak Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat oleh pasukan penjajah ‘Israel’. Apalagi ‘Israel’ memperoleh kekebalan hukum dalam melakukan kejahatan tersebut.

HRW mengutip salah satu catatan kejahatan ‘Israel’ soal “pembunuhan anak-anak yang melanggar hukum” di Tepi Barat terjajah, yakni kasus Nadim Nuwara (17) dan Muhammad Abu al-Thahir (17) yang ditembak mati penembak jitu pada 15 Mei 2014. Pada bulan April, dewan penyelidikan yang dibentuk oleh Ban Ki-moon juga menemukan bahwa ‘Israel’ membunuh dan melukai ratusan warga Palestina dalam tujuh serangan di sekolah milik PBB di Jalur Gaza musim panas lalu.

Hamas dan kelompok perlawanan bersenjata Palestina lainnya juga telah mendapat sanksi internasional; embargo senjata. Sebaliknya, ‘Israel’ yang terus menerus melakukan pelanggaran justru menikmati kekebalan hukum dan bantuan dari sebagian besar pemerintah Eropa dan Amerika Utara yang mempersenjatainya.

Sabotase

Maret lalu, terjadi aksi protes keras di kalangan warga Palestina dan pembela HAM internasional ketika terungkap bahwa pejabat PBB nampak berupaya menyabot proses pembuktian yang mengarah pada rekomendasi memasukkan ‘Israel’ dalam daftar. ‘Israel’ mengancam tim PBB itu. Kemudian, organisasi-organisasi Palestina meminta pejabat PBB yang dituduh turut campur dalam upaya sabotase itu mengundurkan diri.

Inilah yang membuat Utusan Khusus PBB Zerrougui yakin bahwa proses pengambilan keputusan akan berlangsung dengan benar. Maka, setelah mengumpulkan semua bukti, Zerrougui merekomendasi ‘Israel’ masuk daftar pelanggar hak anak-anak Palestina. Rekomendasi dibuat setelah badan-badan PBB yang berkolaborasi dengan organisasi-organisasi hak asasi manusia mengumpulkan bukti yang berdasar pada kriteria spesifik yang diamanahkan Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 1612.

Namun, semua itu tak berarti apa-apa karena keputusan akhir ada di tangan Ban Ki-moon.

Sekutu ‘Israel’ dalam Kejahatan

Ban Ki-moon memiliki sejarah panjang perihal menggunakan jabatannya untuk memastikan ‘Israel’ lepas dari tanggung jawab. Kalaupun ia melontarkan kecaman lisan ringan terhadap ‘Israel’, maka akan selalu “diimbangi” dengan kritikan terhadap mereka yang tinggal di bawah penjajahan ‘Israel’.

Puncaknya adalah saat terjadi serangan Zionis atas Gaza musim panas lalu. Sekitar 129 organisasi dan tokoh-tokoh terkemuka mengirim surat kepada Sekjen PBB itu yang berisi kecaman atas “pernyataan berat sebelahnya, kesalahan tindakan, dan pembenaran yang tidak tepat atas berbagai pelanggaran yang dilakukan ‘Israel’ terhadap hukum kemanusiaan internasional dalam sejumlah kejahatan perang.”

‘Rekam jejak’ Ban ini membuat ia menjadi mitra dalam kejahatan-kejahatan ‘Israel’. Keputusan terakhir ini hanya akan menghabisi reputasi baiknya. Sementara ‘Israel’ merayakan kemenangan, PBB justru semakin tidak bisa dipercaya sebagai sebuah mekanisme pertanggungjawaban. Hal ini semakin meyakinkan banyak orang akan pentingnya melakukan tekanan langsung terhadap ‘Israel’ lewat boikot, divestasi dan sanksi (BDS).* (Electronic Intifada | Sahabat Al-Aqsha)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Para Kakek dan Nenek Gaza Ini Juga Alami Trauma Akibat Perang
300 Warga Gaza Berhasil Shalat Jum’at di Masjidil Aqsha »