‘Myanmar Sengaja Kembalikan Warga Rohingya ke Kamp IDP Agar Mereka Lebih Menderita’

23 December 2018, 18:52.
Foto: Anadolu Agency

Foto: Anadolu Agency

ANKARA, Ahad (Anadolu Agency): Lembaga hak asasi manusia yang berbasis di London pada Kamis lalu mengungkap bahwa warga Rohingya yang melarikan diri dari negara bagian Rakhine, Myanmar, dengan perahu merupakan contoh hidup dari genosida yang berkelanjutan oleh negara tersebut.

“Warga Rohingya yang melarikan diri dari Rakhine sebagian besar meninggalkan kamp-kamp pengungsi internal (IDP) di (ibukota negara bagian Rakhine) Sittwe, di mana mereka terjebak dalam kondisi telantar tanpa ada harapan pemukiman kembali sejak 2012,” ungkap Burma Human Rights Network (BHRN) dalam sebuah pernyataan tertulis.

“Warga Rohingya yang melarikan diri melakukannya karena kondisi yang diterapkan dan dipelihara oleh pemerintah Burma dan pasukan keamanan.”

“Untuk mewujudkan kondisi tersebut mereka menjadikan hidup tak tertahankan bagi warga Rohingya sehingga memaksa mereka mencari cara untuk meninggalkan negara tersebut. Itu merupakan bagian dari kampanye genosida terhadap warga Rohingya,” ungkap Kyaw Win, direktur eksekutif BHRN.

Mengungkap insiden pada akhir November, BHRN menyatakan otoritas Myanmar menghadang sebuah kapal bermuatan 93 warga Rohingya yang berusaha mencapai Malaysia.

“Warga Rohingya yang dihentikan oleh otoritas Burma dikembalikan ke kamp IDP mereka di Sittwe setelah ditahan dan kemudian dipaksa untuk menerima Kartu Verifikasi Nasional yang tidak mengizinkan mereka untuk mengidentifikasi etnis mereka sendiri, tapi malah menyebut Rohingya sebagai orang Bangladesh,” katanya, mengacu pada tiga kapal yang dihadang oleh otoritas Myanmar.

Eksodus baru warga Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar selama sebulan terakhir menempuh perjalanan berbahaya dengan kapal-kapal kecil ke Thailand dan Malaysia melalui para penyelundup manusia.

Untuk membayar penyelundup manusia, warga Rohingya seringkali menjual semua milik mereka – termasuk kartu ransum, kata kelompok HAM itu. BHRN menambahkan bahwa mengembalikan mereka ke kamp menjadikan mereka dalam situasi yang lebih buruk daripada sebelumnya.

“Jelas otoritas Burma tidak menginginkan warga Rohingya ada di Burma, dan mengembalikan mereka yang melarikan diri ke neraka yang lebih buruk tampaknya merupakan upaya yang disengaja untuk membuat mereka lebih menderita,” kata Kyaw Win.

Lembaga itu mendesak komunitas internasional untuk bertindak sebelum masalah semakin memburuk.

“Pemerintah Burma harus bertanggung jawab atas kondisi yang mereka buat di Sittwe dan tindakan yang mereka ambil untuk mengusir hampir 800.000 warga Rohingya pada 2017,” ungkap BHRN.

Rohingya, yang digambarkan PBB sebagai orang paling teraniaya di dunia, telah menghadapi ketakutan luar biasa sejak puluhan orang terbunuh dalam kekerasan komunal pada 2012.

Menurut Amnesty International, lebih dari 750.000 pengungsi Rohingya, kebanyakan wanita dan anak-anak, telah melarikan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melakukan pembantaian terhadap komunitas Muslim minoritas pada Agustus tahun lalu.

Menurut laporan Ontario International Development Agency (OIDA), sejak 25 Agustus 2017 sekitar 24.000 Muslim Rohingya telah dibunuh oleh pasukan Myanmar.

Lebih dari 34.000 warga Rohingya juga dilemparkan ke dalam api, sementara lebih dari 114.000 lainnya dipukuli, ungkap OIDA dalam laporan berjudul “Migrasi Paksa Rohingya: Pengalaman yang Tak Terungkap.”

Sekitar 18.000 perempuan dan gadis Rohingya diperkosa oleh tentara dan polisi Myanmar, lebih dari 115.000 rumah warga Rohingya dibakar, serta 113.000 lainnya dirusak, urai OIDA.

PBB juga telah mendokumentasikan pemerkosaan massal, pembunuhan –termasuk bayi dan anak-anak kecil– pemukulan brutal dan penghilangan yang dilakukan oleh pasukan Myanmar.

Dalam sebuah laporan, para penyelidik PBB mengatakan bahwa pelanggaran seperti itu bisa dianggap kejahatan terhadap kemanusiaan.* (Anadolu Agency | Sahabat Al-Aqsha)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Lembaga Palestina di Baitul Maqdis Serukan Boikot Pusat Perbelanjaan ‘Israel’
Kondisi Gaza Lebih Buruk dari Tepi Barat Karena Blokade ‘Israel’, Sanksi Otoritas Palestina »