Suami Istri ini Sudah Berkali-kali Dipisah Paksa oleh Zionis (Video)
15 March 2013, 21:06.
Shirin Link video: Al-Haq – Human Rights Defenders.
JAKARTA, Jum’at (SahabatAlAqsha.com): Pasangan suami istri Palestina, Shirin dan Thaer Halahlah mengungkapkan dampak penangkapan berulang kali atas Thaer oleh penjajah Zionis terhadap kehidupan pernikahan dan kondisi psikologis mereka. Curahan hati mereka ini direkam dalam sebuah video pendek oleh para relawan hak azasi manusia Palestina AL-HAQ.
Seperti dikutip dari situs Electronic Intifada, tahun lalu, Thaer Halahlah, 34, menjadi berita utama akibat aksi mogok makan berminggu-minggu yang dilakukannya untuk memprotes penahanan administratifnya (penahanan tanpa proses pengadilan). Thaer menghabiskan sepuluh tahun di penjara administratif Zionis. Ya, sepuluh tahun!
Seperti diungkapkan sang istri, Shirin dalam video, perintah penahanan administratif yang dijatuhkan oleh hakim pengadilan militer Zionis terus diperbarui.
“Bulan lalu, setiap kali periode penahanan adalah masa paling sulit yang harus saya lewati. Saya merasakan ketegangan yang parah,” ujar Shirin dalam rekaman video. Keberanian Shirin dan Thaer bersaksi dalam video adalah pengingat pedih bahwa hak azasi sesungguhnya lebih dari konsep abstrak yang digambarkan oleh statistik.
Ketika hak seorang manusia dilanggar—seperti pada kasus Thaer Halahlah dan banyak tahanan politik lainnya yang berulang kali ditolak kebebasannya, ada konsekuensi nyata yang harus dihadapi.
HIDUP TERGANGGU
Thaer disekap penjajah Zionis dua bulan setelah pertunangan mereka. Shirin yang besar di Yordania mengatakan, “Saya mengetahui tentang penangkapannya saat sedang wisuda di kampus.”
Pasangan ini berencana menikah tak lama setelah Shirin lulus. Dan Shirin pun berencana pindah ke Tepi Barat yang dijajah setelah menikah. Rencana ini buyar karena penjajah Zionis menyekap Thaer selama 2,5 tahun di penjara. “Setelah Thaer bebas barulah kami menikah. Tapi 14 hari setelah pernikahan kami, ia ditangkap lagi,” kata Shirin.
Shirin mengungkapkan dirinya menderita Post Traumatic Stress Disorder (gangguan kecemasan karena pengalaman yang mencekam) akibat serangan-serangan yang dilakukan militer Zionis di rumahnya di Tepi Barat ketika hendak menculik Thaer.
Dampak dari ketidakadaan Thaer masih terasa bahkan ketika Thaer sudah kembali ke rumah. “Sejujurnya, penangkapan berulang kali ini telah menciptakan jarak antara saya dan istri saya.” Delapan hari, setelah Al-Haq mewawancarai pasangan ini, penjajah Zionis kembali menculik Thaer. Saat Anda selesai membaca artikel ini Thaer untuk ke sekian kalinya disiksa di penjara zionis.* (MR/ Sahabat al-Aqsha)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
