Rumah Sakit di Gaza dalam Bahaya Akibat Krisis Bahan Bakar

25 July 2013, 07:08.
Salah seorang pasien hemodialisis alias cuci darah di Gaza. foto: Qassam

Salah seorang pasien hemodialisis alias cuci darah di Gaza. foto: Qassam

YOGYAKARTA, Kamis (Al-Qassam): Seorang pasien di rumah sakit Shifa Gaza, Baher al-Turk mulai mencemaskan kesehatannya akibat krisis bahan bakar di Gaza yang semakin memburuk seiring dengan situasi di Mesir. Bagi Turk, 64, krisis bahan bakar akan memengaruhi keberlangsungan proses cuci darah yang harus dijalaninya tiga kali dalam sepekan di rumah sakit Shifa. “Jika listrik mati berarti nyawa saya pun terancam,” ujarnya.

Seperti dikutip dari situs Al-Qassam, krisis bahan bakar di Gaza memburuk sejak pasukan keamaan Mesir di kota Rafah melakukan kampanye penghancuran terowongan yang kerap dipakai untuk membawa bahan bakar ke Jalur Gaza. Selain dari Mesir, pasokan bahan bakar di Gaza juga didapat dari ‘israel’ namun jumlahnya sangat sedikit dan tidak stabil.

Turk menghabiskan waktu empat jam setiap sesi cuci darah. Departemen Dialisis Ginjal di rumah sakit Shifa yang sudah seperti rumah ke dua bagi Turk selama lebih dari tujuh tahun ini kemungkinan terpaksa menutup layanannya bagi 251 pasien dari total 450 pasien penderita gagal ginjal di Jalur Gaza. Hal ini, ujar Kepala Fakultas Industrial rumah sakit Shifa, Dr. Abdallah al-Qishawy, bisa terjadi jika krisis bahan bakar terus berlanjut.

Dalam wawancara dengan Al-Monitor, Qishawy mengatakan, “Keberlangsungan hidup para pasien gagal ginjal berkaitan erat dengan operasi mesin-mesin yang membutuhkan listrik untuk menjalankannya. Mesin-mesin ini tentunya membutuhkan bahan bakar.” Unit Perawatan Intensif (ICU) di rumah sakit Shifa juga merupakan salah satu departemen utama yang paling terkena dampak krisis bahan bakar.

Wakil kepala ICU, Dr. Kamal Abu Ibadah telah mengonfirmasi bahwa krisis bahan bakar sangat memengaruhi kinerja departemennya yang merupakan salah satu bagian terpenting dari rumah sakit Shifa. Bahan bakar di departemen ini di antaranya dibutuhkan untuk menyimpan obat-obatan dalam suhu yang dingin dan menjalankan mesin.

Bukan hanya rumah sakit Shifa yang menderita krisis bahan bakar. Direktur rumah sakit anak-anak Al-Nasr, Dr. Nabil al-Barqouni juga mengungkapkan hal serupa. Ia mengatakan, krisis bahan bakar membahayakan nyawa 32 bayi prematur dan enam orang anak yang dirawat di ICU. Dalam keterangan pers yang dipublikasikan di situs Kementerian Kesehatan Gaza, Barqouni menekankan tentang krisis bahan bakar berkelanjutan yang menghambat proses perawatan di rumah sakit dan membahayakan para pasien yang dirawat di rumah sakit.

Menteri Kesehatan di Gaza juga mengingatkan tentang minimnya stok bahan bakar yang dipakai untuk menjalankan generator di rumah sakit lokal, departemen medis dan pusat-pusat kesehatan di Jalur Gaza. Direktur Departemen Pergudangan dan Kebutuhan Publik Kementerian Kesehatan, Bassam Barhoum pada 2 Juli lalu menyatakan bahwa pasokan bahan bakar yang tersedia tidak sanggup menutup 20% kebutuhan kementerian.

Ia juga mencatat, konsumsi bulanan bahan bakar solar di Gaza mencapai sekitar 280.000-300.000 liter atau sekitar 10.000 liter per hari. Kemudian kebutuhan bahan bakar untuk kendaraan dan ambulans sekitar 22.000 liter solar dan 150.000 liter bensin.

Sementara itu, Direktur Ambulans dan Unit Darurat Kementerian Kesehatan, Yahya Khader mengatakan bahwa ada penurunan frekuensi pelayanan ambulans, kecuali dalam keadaan darurat, akibat krisis bahan bakar. Saat ini, ujarnya, terdapat 70 unit ambulans, termasuk 28 unit kendaraan yang difokuskan untuk kebutuhan darurat.

Ketua Asosiasi Perusahaan Bahan Bakar, Mahmoud al-Shawa mengatakan, Jalur Gaza membutuhkan sedikitnya 400.000 liter bahan bakar setiap harinya. Generator listrik pusat, sambungnya, membutuhkan 500.000 liter bahan bakar per hari. Shawa menuturkan, sumber utama pasokan bahan bakar di Jalur Gaza berasal dari terowongan-terowongan yang berada di bawah perbatasan Jalur Gaza dan Mesir. Menurut Shawa, setiap harinya ada ribuan liter bahan bakar dari Mesir yang dibawa ke Gaza lewat terowongan.

“Kita tidak ingin mengimpor bahan bakar secara ilegal. Yang kami inginkan adalah dunia berdiri bersama kami agar bisa memberi pasokan bahan bakar secara legal sehingga bisa lebih konsisten dan tidak terpengaruh oleh krisis di negara-negara tetangga,” ujar Shawa.* (MR/ Al-Qassam | Sahabat Al-Aqsha)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Tiga Supermarket Besar Belanda Berhenti Jual Produk Pemukiman Ilegal Yahudi
Penjajah Zionis Kategorikan Warga Palestina di Al-Quds Sebagai ‘NonPenduduk’ »