Beberapa Rumah Sakit Gaza Mulai Lumpuh, Kehabisan Bahan Bakar
24 October 2014, 21:00.
GAZA, (PIC): Rumah Sakit Bulan Sabit Merah UAE (United Arab Emirates) terpaksa memberhentikan pelayanan kesehatan. Hal itu terkait dengan meningkatnya krisis bahan bakar dan tidak adanya perhatian khusus dari Pemerintahan Palestina Bersatu terhadap rumah sakit, serta isu kesehatan yang melanda Gaza.
Hasil penyelidikan Pusat Hak Asasi Rakyat Palestina (PCHR) menunjukkan, rumah sakit, klinik dan berbagai rumah medis lainnya mengalami krisis bahan bakar untuk mengoperasikan generator. Contohnya, RS Bulan Sabit Merah UAE yang memberhentikan pelayanan kesehatannya dalam beberapa jam karena kehabisan bahan bakar untuk generator mereka.
Fasilitas kesehatan milik Kementerian Kesehatan di Gaza kini dalam kondisi buruk usai pengeboman pusat pembangkit listrik yang dilakukan penjajah zionis pada serangan 28 Juli lalu. Akibatnya, listrik di beberapa rumah sakit dan klinik padam.
Dr. Walid Abu Madhi, Direktur RS Bulan Sabit Merah di Rafah melaporkan kepada PCHR bahwa krisis bahan bakar mereka terjadi sejak Senin (20/10) lalu. Rumah sakit hanya memiliki 300 liter bahan bakar dan itu hanya bisa mengoperasikan generator selama 12 jam ketika terjadi pemadaman listrik.
Madhi menambahkan, kini rumah sakit terancam tutup total karena 1000 liter bahan bakar yang disediakan Kementerian Kesehatan habis. Bahan bakar tersebut hanya bisa mengoperasikan kebutuhan rumah sakit dalam waktu tiga hari.
Madhi membenarkan bahwa ketika bahan bakar habis, RS Bulan Sabit Merah yang merupakan satu-satunya rumah sakit bersalin dan anak di Rafah, akan tutup. Itu berarti pelayanan yang disiapkan rumah sakit untuk 600 kelahiran per bulan, 2.500 masalah kehamilan, 1.600 pasien, dan 400 kelahiran prematur, tidak akan tersedia lagi.
PCHR mengungkapkan keprihatinan yang mendalam terkait penurunan drastis kondisi kesehatan di Palestina. Karena, kurangnya bahan bakar yang diperlukan untuk mengoperasikan rumah sakit dapat memperburuk keadaan pasien bahkan mengakibatkan kematian.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina, Dr. Ashraf Al-Qudrah mengatakan kepada PCHR bahwa pihaknya sedang menghadapi krisis yang parah di setiap fasilitas kesehatan. “Sumber bahan bakar dari kementerian hanya cukup untuk dua hari. Dan upaya pemerintah dalam menyelesaikan krisis ini hanya mampu menunda (sampai aktivitas rumah sakit berhenti total-red) selama beberapa jam atau bisa sampai dua hari untuk beberapa rumah sakit,” tambahnya.
Al-Qudrah menjelaskan, dana yang ada di kementerian habis di bulan Oktober 2014 dan belum ada lagi dana untuk membeli bahan bakar bagi rumah sakit dan fasilitas kesehatan di Gaza. Padahal menurut Al-Qudrah, fasilitas kesehatan di Jalur Gaza membutuhkan bahan bakar sekitar 700.000 liter setiap bulan dari kebutuhan setiap hari antara 23.000-25.000 liter ketika terjadi pemadaman listrik.
Dr Al-Qudrah mengatakan, nyawa ribuan pasien akan terancam jika fasilitas kesehatan berhenti beroperasi. Termasuk 113 rumah sakit bersalin dan anak di Jalur Gaza, lebih dari 100 pasien di unit perawatan khusus, 500 pasien gagal ginjal yang menggunakan 88 mesin dan masa pemakaian tiga hari seminggu, ruang gawat darurat, 45 kamar operasi yang 11 di antaranya digunakan untuk operasi Caesar dan lima bank darah karena semuanya menggunakan listrik.”
Dalam sebuah wawancara yang diterbitkan oleh Quds Press, Al-Qudrah mengatakan sektor kesehatan Gaza juga menghadapi berbagai krisis berbeda yang berefek negatif bagi pasien. Terlebih lagi di tengah ketidakpedulian masyarakat lokal dan internasional.
Dia mencontohkan katering rumah sakit yang akan berhenti memberikan pelayanan kepada pasien di RS Shifa mulai November. Itu merupakan aksi protes karena pemerintah belum membayar gaji mereka selama lima bulan berturut-turut. Pekerja kebersihan rumah sakit pun berdemo karena alasan yang sama.
Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan di Gaza mengajak seluruh elemen masyarakat, organisasi kemanusiaan lokal dan internasional, serta media untuk ikut andil dalam penyelesaian krisis ini.
Seperti diketahui, Rabu (22/10) lalu para pegawai medis melakukan demo menentang kebijakan Pemerintah Palestina Bersatu yang menolak untuk membayarkan gaji mereka selama lima bulan.
Sekitar 40.000 Pegawai Negeri Sipil (PNS) Gaza tidak digaji selama lebih dari lima bulan, sementara 80.000 pegawai di Ramallah menerima gaji mereka. Para pegawai yang belum digaji dijanjikan bahwa gaji akan dibayarkan setelah pemerintahan terbentuk pada awal Juni lalu. Namun, hingga kini janji mereka belum dipenuhi. * (PIC | Sahabat Al-Aqsha/Bagas)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.