Sok Jantan, Komandan Zionis Serang Klinik di Gaza untuk Balas Dendam
12 June 2015, 20:18.

Kerusakan yang disebabkan oleh ‘Israel’ di kawasan Shujaiya, Gaza, Juli 2014. Foto: Anne Paq/ActiveStills
GAZA, Jum’at (Electronic Intifada): Seorang komandan Zionis ketahuan memerintahkan pasukannya membombardir sebuah klinik di wilayah Shujaiya, Gaza pada serangan musim panas lalu. Aksi ini menambah panjang daftar pelanggaran hukum internasional yang dilakukan penjajah Zionis.
Dalam sebuah rekaman yang tersebar luas, Merta Yeshurun, si letnan kolonel bengis mengatakan bahwa serangan pada 23 Juli 2014 itu merupakan pembalasan dendam atas kematian Dima Levitas. Serdadu Zionis yang disebut belakangan itu meninggal sehari sebelumnya. Yeshurun mengklaim bahwa penembak Levitas berasal dari arah klinik. “Bersiap menembak untuk mengenang Dima,” Yeshurun mengomandokan pasukannya melalui jaringan komunikasi internal militer.
Komando Yeshurun ini disiarkan keesokan harinya oleh media online, NRG. Media online ini dimiliki oleh pengusaha kasino kaya raya asal Amerika Serikat, Sheldon Adelson. Berdasarkan data yang dikumpulkan Pusat HAM Palestina, sebanyak lima orang tewas dan 45 orang terluka dalam serangan balas dendam tersebut. Empat orang di antara korban tewas merupakan warga sipil.
Serangan di klinik tersebut terjadi ketika pihak medis dan beberapa warga sipil sedang menyatukan jasad korban yang tewas dalam serangan penjajah Zionis. Korban tewas dalam serangan biadab penjajah Zionis pada musim panas lalu mencapai lebih dari 120 orang. Tubuh korban ditemukan dalam keadaan hancur dan hangus terbakar sehingga banyak jenazah yang sulit diidentifikasi.
Pada Oktober 2014, sebuah jurnal militer ‘Israel’ bernama Bayabasha (On Land) mempublikasikan cuplikan wawancara dengan Yeshurun. Dalam wawancara tersebut, Yeshurun mengakui bahwa ia memang menginstruksikan penyerangan ke klinik di Gaza. “Saya menyayangi Dima secara pribadi. Sayangnya saya tidak bisa datang pada pemakamannya di Mount Herzl. Makanya kami memutuskan untuk menembakkan roket ke lokasi tewasnya Dima saat pemakaman berlangsung,” ujarnya.
Bayabasha kemudian mengklaim bahwa para pejuang Palestina menyerang balik setelahnya. Electronic Intifada belum menemukan laporan yang menguatkan klaim Yeshurun bahwa tembakan yang menewaskan Levitas berasal dari klinik. Bahkan dari pihak ‘Israel’ sendiri tidak ada yang bersuara terkait klaim Yeshurun itu.
Direktur Kelompok HAM Palestina, Al-Haq, Shawan Jabarin mengatakan bahwa dirinya tidak terkejut membaca hasil wawancara Yeshurun. Menurut dia, serangan tersebut sangat jelas sebagai kejahatan perang. “Mereka menyerang warga sipil dan fasilitas medis yang dilindungi secara khusus dalam hukum internasional,” ujarnya.
Yeshurun adalah komandan resimen unit Gaash pada brigade ke tujuh militer ‘Israel’. Gaash adalah unit militer yang lebih banyak fokus pada pelatihan serdadu untuk menghadapi perang. Dalam artikel yang memuat wawacara Yeshurun disebutkan bahwa Shujaiya merupakan medan pelatihan yang paling menantang bagi para kadet.
Mengeksploitasi warga sipil untuk keperluan militer merupakan pelanggaran terhadap hukum kemanusiaan internasional. Jabarin menduga niat utama serangan tersebut bukan semata-mata sebagai pelatihan. “Yang saya lihat dari hasil wawancara tersebut, tujuan utama mereka adalah meneror warga Palestina dan berlagak memberi hukuman. Mereka sengaja menggunakan warga sipil untuk menekan para pejuang Palestina, tanpa memedulikan hukum internasional,” lanjutnya.
Tidak hanya klinik di Shujaiya yang diserang penjajah Zionis selama serangan musim panas 2014. Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 17 rumah sakit dan 56 klinik kesehatan di Gaza hancur dan rusak selama serangan biadab penjajah Zionis yang berlangsung 51 hari itu.
Belum lama ini, organisasi kemanusiaan Breaking the Silence merilis berbagai pernyataan mengerikan dari para serdadu Zionis tentang kekejaman mereka selama serangan ke Gaza. Pengakuan yang dibuat di bawah skema perlindungan anonimitas (identitas dilindungi) ini menarik perhatian media internasional.
Namun, tetap saja tidak ada sanksi apapun yang dijatuhkan. Zionis menikmati kekebalan hukum mereka atas semua tindakan biadab yang dilakukan terhadap warga Palestina. Sampai-sampai seorang komandan papan atas pun terang-terangan menceritakan kejahatannya kepada publik.* (Electronic Intifada | Sahabat Al-Aqsha/Tia)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
