Hamas: ‘Israel’ dan ‘Kaki Tangannya’ Bertanggung Jawab Atas Kematian Tiga Bocah yang Terbakar di Gaza
8 May 2016, 18:29.

Foto: Middle East Monitor
KOTA GAZA, Ahad (Middle East Monitor | Ma’an News Agency): Tiga bocah tewas dalam kebakaran yang menghancurkan rumah mereka di kamp pengungsi Shati, utara Jalur Gaza, pada Jum’at (6/5) malam. Kebakaran rumah diakibatkan oleh lilin yang digunakan keluarga tersebut selama pemadaman listrik. Demikian ungkap dinas pertahanan sipil Gaza kepada Ma’an, Jum’at (6/5) lalu. Penduduk Gaza menggunakan lilin dan lentera karena krisis listrik akibat blokade Gaza. Menurut Kementerian Kesehatan, tiga bocah yang tewas bernama: Yusra Muhammad Abu Hindi (3), Rahaf Muhammad Abu Hindi (2), dan Nasser Muhammad Abu Hindi (2 bulan). Sementara tiga anak lainnya menderita luka bakar.
Berbicara saat pemakaman tiga bocah tersebut kemarin (7/5), Ismail Haniyah, Wakil Kepala Maktab Siyasi Hamas, menyalahkan penjajah Zionis dan ‘kaki-kaki tangannya’ –secara tersirat ditujukan kepada Otoritas Palestina– atas kebakaran rumah yang menewaskan tiga bersaudara dan mengakibatkan tiga lainnya menderita luka bakar parah pada Jum’at (6/5) malam. Haniyah mengatakan, “Pesawat-pesawat tempur musuh telah membakar lahan-lahan dan rumah-rumah. Kini blokade ‘Israel’ atas Gaza dan ‘kaki-kaki tangannya’ membakar anak-anak kita.”
Lebih lanjut Haniyah menyatakan, “Haruskah Gaza –yang rakyatnya hidup di bawah blokade– di salahkan?” tanyanya, seakan menyiratkan bahwa Hamas, pihak yang secara de facto menguasai Jalur Gaza tidak bisa dianggap bertanggung jawab atas krisis energi kawasan pesisir yang diblokade itu.
“Siapa yang sudah mengambil $70 juta per bulan dari pajak-pajak Gaza? Siapa yang memungut pajak-pajak bahan bakar? Siapa yang menolak memperbesar pasokan listrik dari Mesir ke Jalur Gaza dan menolak membangun saluran pipa untuk memasok pemancar listrik Gaza dengan gas guna menambah kapasitasnya?” Demikian Haniyah menyebutkan daftar kebijakan yang diterapkan Otoritas Palestina (OP).
Juru bicara Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza Ashraf al-Qidra juga mengatakan pada Jum’at lalu bahwa “semua yang bertanggung jawab atas blokade Gaza” bertanggung jawab pula atas kebakaran itu. Ia memperingatkan kemungkinan kejadian serupa terulang karena penduduk Gaza terus menggunakan lilin dan alat penerangan alternatif lainnya akibat terus berlangsungnya pemadaman listrik.
Penduduk Jalur Gaza terus menderita akibat terbatasnya ketersediaan listrik karena masih belum terpecahkannya masalah dengan saluran listrik Mesir. Masyarakat setempat mengungkapkan bahwa bulan lalu, seluruh distrik hanya menyediakan listrik pada interval enam jam dan diikuti 12 jam pemadaman listrik. Hanya beberapa hari saja jaringan listrik menyala selama delapan jam dan padam delapan jam.
Jalur Gaza hampir seluruhnya tanpa listrik selama bulan April akibat pengerjaan pemeliharaan saluran listrik dari ‘Israel’ dan Mesir, serta perselisihan pajak bahan bakar untuk daerah dekat pemancar listrik yang tidak berfungsi. Perselisihan terus berlanjut antara perusahaan listrik Gaza dan Kementerian Keuangan Otoritas Palestina yang berkedudukan di Tepi Barat atas pajak bahan bakar yang digunakan pemancar listrik. Keputusan Otoritas Palestina mencabut pembebasan pajak bahan bakar di Gaza memicu aksi protes di Jalur Gaza pada bulan April.
Kemudian, pejabat Palestina mengumumkan Jalur Gaza akan dibebaskan dari membayar pajak bahan bakar musim panas ini. Ini menandai penyelesaian sementara atas krisis listrik. Meskipun dengan kapasitas penuh, jaringan listrik Mesir dan ‘Israel’, bersama dengan pembangkit tenaga listrik satu-satunya Gaza, gagal memenuhi kebutuhan energi Jalur Gaza.
Pembangkit tenaga listrik Gaza tidak berjalan dengan kapasitas penuh selama bertahun-tahun, akibat blokade ‘Israel’ yang membatasi impor bahan bakar ke dalam Jalur Gaza. Perang juga berperan memperparah krisis listrik di Gaza, karena pasukan Zionis menargetkan pembangkit listrik saat agresi brutal pada 2014. Kini, serangan udara yang berlangsung selama empat hari berturut-turut ini memberi tekanan lebih lanjut pada masyarakat Jalur Gaza.
PBB telah memperingatkan, perang yang meluluhlantakkan Gaza dan hampir satu dekade blokade ‘Israel’, akan membuat Jalur Gaza menjadi tempat tak layak huni pada tahun 2020.* (Middle East Monitor | Ma’an News Agency | Sahabat Al-Aqsha)

Foto: Middle East Monitor

Foto: Middle East Monitor

Foto: Middle East Monitor
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
