Hanya Tiga Persen Air di Gaza yang Layak Dikonsumsi Manusia

17 May 2016, 19:42.
Foto: PIC

Foto: Middle East Monitor/APA images

GAZA, Selasa (PIC): Jalur Gaza, kawasan yang terletak di pantai timur Laut Tengah seluas 365 kilometer persegi, merupakan rumah bagi populasi penduduk paling padat di dunia dimana air menjadi sumber langka di sana. Menurut data statistik terbaru, hanya tiga persen air di Gaza yang layak dikonsumsi manusia. Masa depan air dan realitas kehidupan nampak suram bagi warga Palestina. Mazin Gunaim, kepala Otoritas Air Palestina mengatakan dalam sebuah konferensi pers yang diselenggarakan di Ramallah awal Mei lalu bahwa “akuifer (lapisan bawah tanah yang mengandung air dan dapat mengalirkan air) di Jalur Gaza tidak layak digunakan manusia pada akhir 2016. Bagian air bagi setiap orang per hari adalah 90 liter. Itu jelas tak memenuhi standar internasional, dan sebagian besar dari air tersebut telah terpolusi.”

Laporan PBB mengenai kondisi Gaza pada tahun 2020 yang dipublikasikan pada Agustus 2012 menyatakan: “Kini 90% air dari akuifer tidak aman untuk diminum tanpa pengolahan. Dengan demikian, ketersediaan air bersih sangat terbatas bagi sebagian besar warga Gaza dengan rata-rata konsumsi 70 hingga 90 liter per orang setiap hari (tergantung musim). Angka tersebut di bawah standar WHO 100 liter per orang/hari.”

Menurut Otoritas Air Palestina, sekitar 10.000 warga Gaza tidak memiliki keran-keran air di dalam atau di dekat rumah-rumah mereka, dan sekitar satu juta orang tidak memiliki akses terhadap air. “Seluruh sistem air harus diperbaiki. Dalam sebagian besar kasus, air benar-benar tak layak diminum,” kata Bisan Aljadili, mahasiswa Universitas Islam Gaza, dari kamp pengungsi Alnusierat, kepada Palestine Chronicle. Penjajah Zionis juga menolak masuknya peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pembangunan, pemeliharaan dan pengoperasian fasilitas air dan sanitasi ke Jalur Gaza yang terblokade.

Kurangnya pasokan air merupakan satu lagi tragedi yang membuat rakyat Palestina menderita. Namun, mereka tak punya pilihan selain menyesuaikan diri dengan situasi tersebut agar bisa bertahan di tengah-tengah beratnya kondisi di Jalur Gaza. “Ada tiga masalah utama: kelangkaan air dan penggunaan berlebihan akuifer, polusi air oleh nitrat, dan gangguan air laut terhadap air tanah,” kata Bilal Alqidra, teknisi air asal Khan Younis, kepada Palestine Chronicle.

“Kami tidak memiliki alat untuk menghilangkan garam air; air limbah tak tertangani, belum lagi masalah krisis listrik. Bahkan air bersih yang masyarakat beli tidak diawasi dengan baik oleh otoritas yang terkait. Air bersih yang didistribusikan sebenarnya tidak cukup bersih,” tambahnya. Organisasi yang mengelola sejumlah proyek air di seluruh Jalur Gaza, Coastal Municipalities Water Utility, memiliki pesan untuk dibagikan pada dunia: “Cabut blokade yang diberlakukan terhadap sektor air dan tingkatkan energi yang diperlukan untuk sistem air. Blokade dan pemadaman listrik berdampak negatif pada pelaksanaan proyek-proyek air yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas air di Jalur Gaza.” *(PIC | Sahabat Al-Aqsha)

 

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Penjajah Zionis Tembak Kepala Warga Palestina Karena Panjat Tembok Pemisah untuk Cari Kerja
Ekstremis Yahudi Ini Akan Dibebaskan Akhir Mei »