Ekstremis Yahudi Ini Akan Dibebaskan Akhir Mei
19 May 2016, 18:24.

Meir Ettinger, ketua kelompok ekstremis Yahudi, cengengesan di pengadilan ‘Israel’ di Nazareth Illit pada 4 Agustus 2015, sehari setelah penahanannya. Foto: AFP/Jack Guez/Dokumentasi
BAYT LAHM, Kamis (Ma’an News Agency): Seorang ekstremis Yahudi yang ditahan segera sesudah serangan pembakaran mematikan yang menewaskan tiga anggota keluarga Dawabsheh di Tepi Barat terjajah musim panas lalu akan dibebaskan dari tahanan ‘Israel’. Para jaksa ‘Israel’ memutuskan untuk tidak memperpanjang penahanan administratif Meir Ettinger yang berakhir pada akhir Mei nanti. Demikian laporan media ‘Israel’.
Dua tersangka warga ‘Israel’ menghadapi tuntutan pembunuhan atas insiden yang terjadi pada Januari lalu, yakni lima bulan setelah para tersangka yang tergabung dalam organisasi teror Yahudi membakar rumah keluarga Dawabsheh sehingga menewaskan Ali Saad (18 bulan). Orangtua bayi Ali, Riham dan Saad, akhirnya juga meninggal dunia akibat luka bakar parah. Satu-satunya korban selamat adalah Ahmad Dawabsheh (4), yang juga mengalami luka bakar parah di sekujur tubuhnya.
Ettinger (23) ditahan pada Agustus lalu bersama sejumlah tersangka ekstremis ‘Israel’ lainnya. Hal itu dilakukan penjajah Zionis untuk “membungkam” kemarahan publik dan desakan untuk menindak keras ekstremis Yahudi yang terlibat serangan pembakaran. Meski ditahan tak lama setelah insiden pembakaran rumah keluarga Dawabsheh, sebenarnya Ettinger ditahan “karena aktivitasnya dalam organisasi ekstremis Yahudi,” kata Shin Bet saat itu. Petugas keamanan Zionis menyatakan ia tersangka “sejumlah kejahatan berlandaskan sentimen kebangsaan” dan tidak menuduhnya terlibat langsung dalam serangan yang menewaskan bayi Ali.
Ettinger merupakan otak di balik serangan pembakaran sebuah kuil di utara ‘Israel’ pada 18 Juni. Pembebasan Ettinger ini dipandang banyak pihak sebagai simbol “budaya kekebalan hukum” bagi para pemukim ilegal Yahudi dan serdadu Zionis yang melakukan tindakan kekerasan terhadap warga Palestina. Pun, memberikan contoh penahanan administratif yang diberlakukan terhadap warga ‘Israel’. Bahwa jika warga ‘Israel’ yang dijatuhi penahanan administratif, maka mereka bisa saja bebas dengan mudah. Berbeda dengan yang dialami warga Palestina. Ettinger merupakan ekstremis Yahudi pertama yang dijatuhi penahanan administratif oleh ‘Israel’.
Kebijakan penahanan administratif ‘Israel’ yang kerap dikecam itu biasa diberlakukan terhadap warga Palestina di wilayah Palestina terjajah. Model penahanan tanpa dakwaan dan sidang itu oleh sejumlah kelompok HAM dinyatakan sebagai pelanggaran berat terhadap HAM dan hukum internasional. Penahanan administratif mengizinkan militer ‘Israel’ menahan para tawanan tanpa batas waktu, tanpa dakwaan dan sidang terhadap mereka. Otoritas ‘Israel’ bisa memperpanjang masa penahanan tawanan setiap tiga hingga enam bulan tanpa alasan.
“Penahanan administratif dan langkah-langkah administratif lainnya oleh ‘Israel’ merupakan tindakan anti-demokrasi dan bertentangan dengan seluruh hak asasi manusia,” kata Gilad Grossman, juru bicara kelompok HAM ‘Israel’ Yesh Din, kepada Ma’an Selasa (17/5) lalu. “Jika ada bukti (Ettinger) terlibat dalam kasus Duma atau tindakan kriminal lainnya, tuntutan harus diajukan dan pengadilan memprosesnya.”
Karena para tahanan administratif ditahan dengan informasi rahasia dan bukti yang tidak bisa diakses oleh para tahanan atau pengacara mereka, maka koneksi apapun antara Ettinger dan kasus Duma murni spekulasi, tegas Grossman. Keputusan otoritas ‘Israel’ untuk tidak melakukan investigasi transparan terhadap peran tersangka Ettinger dalam kasus tersebut juga mengindikasikan tidak adanya sama sekali penegakan hukum di Tepi Barat terjajah.
Menurut Yesh Din, lebih dari 85 persen investigasi terhadap kekerasan yang dilakukan para pemukim ilegal Yahudi terhadap warga Palestina ditutup tanpa tuntutan dan hanya 1.9 persen pengaduan yang diajukan warga Palestina atas serangan-serangan para pemukim ilegal Yahudi menghasilkan hukuman. Menurut Grossman, minimnya penegakan hukum oleh penjajah Zionis di Tepi Barat sebagian besar akibat tidak adanya keinginan untuk menunjukkan motif kejahatan-kejahatan terhadap warga Palestina.
Serangan-serangan yang dilakukan para pemukim ilegal Yahudi seringkali di bawah perlindungan pasukan Zionis bersenjata dan mereka enggan melindungi warga Palestina dari serangan-serangan tersebut. Lebih dari 500.000 warga ‘Israel’ tinggal di permukiman-permukiman ilegal Yahudi di penjuru Timur Baitul Maqdis dan Tepi Barat terjajah. Dan penjajah Zionis terus berupaya melakukan perluasan permukiman. Menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA), terdapat total 221 laporan serangan pemukim ilegal Yahudi terhadap warga Palestina dan properti mereka di Tepi Barat dan Timur Baitul Maqdis terjajah pada tahun 2015.* (Ma’an News Agency | Sahabat Al-Aqsha)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
