Jenazah Pemuda Palestina Ini Baru Dikembalikan Sesudah Dua Bulan
29 May 2016, 12:35.

Foto: MaanImages
AL-KHALIL, Ahad (Ma’an News Agency): Ratusan pelayat kemarin (28/5) menghadiri pemakaman Abd al-Fattah al-Shariff, pemuda Palestina yang tewas dieksekusi serdadu Zionis pada Maret lalu, dan memicu kemarahan masyarakat internasional saat video mengenai insiden tersebut tersebar luas. Jenazah al-Sharif, yang dikembalikan kepada keluarga pada Jum’at (27/5) lalu setelah ditahan otoritas Zionis selama lebih dari dua bulan, dibawa oleh para petugas keamanan Palestina dari rumah sakit al-Ahli di kota Al-Khalil dengan ambulans, kemudian jenazahnya diserahkan kepada anggota keluarga.
Para pelayat menggotong jenazah al-Sharif ke Pemakaman Para Syuhada Al-Khalil di kawasan Wadi al-Hariyya. Para pelayat meneriakkan slogan-slogan melawan puluhan tahun penjajahan militer ‘Israel’ dan terus bertambahnya populasi para pemukim ilegal Yahudi yang tinggal di penjuru Tepi Barat dan Timur Baitul Maqdis. “Alhamdulillah,” kata ayahanda al-Shariff saat pemakaman. “Kami berhasil menguburkan anak kami dengan pemakaman yang layak, meskipun berbagai larangan diberlakukan penjajah ‘Israel’ terhadap kami,” katanya, merujuk pada berbagai syarat yang diberlakukan terhadap keluarga-keluarga Palestina yang jenazah anak-anak mereka dikembalikan usai ditahan penjajah Zionis. Termasuk larangan mengenai jumlah para pelayat yang hadir, memaksa pihak keluarga membayar puluhan ribu dolar sebagai deposito keuangan kepada pemerintah ‘Israel’ untuk mencegah “hasutan”, saat para serdadu Zionis dikerahkan di upacara pemakaman.
Sang ayah menambahkan bahwa persidangan Elor Azaria, serdadu Zionis yang membunuh al-Shariff, hanyalah upaya militer ‘Israel’ untuk “mengelabui opini publik internasional” perihal berbagai kejahatan yang setiap hari dilakukan serdadu Zionis terhadap warga Palestina. Karena realitanya, para serdadu selalu menikmati kekebalan hukum.
Dalam laporan yang dikeluarkan B’Tselem baru-baru ini, kelompok HAM ‘Israel’ itu menyatakan bahwa dari 739 pengaduan pelanggaran HAM yang dilakukan terhadap warga Palestina yang diajukan kepada lembaga-lembaga militer ‘Israel’, hanya tiga persen yang berakhir menjadi dakwaan terhadap para serdadu. Azaria kemudian didakwa dengan pembunuhan tidak disengaja, bukannya pembunuhan seperti yang diharapkan dan ditahan di pangkalan militer dengan “penahanan terbuka” dimana ia bebas berkeliaran dan menerima kunjungan dari keluarganya.
Al-Shariff ditembak bersama Ramzi Aziz al-Qasrawi setelah keduanya dituduh menikam dan mengakibatkan seorang serdadu ‘Israel’ menderita luka ringan di pos pemeriksaan militer di Tel Rumeida, Al-Khalil, 24 Maret lalu. Al-Qasrawi tewas seketika, sementara al-Sharif yang terluka parah dibiarkan selama beberapa menit tanpa perawatan, sebelum akhirnya seorang serdadu berjalan ke arah al-Shariff dan menembak kepalanya untuk membunuhnya. Video grafis yang mengabadikan insiden itu kemudian dirilis B’Tselem. Berbagai kelompok HAM dan lembaga-lembaga internasional mengecam insiden tersebut. Lalu, PBB mendesak dilakukannya investigasi terhadap serdadu yang terlihat melakukan “eksekusi ekstrayudisial” itu.
Menteri Keamanan Publik ‘Israel’ Gilad Erdan menyatakan pada Selasa (24/5) lalu bahwa ia telah memerintahkan petugas keamanan Zionis untuk menangguhkan pengembalian jenazah-jenazah warga Palestina yang dibunuh pasukan Zionis. Keputusan itu diambil Gilad Erdan usai melihat rekaman para pelayat yang berkumpul di pemakaman salah seorang warga Palestina meneriakkan “Allahu Akbar”, seruan yang dianggap Erdan sebagai “hasutan”.

Foto: MaanImages
Namun, Jum’at (27/5) lalu, otoritas ‘Israel’ mengembalikan juga jenazah gadis Palestina berusia 17 tahun yang ditembak mati pasukan Zionis karena dituduh melakukan serangan penikaman. Juru bicara kementerian keamanan publik ‘Israel’ tidak berkomentar mengenai alasan pengembalian jenazah Mansour dan al-Sharif saat masa penangguhan itu, atau apakah perintah penangguhan sudah dicabut.
Penjajah Zionis secara dramatis meningkatkan kebijakannya menahan jenazah-jenazah sejak dimulainya gelombang intifadhah di penjuru wilayah Palestina terjajah sejak Oktober lalu. Awal April lalu Addameer dan kelompok HAM minoritas ‘Israel’ Adalah mengeluarkan pernyataan bersama yang mengecam tindakan penjajah Zionis menahan jenazah-jenazah warga Palestina. Kedua lembaga itu menyebutnya sebagai “pelanggaran berat atas hukum kemanusiaan internasional serta hukum hak-hak asasi manusia internasional, termasuk pelanggaran-pelanggaran martabat, kebebasan beragama, dan hak untuk menjalankan budaya.”
Pernyataan tersebut juga menyebut soal “banyaknya” warga Palestina yang jenazahnya ditahan ‘Israel’ itu “dieksekusi secara ekstrayudisial oleh pasukan Zionis karena dituduh menyerang warga ‘Israel’, padahal mereka tidak bersikap mengancam siapapun.” Penjajah Zionis sekarang ini menahan puluhan jenazah warga Palestina, yang dibunuh pasukan Zionis sejak Oktober lalu karena dituduh melakukan atau berupaya melakukan serangan.* (Ma’an News Agency | Sahabat Al-Aqsha)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
