Pemuda Palestina Ini Ditembak Ketika Bawa Makanan dan Pakaian Bayi

6 September 2016, 21:46.
Foto: MaanImages

Foto: MaanImages

BAITUL MAQDIS, Selasa (Ma’an News Agency): Para saksi mata pembunuhan Mustafa Nimir –yang ditembak mati Senin (5/9) pagi– membantah pernyataan pihak Zionis bahwa pemuda  Palestina berusia 27 tahun itu bersama sopir kendaraannya berusaha menabrak serdadu Zionis dengan mobilnya. Seperti diketahui, penjajah Zionis menghujani kendaraan Mustafa dengan tembakan. Penjajah juga menembak dan melukai si sopir, Ali Tayser Nimir (25), kakak ipar Mustafa.

Keduanya ditembaki penjajah ketika sedang berkendara di dekat tempat terjadinya bentrokan antara pemuda setempat dan para serdadu ‘Israel’ saat penggerebekan militer di kamp pengungsi Shufat. Ibunda Mustafa Nimir  mengatakan pada Ma’an beberapa jam setelah anaknya tewas pada Ahad malam, Mustafa dan Ali meninggalkan rumah di kamp pengungsi Shufat, yang berlokasi persis di utara Baitul Maqdis di Tepi Barat terjajah, untuk mengunjungi kakak Mustafa.

“Mustafa menelepon saya pada tengah malam untuk memberitahu saya bahwa ia dan Ali masih di rumah kakaknya.” Beberapa jam kemudian, sekitar pukul 4 pagi hari Senin, Mustafa tewas. “(Ketika saya bicara dengan Mustafa di telepon), ia mengatakan mereka membawakan kami makanan dan baju-baju baru untuk putri Ali,” katanya kepada Ma’an. Ibunda Mustafa membantah tuduhan  bahwa keduanya berencana menabrak serdadu Zionis. Itu hanya “sebuah dalih untuk membenarkan pembunuhan warga Palestina.”

Foto: MaanImages

Foto: MaanImages

Juru bicara penjajah Zionis Luba al-Samri mengatakan bahwa para petugas Zionis telah menyelesaikan sebuah “aktivitas” di kamp pengungsi Shufat, dan ketika mereka hendak meninggalkan kamp sebuah mobil “mendekati mereka dengan kecepatan tinggi dan nampaknya berupaya menabrak para petugas.” Sebelum mereka melepaskan tembakan, para petugas Zionis berdalih telah “memulai prosedur untuk menangkap dua tersangka,” yang berada di dalam mobil, namun pemuda Palestina itu “mengabaikan perintah dan terus berkendara dengan cepat ke arah para petugas dengan tujuan menyakiti mereka,” kata al-Samri.

Foto-foto yang diambil dari dalam mobil setelah insiden menunjukkan tempat duduk belakang tersemprot darah – tas-tas belanjaan dan balok roti masih ada di tempat duduk. Ayah Mustafa mengatakan bahwa ia buru-buru pergi ke rumah sakit setelah mendengar tentang pembunuhan anaknya, tapi petugas Zionis tak mengizinkan ia masuk atau memberikan informasi terkait Mustafa atau Ali.

Foto: MaanImages

Foto: MaanImages

Warga Palestina setempat dan saksi mata penembakan yang meminta identitasnya tak dipublikasikan mengatakan pada Ma’an bahwa bentrokan terjadi ketika pasukan Zionis menggerebek Jalan Anata, jalan yang menghubungkan kamp pengungsi Shufat dengan desa tetangga, Anata. Daerah Shufat dan Anata dikelilingi tembok pemisah ‘Israel’ – ke barat, utara dan selatan. Menurutnya puluhan serdadu Zionis memenuhi jalan-jalan dan menembakkan peluru baja berlapis karet ke arah pemuda Palestina di area tersebut.

“Saat bentrokan, Opel Corsa putih sedang berkendara di daerah tersebut dan pasukan Zionis menembaki mobil tersebut,” katanya. Ia menambahkan bahwa mobil tersebut melaju dengan kecepatan sedang dan para serdadu Zionis tengah berdiri di sisi-sisi jalan. Setelah menghujani mobil tersebut dengan amunisi tajam, si sopir, Ali, kehilangan kontrol atas mobil tersebut, kemudian membanting stir ke tepi dan menabrak sebuah mobil yang sedang diparkir.

Foto: MaanImages

Foto: MaanImages

Saksi mata lainnya, Nazik Ghaith, yang bertempat tinggal di Jalan Anata mengatakan, ia mendengar suara tembakan ketika sedang tidur. Lalu, ia pergi ke balkon dan melihat puluhan serdadu ‘Israel’ di sekitar sebuah mobil menembaki kendaraan tersebut. Setelah mobil tersebut menabrak mobil yang sedang diparkir, Ghaith mengatakan ia melihat seorang serdadu ‘Israel’ membuka pintu samping sopir dan meminta Ali, yang baru saja tertembak, minggir sambil mengancam akan menembaknya lagi. Ghaith melihat Ali keluar, mengangkat tangan, sambil berkata berulangkali, “Saya tidak melakukan apapun.”

“Para serdadu mendorongnya jatuh ke tanah, memerintahkannya melepaskan celananya, dan menggeledahnya, meskipun ia terluka,” ungkap Ghaith. Ia mengatakan bahwa jenazah Mustafa dibiarkan begitu saja di kursi penumpang bagian depan, sementara Ali yang terluka dibiarkan tergeletak di tanah selama 30 menit tanpa diberikan perawatan medis. Kemudian, dua kendaraan militer ‘Israel’ tiba di tempat kejadian. Satu kendaraan militer membawa jenazah Mustafa, sementara yang lainnya mengevakuasi Ali ke RS Hadassah di Baitul Maqdis. Kematian Mustafa kian menambah angka kematian warga Palestina yang tewas sejak gelombang Intifadhah Al-Quds di penjuru Tepi Barat, Oktober lalu menjadi 221 orang.* (Ma’an News Agency | Sahabat Al-Aqsha)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Zionis Penjajah Ancam Tangkap Bayi 10 Bulan
Al-Khalil, Kota Kerajinan Tangan Dunia 2016 »