Berdoa Pada Hari Arafah

11 September 2016, 07:54.
Foto: @AbdullahHadrami

Foto: @AbdullahHadrami

Oleh: Ust Abdullah Soleh Hadrami

Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu”.
[QS 40 Ghofir/ Al-Mukmin, ayat 60]

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda: “Doa terbaik adalah doa pada hari Arafah”. [Riwayat At-Tirmidzi dengan sanad hasan]

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda: “Tiada hari yang paling banyak Allah membebaskan hambaNya dari api neraka dari hari Arafah”. [Riwayat Muslim]

Banyak dari kalangan para ulama yang menyimpan hajat-hajat mereka untuk mereka panjatkan kepada Allah dalam doa-doa pada hari Arafah.

Berapa banyak dosa-dosa yang diampuni dan hajat, keinginan, harapan, obsesi, cita-cita serta taubat yang dikabulkan Allah pada hari Arafah.

Pada bulan Ramadhan Allah sembunyikan Lailatul Qadar sehingga kita tidak mengetahuinya secara pasti..

Tapi, pada bulan Dzulhijjah Allah beritahukan kepastian hari Arafah.. Apakah masih kita bermalas-malasan dan tidak bersemangat ..?!

Perbanyak berdoa dan istighfar serta bertaubat pada sore hari Arafah terutama antara Ashar sampai Maghrib.

Banyak orang sholeh yang telah merasakan dan mengalaminya sendiri, mereka berkata: “Tiada satupun doa yang aku panjatkan pada hari Arafah melainkan Allah telah mengabulkannya sebelum berputar setahun”.

Al-Hafidh Ibnu Rajab [Wafat 795 H] rahimahullah dalam kitabnya Latha’iful Ma’arif hlm 482 berpendapat bahwa hari Arafah adalah hari pengampunan dosa dan pembebasan dari api neraka bagi jama’ah haji yang sedang wukuf di Arafah dan bagi semua umat Islam di semua negeri.

Mari kita perbanyak berdoa untuk diri sendiri, kedua orang tua, keluarga, karib kerabat dan semua kaum muslimin, bahkan semua manusia…

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Amanah Yang Terjaga Saat Perang Melanda
Khutbah ‘Idul Adha: Pertanyaan Abadi tentang Ibrahim »