Viva Palestina Harus Terpisah dari Kendaraan, Mesir Terus Mengancam Dan Israel Yang Tak Tahan Untuk Tidak Tunjukkan Watak Aslinya
3 January 2010, 15:17.

Konvoi bantuan kemanusiaan internasional Viva Palestina di Pelabuhan Ladhakiya, Suriah (foto: swanseaactionforpalestine.blogspot.com)
Sahabatalaqsha.com –Ladhakiya- Konvoi bantuan kemanusiaan misi Lifeline from Britain ke 3, Viva Palestina, yang seharusnya telah memasuki Gaza pada 27 Desember lalu ,yakni bertepatan dengan peringatan setahun serangan brutal Israel ke wilayah pesisir pantai Palestina itu, hingga kini masih belum berhasil mencapai Gaza.
Setelah dibuat terbengkalai dan terkatung-katung selama lima hari di kota pelabuhan Aqaba, Yordania, misi kemanusiaan yang dipimpin oleh anggota parlemen Inggris, George Galloway, dengan peserta 500 orang aktivis kemanusiaan dari 17 negara, dengan membawa 250 mobil dan truk bermuatan penuh bantuan kesehatan seperti mesin dialisis, alat-alat bantuan bagi pendertita cacat fisik berat, susu untuk bayi, perlengkapan belajar dan mainan anak-anak,sebenarnya hanya tinggal menyeberang 40 mil saja, setelah berkendaraan sejauh 3000 mil dari London sejak 6 Desember lalu, untuk tiba di pelabuhan Nuweiba ,Mesir, dan selanjutnya melalui jalan darat segera dapat tiba di Gaza, jika tidak dihalangi oleh pemerintah mesir.
Pemerintah Mesir yang telah berjanji mengizinkan konvoi bantuan kemanusiaan itu dari pelabuhan Aqaba Yordania menyeberang ke pelabuhan Nuweiba, Mesir, pada larut malam 24 Desember (malam natal) mendadak mengatakan bahwa konvoi hanya boleh memasuki Mesir malelaui pelabahuan Al Arish, tidak boleh ke Nuweiba. Jika konvoi tetap ingin menyeberang ke Nuweiba, karena memang rute itulah yang terdekat dan tercepat untuk mencapai Gaza, konvoi harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dan i zin dari Israel. Syarat yang ditetapkan pemerintah Mesir itu ditolak mentah-mentah oleh konvoi Viva Palestina
“Kami ke Gaza membawa bantuan sekuat tenaga yang bisa kami upayakan, adalah untuk rakyat Gaza yang melarat dan menderita, yang dengan sengaja yang dibuat melarat dan menderita oleh Israel. Israel telah memblokade rakyat Gaza hingga sekarat. Israel lalu menggempur Gaza, membantai lebih dari 1400 penduduk Palestina Gaza ,sebagian besarnya adalah warga sipil dan anak-anak, membuat ribuan orang terluka, bahkan hingga kini masih juga disiksa oleh Israel dengan blokade tak berperi kemanusiaan itu, dan kini kami harus meminta izin kepada Israel? ” “jawab” George Galloway, ketika ditanyakan apakah Viva Palestina akan meminta persetujuan dan izin kepada Israel agar bisa bisa menginjakkan kaki ke wilayah Mesir.
“Bantuan kemanusiaan ini bahkan adalah simbol perlawanan kami terhadap Israel.” Tegas Galloway.
John Hurson, dari Irlandia, salah seorang aktivis perserta konvoi, menanggapi persyaratan Mesir, agar konvoi meminta persetujuan dan izin Israel dahulu untuk bisa memasuki pelabuhan Nuweiba, wilayah Mesir, mengatakan bahwa syarat yang ditetapkan Mesir tersebut sebagai “hanya menjelaskan sejelas-jelasnyanya kepada kita semua, bahwa tanpa malu lagi , Mesir jujur mengaku kepada dunia bahwa Mesir berada di bawah Israel, tunduk dan dikendalikan sepenuhnya oleh Israel. Apakah apabila Anda akan ke Perancis, Anda harus minta izin kepada Jerman? Atau jika Anda akan ke Amerika, Anda harus mendapatkan persetujuan Kanada?” Tanya Hurson dengan sinis.
Penolakan Viva Palestina terhadap persyaratan aneh Mesir itu, bermakna konvoi Viva Palestina mengambil pilihan yang sangat sulit dan berat dalam mengantarkan bantuan kemanusiaan bagi rakyat Palestina di Gaza itu. Konvoi harus memutar balik ke belakang, ke jalan yang sebagiannya sudah mereka lewati sebelumnya, yakni kembali ke beberapa kota di Yordania dan Suriah untuk tiba di pelabuhan Ladhakiya ,Suriah, dan dari sana berlayar ke pelabuhan ke Al Arish, Mesir. Untuk sampai ke Ladhakiya saja konvoi harus menempuh perjalanan 500km. Sedang dari Ladhakiya ke Al Arish dibutuhkan waktu perjalanan laut 17-20 jam.
Mesir Ancam Lagi
Di bolehkannya ke Al Arish yang sangat jauh itupun adalah hasil “kesepakatan” Viva Palestina dengan Mesir setelah serangkaian protes dan demonstrasi di sejumlah negara di Eropa dan di kedutaan-keduataan Mesir di negara-negara itu, bahkan kedutaan Mesir di AS tak henti-hentinya menerima telepon dari aktivis dan warga AS yang peduli pada Palestina dan diikuti aksi mogok makan para peserta konvoi Viva Palestina, menuntut Mesir agar membolehkan konvoi Viva Palestina melewati Mesir . Setiba di Al Arish, jika tidak dihambat lagi oleh pemerintah Mesir dan Israel, konvoi yang mendapat dukungan penuh dan bantuan dari pemerintah dan rakyat Turki, Suriah dan Malaysia itu, masih harus menempuh perjalanan darat menuju perbatasan Rafah, pintu masuk ke Gaza.
Dalam salah satu websitenya, peseta konvoi Viva Palestina semalam menulis
“Kapal yang dicarter Turki, hanya boleh memuat kendaran dan 12 orang aktivis saja. Kapal itu diberangkatkan dari pelabuhan Libanon, Tripoli, setelah pejabat Turki turun tangan. Hanya 12 orang aktivis yang boleh naik kapal menurut peraturan pelayaran!
Berarapa pesawat, besok akan memberangkatkan “sisa” 500 orang lebih aktivis yang tidak terangkut dengan kapal.
Perlu diingatkan bahwa menteri luar negeri Mesir, Ahmad Abu Al-Ghait beberapa hari lalu mengancam bahwa perlintasan perbatasan Rafah hanya akan dibuka dari tanggal 3 sampai dengan 6 Januari. Maka apabila konvoi tidak tiba di Rafah pada 3 Januari, Mesir tidak akan memberi kan izin bagi Viva Palestina memasuki Gaza.”
Juana jaafar, dari Malaysia, salah seorang peserta konvoi , dalam website Palestine solidarity convoy, Sabtu sore menulis:
“Peserta konvoi memuat kendaraan ke kapal barang Turki hari ini pukul 15 sampai 19. Kapal itu milik perusahaan Turki yang telah penuh dengan awaknya, memegang peran sangat penting membantu konvoi secara keuangan ,maupun diplomasi, di samping mengutus delegasi dalam jumlah banyak yang bergabung dengan kami (ketika kami melewati dan singgah) di Istanbul. Viva sangat berharap, paling tidak bisa mengikutsertakan 15 peserta konvoi di atas kapal untuk menjaga kendaraan-kendaraan itu. Akan tetapi kami diberitahu bahwa menurut peraturan pelayaran, biasanya hanya membolehkan mengikutkan awak yang terlatih. Bahkan hanya membolehkan 2 orang ikut bersama dengan awak kapal sebagai penyambut konvoi.
Perasan campur aduk hari ini. Di satu sisi kami senang karena ada beberapa perkembangan bagi konvoi, tapi di sisi lain, berat rasanya dipisahkan dari kendaraan-kendaraan kami itu. Sebagian besar kendaraan itu dibeli dengan dana yang disumbangkan oleh para dermawan, sehingga kami memikul amanah yang besar untuk memastikan bahwa kendaraan-kendaraan dan bantuan yang dibawa tiba di Gaza dengan selamat. (Sedangkan dalam pelayarannya) berbagai hal bisa terjadi di laut. Israel, seperti sudah kita ketahu i bersama , mondar mandir di perairan internasioal, seakan itu taman bermainnya. Lihat saja (betapa tanpa malu Israel menyerang) aksi kemanusian Dignity dan Free Gaza Movement , yang kapalnya ditabrak oleh Israel di laut Mediterania. Kami benar-benar berharap karena kali ini adalah kapal Turki, besar pula, Israel tidak akan mengganggu. Tapi Israel tetaplah Israel, kita harus bersiap-siap dengan hal yang terburuk menghadapi orang-orang zalim itu. ..” vivapalestina.org/swanseaactionforpalestine.blogspot.com/readingpsc.org/perdana4pece.net/ ez
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
