Kisah Para Pekerja Perlindungan Sipil Gaza

11 August 2010, 14:16.

Mohammad  Zidan kehilangan kaki kanannya pada serangan Israel ke Gaza 2008-2009 (foto: Eva Barrlet/ IPS)

Mohammad Zidan kehilangan kaki kanannya pada serangan Israel ke Gaza 2008-2009 (foto: Eva Barrlet/ IPS)

Sahabatalaqsha.com -Gaza City, Jalur Gaza- Di luar antor Perlindungan Sipil yang usang di Jabaliya, Gaza bagian utara, Mohammad Zidan, veteran tim penyelamat dan pemadam kebakaran, berdiri dengan ditopang tongkatnya di depan mobil Perlindungan Sipil yang usang.

Zaidan, 31, kehilangan kaki kanannya ketika agresi Israel 2008-2009. Ia salah seorang dari 30 pekerja Perlindungn Sipil yang terluka pada serangan Israel itu. 13 orang pekerja Perlindungan Sipil lainnya tewas, delapan di antaranya pada hantaman beruntun pertama F- 19 pada 27 Desember 2008.

Mohammad al-Khooli dan Baha Litlooli sedang bersama dengan Zidan pada 15 Januari, tatkala militer Israel menggempur gedung tempat mereka tengah berada. “Kami di lantai 11 di gedung Magoosi, saat Israel menyerang kami,” kenang Zidan.

Khooli kehilangan satu tangannya dan Litlooli bahkan kehilangan kedua tangannya akibat gempuran Israel itu.

Ahmad Abu Foul, 27, sudah bekerja selama sepuluh tahun sebagai tim medis bertugas untuk Masyarakat Bulat Sabit Merah Palestina dan Perlindungn Sipil Palestina. Ia terluka beberapa kali oleh militer Israel ketika melaksanakan tugas pertolongan darurat dan medis di bawah hukum internasional.

.“Saya terluka dua kali pada serangan Israel tahun lalu ke Gaza,” kata Abu Foul. Pada 12 Januari, Abu Foul berangkat sebagai petugas medis bersama dengan Perlindungan Sipil ke menara Hamouda, sebuah bangunan di Jabaliya yang digempur oleh Israel.

“Sebanyak empat tank langsung menggempur gadung itu. Kami naik ke lantai 5 untuk mencari korban. Saya naik duluan, sendirian. Yang lain takut,” kisah Abu Foul, saat itu ada dua buah ambulans dengan lampu menyala serta sirine yang meraung di luar gedung.

“Ketika saya menemukan mereka yang sudah syahid, Dr.Issah Shalah datang membantu. Kami mulai menurunkan mayat dengan tandu ketika sebuah helikopter Apache menembaki roketnya kepada kami. Kepala saya terpukul oleh sesuatu yang awalnya saya kira pecahan bom, lalu kemudian saya terkaget karena ternyata yang menghantam kepala saya itu adalah kepala Dr. Shalah yang telah terpenggal.”

Terbiasa dengan serangan tentara Israel, Abu Foul memusatkan perhatiannya pada mobil-mobil perlindungan sipil negara dan peralatannya

“Sebagian besar mobil kami adalah mobil yang beroperasi sejak sekitar 1988,” jelasnya. “ Banyak yang sebenarnya sudah tak layak, tapi masih dipakai, jadi harus diperbaiki terus,” lanjutnya.

Mobil-mobil itu, ujar Abu Foul, lebih cepat aus, karena terus menerus kena sasaran tembak dan bahan-bahan kimia dari serangan Isael.

“Serangan-serangan Israel dan ditambah pula dengan blokade membuat kami tidak punya suku cadang dan tidak bisa memperbaiki mobil-mobil kami. Tidak pula ada tambahan satu mobilpun.” terang Abu Foul, merujuk pada blokade yang diberlakukan Israel segera setelah Hamas memenangkan pemilihan umum pada 2006.

Di bawah blokade itu, bahan-bahan bangunan, obat-obatan, alat pemadam kebakaran yang dibutuhkan Perlindungan Sipil, adalah di antara daftar barang-barang utama yang dilarang oleh Israel memasuki Jalur Gaza.

Di kantor, di Jabaliya, Mohammad Zidan menceritakan masalah mobil pemadam kebakaran dan mobil layanan lainnya.

“Kopling ini tidak bekerja,” jelasnya di dekat truk tanki air. Pompa di truk yang sama rusak, berarti pompa portabel dieret denga tanker supaya bisa memompa air melalu selang pemadam.’

“Selain dari gempuran Israel, kesulitan ketika terjadi serangan, karena mobil-mobil itu sudah tua, mobil mogok terus. Kami harus memperbaikinya di jalan, sering di antara hujanan tembakan, “ papar Samir. Bekerja di Perlindungan Sipil selama dua tahun, Samir juga datang di tengah hujanan gempuran senjata yang menyerang Gaza.

Para pekerja Perlindungan Sipil, seperti para dokter, sebenarnya dilindungi hukum internasional. Konvensi Keempat Jenewa menyatakan bahwa bukan cuma para pekerja pertolongan pertama atau tim penyelamat yang harus dihormati dan tidak boleh diganggu ketika melakukan tugas, tapi juga bangunan tempat mereka berada, peralatan dan kendaraan mereka dilarang keras dijadikan sasaran.

Yousef al-Zihar, direktur jendral Perlindungan Sipil di Gaza, melihat serangan Israel (terhadap para pekerja Perlindungan Sipil) itu disengaja. “Menargetkan pusat-pusat dan tim-tim Perlindungan Sipil adalah indikator nyata bahwa militer Israel bermaksud melumpuhkan kegiatan Perlindungan Sipil di Jalur Gaza untuk meningkatkan jumlah korban sipil.” EZ/ electronic-intifada/Sahabatalaqsha.com

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Anne, Ann dan Anna di Palestina
Israel Bantah Pernah Berjanji Tidak Menyerang di Bulan Ramadhan »