Pemerintah Zionis Mengklaim, Rakyatnya Membantah

28 September 2010, 05:59.

JAKARTA, Selasa (Sahabatalaqsha.com) : Sebuah laporan tentang Gaza yang dikeluarkan Kementerian Luar Negeri Israel awal minggu lalu, “dikuliti” oleh rakyatnya sendiri sampai ketahuan fakta-fakta yang sesungguhnya.

Seminggu yang lalu, Kementerian Luar Negeri Israel mengeluarkan sebuah laporan yang mengklaim bahwa pemerintah penjajah Zionis telah “mengendorkan” embargo atas Gaza, bahkan telah mengambil langkah-langkah bertahap guna “mendorong pertumbuhan ekonomi Gaza”. Laporan ini menyajikan data-data ekonomi Gaza antara awal tahun 2009 sampai Juni 2010.

Laporan ini langsung “dikuliti” oleh Gisha: Legal Centre for Freedom of Movement, sebuah lembaga swadaya masyarakat Israel (berdiri tahun 2005), yang di situs resminya menyebut tujuannya: “membela hak-hak warga Palestina untuk bergerak secara bebas”.

Berikut ini ringkasan dari laporan Kementerian Luar Negeri Israel, serta jawaban Gisha sehingga ketahuanlah “belang-belang” laporan itu.

Jumlah Truk

Kementerian Luar Negeri Israel (KLNI): “Lalu-lintas (keluar masuk Gaza) telah meningkat tajam. Jumlah truk yang dikordinasi oleh pihak Otorita Palestina biasanya mencapai batas maksimum 250 truk per hari.”

Gisha: “Sementara jumlah truk meningkat, angka itu sebenarnya masih hanya 38% dibandingkan keperluan bulan sebelumnya, ini akibat Israel menolak untuk membuka pintu-pintu perbatasan yang ditutup sejak 2007.”

Pertumbuhan GDP

KLNI: “Pertumbuhan riil GDP (Gross Domestic Product) dalam paruh awal tahun 2010 (dibandingkan paruh awal tahun 2009) diperkirakan oleh IMF mencapai 9% untuk Tepi Barat dan 16% untuk Gaza.”

Gisha: Laporan IMF menunjukkan, pertumbuhan mencapai angka itu karena pada paruh awal 2009, di mana di dalamnya juga terjadi serangan Israel terhadap Gaza dan berbagai serangan sesudahnya, merupakan titik yang sangat rendah untuk dijadikan perbandingan. Pada kenyataannya, GDP per kapita Gaza masih 40% kurang dari tahun 1994 bahkan masih jauh dari tingkat di tahun 2007, ini akibat Israel masih memberlakukan “ekonomi perang”, termasuk pelarangan terhadap ekspor dari Gaza. IMF mencatat, pemulihan ekonomi yang benar dan berkelanjutan menuntut dicabutnya larangan ekspor serta larangan masuknya berbagai bahan mentah untuk industri di dalam Gaza.

Bidang Konstruksi

KLNI: “Pertumbuhan di bidang konstruksi mencapai lebih dari 20% di seperempat awal tahun 2010 (dibandingkan dengan seperempat awal tahun 2009).”

Gisha: Periode seperempat awal tahun 2009 yang digunakan sebagai bandingan, juga mencakup masa-masa serangan Israel atas Gaza (Operasi “Cast Lead”), di mana ribuan bangunan dihancurkan secara aktif oleh militer Israel. Sejak usai serangan Israel atas Gaza sampai sekarang, tercatat hanya 132 truk yang dibolehkan masuk, dari puluhan ribu yang diperlukan. PBB mencatat, dengan angka rata-rata masuknya truk hanya sebegitu, Gaza baru akan selesai dibangun kembali sesudah 75 tahun.

Pembangunan Sekolah

KLNI: “Sejumlah proyek telah selesai dilaksanakan atau dalam tahap pengerjaan. Proyek-proyek ini termasuk pengiriman peti-peti kemas (kontainer) untuk digunakan sebagai ruang-ruang kelas, sebuah proyek PBB.”

Gisha: Anak-anak Gaza yang bersekolah di sekolah-sekolah PBB (diselenggarakan oleh UNRWA: United Nations Relief and Works Agency, badan PBB untuk pengungsi Palestina) terpaksa belajar di kelas berupa peti-peti kemas, karena sampai hari ini Israel tidak pernah mengizinkan satu truk pun masuk ke Gaza membawa bahan bangunan untuk sekolah. Padahal, UNRWA saja berencana membangun kembali sedikitnya 100 gedung sekolah, termasuk yang telah dihancurkan Israel.

Keluar Masuk Gaza

KLNI: “Pada bulan Juli lalu sebanyak 2.457 izin keluar dan masuk diberikan bagi warga Gaza.”

Gisha: Nampaknya angka itu sudah banyak, tetapi angka itu sebenarnya masih kurang dari 1% dari jumlah warga Gaza yang keluar dan masuk pada September tahun 2000, sebelum Israel melakukan pengetatan dan pelarangan.

Berbagai plesetan laporan kementerian luar negeri Israel ini sekali lagi membuktikan, bahwa negara yang didirikan dengan merampok tanah warga Palestina itu, memang selalu harus mempertahankan dirinya dengan dua cara: menteror atau menipu. Kali ini yang membongkar tipuannya rakyatnya sendiri. (BA/Sahabat Al-Aqsha)

Murid sekolah di Gaza, di hari pertama masuk sesudah serangan Israel awal 2009 lalu, di sampingnya tertulis nama temannya yang mati syahid dibunuh Israel. (foto: Australians for Palestine)

Murid sekolah di Gaza, di hari pertama masuk sesudah serangan Israel awal 2009 lalu, di sampingnya tertulis nama temannya yang mati syahid dibunuh Israel. (foto: Australians for Palestine)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Pemukim Yahudi: ‘Lanjut Terus!’
TUMPLEK BLEG SYAWALAN UNTUK PALESTINA »