Penyelamatan Muhajirin Rohingya di Aceh Harus Membuka Mata Dunia
29 December 2022, 09:39.

Foto: Rohingya Today
(Rohingya Today) – Komunitas internasional seharusnya mengikuti jejak rakyat Aceh. Ketika ratusan muhajirin Rohingya terdampar di laut dalam kondisi kelaparan berminggu-minggu, rakyat Aceh tergerak untuk membantu dan menyelamatkan mereka. Demikian siaran pers dari The Burmese Rohingya Organisation UK (BROUK).
Hari Senin lalu (26/12/2022), perahu yang membawa sekitar 180 pria, wanita, dan anak-anak Rohingya terdampar di pantai Aceh. Sehari sebelumnya, nelayan setempat juga membantu menyelamatkan perahu lain yang membawa sekitar 57 pria Rohingya.
Muhajirin Rohingya yang terdampar itu kondisinya sungguh mengenaskan. Mereka meninggalkan wilayah Bangladesh sejak November lalu, terombang-ambing di lautan, hingga lebih dari belasan orang dilaporkan meninggal dunia selama perjalanan.
“Masyarakat Aceh di Indonesia, sekali lagi, telah menunjukkan kepada dunia apa arti kasih sayang yang sebenarnya. Kami Rohingya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang Aceh yang telah mempertaruhkan keselamatannya sendiri untuk menyelamatkan nyawa saudara-saudara kami yang terdampar di laut,” kata Tun Khin, Presiden BROUK.
“Pemerintah di kawasan dan sekitarnya harus mengikuti contoh ini dan melakukan segala yang mereka bisa untuk membantu para pengungsi. Ini adalah orang-orang yang selamat dari genosida dan telah naik perahu dalam upaya putus asa untuk menemukan martabat dan keamanan.”
Warga Rohingya selama bertahun-tahun berusaha menyelamatkan diri dari genosida di Myanmar. Mereka naik perahu menuju negeri seberang, atau tinggal kamp pengungsi yang penuh sesak di Bangladesh.
Menurut catatan Badan Pengungsi PBB UNHCR, selama tahun 2022, sekitar 2.400 warga Rohingya telah meninggalkan Bangladesh. Angka ini meningkat lima kali lipat dari tahun sebelumnya. Dari jumlah itu, sekitar 200 orang diperkirakan meninggal dunia selama di perjalanan.
Kapal yang tiba di Aceh pada Senin itu rupanya sudah meninggalkan Bangladesh sejak November 2022. Para penyintas menggambarkan kondisi mengerikan selama di atas perahu, misalnya kurangnya makanan dan air bersih.
Warga Aceh telah berulang kali membantu Muhajirin Rohingya. Pada September 2020, misalnya, nelayan Aceh menyelamatkan hampir 300 orang Rohingya di lepas Ujong Pantai Blang, Lhokseumawe. Ketika itu, awalnya pemerintah Indonesia menolak mereka mendarat.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah di Asia Selatan dan Tenggara–termasuk Malaysia, Indonesia, dan Thailand– beberapa kali menolak kedatangan perahu pengungsi Rohingya, dan bahkan mendorong perahu itu kembali ke laut. Menurut BROUK, ini jelas merupakan pelanggaran HAM internasional karena menolak masuk mereka yang melarikan diri dari persekusi atau pelanggaran HAM berat.
BROUK mendesak pihak berwenang untuk membuka perbatasan bagi pengungsi Rohingya. Juga memastikan bahwa mereka yang datang mendapatkan perawatan medis dan bantuan lain yang dibutuhkan, sembari menghormati hak mereka untuk mencari suaka. Negara-negara juga harus mengoordinasikan upaya pencarian dan penyelamatan dengan lebih baik untuk memastikan bahwa Rohingya tidak terdampar untuk waktu yang lama di laut dalam kondisi yang memprihatinkan.
“Sangat menyedihkan. Lagi-lagi masyarakat Aceh harus melakukan penyelamatan pengungsi yang seharusnya dilakukan pemerintah. Pemerintah di Asia dan sekitarnya harus melakukan apa saja untuk menyelamatkan pria, wanita, dan anak-anak Rohingya yang terdampar di laut untuk mencegah hilangnya nyawa yang tidak perlu di masa depan. Komunitas internasional harus mengoordinasikan upaya pencarian dan penyelamatan serta membiarkan Rohingya mendarat dengan aman di pantai mereka,” kata Tun Khin. (Rohingya Today)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
