Sastrawan Terkemuka Uyghur yang Disekap Rezim Komunis Meninggal Tak Lama Setelah Dibebaskan
2 January 2023, 13:33.

Sastrawan Uyghur Abdulla Sawut. Foto milik Abduweli Ayup
RFA – Seorang sastrawan terkenal Uyghur yang kesehatannya telah memburuk ketika dibebaskan dari penjara, meninggal pada 18 Desember karena tidak mendapatkan makanan atau perawatan medis di tengah aturan lockdown ketat yang kontroversial.
Abdulla Sawut, 72 tahun, adalah tokoh penting dalam dunia sastra Uyghur kontemporer.
Novel-novelnya yang paling terkenal, antara lain The Bloody Shore, The Thunder, The Unrusty Sword, The Chain of Life, Shiraq, dan The Saint Fire.
Dalam tulisannya, dia menyoroti sejarah revolusioner Turkistan Timur, sebutan bangsa Uyghur untuk wilayah Xinjiang, tanah airnya, dan mengangkat kisah-kisah pahlawan Uyghur dalam sejarah.
Sawut, yang dihukum karena dianggap memicu separatisme etnis dan berusaha memecah belah negara, ditahan pada tahun 2017, menurut kelompok advokasi HAM Uyghur Hjelp, yang berbasis di Norwegia.
Abduweli Ayup, seorang Muhajirin dan aktivis yang menjalankan Uyghur Hjelp, memposting berita kematian sang penulis terkemuka itu di Twitter, setelah mendengarnya dari seorang akademisi Uyghur yang baru-baru ini berhasil pergi ke luar Cina.
Setelah menanyakan tentang penyair itu, Ayup mengatakan dia mengetahui kesehatan Sawut telah memburuk ketika pihak berwenang membebaskannya dari penjara dua bulan lalu.
“Saya pikir rezim Cina menangkapnya karena dalam tulisannya dia selalu menulis tentang pahlawan nasional Uyghur,” jelas Ayup, menambahkan bahwa Sawut juga “menulis dengan gamblang” tentang kehebatan Republik Turkistan Timur Kedua (1944–1949) dan usahanya untuk melepaskan diri dari rezim Cina.
“Dan dalam tulisannya, dia tidak pernah menyanjung kebijakan rezim Cina maupun menjual jiwanya untuk keuntungan pribadi,” lanjut Ayup.
Seorang petugas kepolisian di prefektur Kyrgyz mengatakan kepada RFA bahwa Sawut meninggal di rumahnya pada tanggal 18 Desember setelah pembebasannya.
“Abdulla Sawut meninggal di rumahnya di Aktu, dan dia menghadapi kekurangan makanan dan perawatan medis karena lockdown Covid,” terangnya.
Sawut lahir di daerah Ujme, di Kabupaten Aktu, pada tahun 1950. Ia lulus dari Sekolah Guru Kizilsu pada tahun 1974.
Ia menulis karya-karya sastranya dan bekerja di sektor pendidikan budaya di kabupaten tersebut selama bertahun-tahun. Dia dinobatkan sebagai “penulis profesional” dari tahun 1988 hingga 1996 oleh asosiasi penulis Xinjiang.
Nama Sawut muncul dalam daftar lengkap warga Uyghur yang ditangkap dan ditahan oleh rezim komunis Cina sejak tahun 2017, yang diterbitkan oleh Uyghur Hjelp.
Informasi selanjutnya mengatakan bahwa kesehatan Sawut tiba-tiba memburuk karena alasan yang tidak diketahui, dan pihak berwenang membebaskannya karena yakin dia tidak akan bertahan hidup lama.
Namun, begitu dibebaskan dari penjara Sawut tidak juga bisa mendapatkan perawatan medis maupun makanan yang dibutuhkan selama lockdown ketat di Xinjiang sejak awal Agustus.
Akibat kebijakan nol-Covid yang kontroversial ini, puluhan warga Uyghur meninggal karena kelaparan maupun kekurangan akses obat-obatan karena tidak bisa keluar rumah. (RFA)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.