Serangan AS Tewaskan Ayah 10 Anak di Barat Laut Suriah 

23 May 2023, 13:35.

Mohammad Mesto duduk di samping makam saudaranya, Lutfi, yang terbunuh pada 3 Mei dalam serangan yang diduga dilakukan militer AS. Foto: Omar Albam/AP

SURIAH (CNN) – Serangan pesawat tak berawak yang dilakukan oleh militer Amerika Serikat (AS) bulan ini di Suriah barat laut telah menewaskan seorang warga sipil berusia 56 tahun, ayah dari sepuluh orang anak. 

Saat itu ia tengah menggembalakan dombanya, menurut keterangan keluarganya, beberapa jam setelah Pusat Komando AS mengatakan seorang warga sipil mungkin terbunuh dalam operasi tersebut. 

Pusat Komando dalam sebuah cuitan mengklaim serangan yang dilakukan tanggal 3 Mei di Suriah barat laut itu menargetkan seorang pemimpin senior al-Qaeda. 

Para pejabat sesumbar tentang keberhasilan operasi itu dan yakin telah mencapai misi, meskipun sulit untuk mengidentifikasi target serangan secara positif karena AS tidak memiliki pangkalan militer di Suriah barat laut. 

Dalam dua minggu sejak operasi, Pusat Komando masih belum merilis informasi lebih lanjut tentang target yang dimaksud.  

Kerabat seorang pria yang terbunuh dalam serangan tunggal pada hari yang sama di daerah yang sama, kemudian mengungkapkan versi mereka tentang peristiwa tersebut. Mereka mengatakan bahwa korban serangan AS adalah seorang pria berkeluarga yang tidak memiliki hubungan dengan kelompok militan mana pun. 

Lutfi Hassan Mesto sedang menggembalakan dombanya di desa Qurqaniya di provinsi Idlib pada Rabu pagi, 3 Mei, ketika saudaranya mengatakan dia mendengar ledakan dan bergegas ke lokasi. 

“Ketika kami pergi ke gunung, kami melihat Lutfi tak bernyawa berikut enam dombanya,” kata sang kakak laki-laki, Mohammad Mesto, pada hari Jumat (19/5/2023). 

Beberapa menit setelah menerima panggilan, Pertahanan Sipil Suriah yang dikenal sebagai White Helmets, mengatakan mereka telah tiba di lokasi. 

“Saat tim datang, istri, tetangga, dan orang lain sudah berada di lokasi,” terang White Helmets pada Jumat (19/5/2023). 

Lutfi, yang memiliki 10 anak, termasuk yang masih berusia lima tahun, tidak pernah meninggalkan desanya selama peperangan Suriah dan tidak mendukung faksi politik apa pun, sebut saudaranya. 

“Tidak ada Tentara Pembebasan Suriah (FSA), tidak ada rezim Suriah, tidak ada ISIS, tidak ada al-Qaeda, tidak ada Hayat Tahrir al-Sham (HTS), tidak ada apa-apa, dia hanya warga sipil yang berusaha mencari nafkah,” saudaranya menambahkan.

Mohamed Sajee, seorang kerabat jauh yang tinggal di Qurqaniya, ikut berujar, “Tidak mungkin dia bersama al-Qaeda.” (CNN)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Muhajirin Suriah Khawatir Hasil Pilpres Turkiye Bakal Menempatkan Pengungsi Dalam Situasi Terhimpit 
135 Organisasi Serukan Perlindungan terhadap Muhajirin Suriah di Lebanon »