Biden Ragukan Validitas Jumlah Warga Palestina yang Syahid, Hamas Rilis 7.028 Nama Mereka
27 October 2023, 20:04.

Seorang pelayat di tengah-tengah jenazah saat orang-orang menghadiri pemakaman warga Palestina yang syahid dalam serangan ‘Israel’ di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, pada 24 Oktober 2023. Foto: Reuters
(Middle East Eye) – Kementerian Kesehatan Palestina pada hari Kamis (26/10/2023) merilis nama-nama 7.028 orang yang syahid akibat serangan udara ‘Israel’ di Jalur Gaza, sehari setelah Presiden AS Joe Biden mempertanyakan jumlah korban tewas sejak perang dimulai pada 7 Oktober.
Biden mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih bahwa dia meragukan orang-orang Palestina mengatakan yang sebenarnya tentang jumlah orang yang dibunuh oleh ‘Israel’ sejauh ini. “Saya yakin orang-orang tak bersalah telah terbunuh, dan ini adalah akibat dari perang,” tambahnya.
Merespons tuduhan itu, kementerian kesehatan menerbitkan laporan setebal 210 halaman, yang memerinci nama, usia, jenis kelamin, dan nomor identitas setiap orang yang terbunuh di wilayah kantong tersebut. Kementerian mengatakan bahwa laporan versi bahasa Inggris akan segera diterbitkan.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Ashraf al-Qudra mengatakan, pemerintah AS “tidak memiliki standar kemanusiaan, moral dan nilai-nilai dasar hak asasi manusia” karena “tanpa malu-malu” mempertanyakan validitas jumlah korban tewas.
“Kami memutuskan untuk keluar dan mengumumkan, dengan perincian dan nama, dan di hadapan seluruh dunia, kebenaran tentang perang genosida yang dilakukan oleh penjajah ‘Israel’ terhadap rakyat kami,” katanya.
Sejak tanggal 7 Oktober hingga 26 Oktober pukul 15.00 waktu setempat, sebanyak 7.028 warga Palestina tewas, termasuk 2.913 anak-anak, ungkap laporan itu.
Sebanyak 3.129 perempuan dan 3.899 laki-laki tewas. Jumlah orang tak dikenal yang terbunuh mencapai 218 orang, namun mereka tidak termasuk dalam jumlah korban tewas terakhir.
Laporan tersebut juga tidak menyertakan mereka yang dikubur tanpa dibawa ke rumah sakit, mereka yang rumah sakit tidak dapat menyelesaikan prosedur registrasinya, dan orang-orang yang hilang di bawah reruntuhan yang berjumlah sekitar 1.600 orang, dan banyak dari mereka dikhawatirkan meninggal dunia.
Oleh karena itu, kementerian mengatakan jumlah korban tewas sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi daripada yang disebutkan dalam laporan.
“Kami menegaskan bahwa pintu Kementerian Kesehatan terbuka bagi semua institusi untuk mengaksesnya,” kata Qudra dalam sebuah pernyataan.
“Biarlah dunia tahu bahwa di balik setiap angka ada kisah seseorang yang diketahui nama dan identitasnya. Masyarakat kita bukanlah orang-orang yang bisa diabaikan.”
Meskipun Biden mempertanyakan keakuratan jumlah korban tewas, situs web berita HuffPost mengungkapkan bahwa Departemen Luar Negeri AS baru-baru ini mengutip Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza dalam hampir 20 “laporan situasi”.
Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) mengatakan pernyataan Biden “mengejutkan dan tidak manusiawi” dan mendesaknya untuk meminta maaf.
“Video yang tak terhitung jumlahnya yang keluar dari Gaza setiap hari menunjukkan tubuh perempuan-perempuan dan anak-anak Palestina yang hancur–dan seluruh blok kota rata dengan tanah,” kata Nihad Awad, direktur eksekutif CAIR.
“Presiden Biden harus menonton beberapa video ini dan bertanya kepada dirinya sendiri apakah anak-anak yang diseret keluar dari reruntuhan rumah keluarga mereka adalah rekayasa.”
Banyak ahli menganggap angka-angka yang diberikan oleh kementerian Palestina dapat diandalkan, mengingat akses, sumber, dan keakuratan pernyataan-pernyataan sebelumnya.
Omar Shakir, direktur Human Rights Watch ‘Israel’ dan Palestina, mengatakan kepada Washington Post awal pekan ini bahwa angka-angka yang dikeluarkan kementerian tersebut “secara umum terbukti dapat diandalkan”.
“Semua orang menggunakan angka-angka dari Kementerian Kesehatan Gaza karena angka-angka tersebut secara umum terbukti dapat diandalkan,” katanya. “Saat kami melakukan verifikasi sendiri terhadap jumlah serangan tertentu, saya tidak mengetahui kapan terdapat perbedaan besar.”
Sejak Hamas memimpin perlawanan Palestina terhadap penjajah Zionis melalui Operasi Taufan Al-Aqsha pada 7 Oktober, ‘Israel’ melancarkan operasi pengeboman tanpa henti di Gaza, dan melakukan pengepungan total terhadap wilayah tersebut.
Pengeboman tersebut telah menewaskan ribuan wanita dan anak-anak, serta menargetkan bangunan tempat tinggal, rumah sakit, ambulans, sekolah, universitas, kantor media, masjid, gereja, dan bank–di antara infrastruktur sipil lainnya. (Middle East Eye)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
