Musim Dingin Semakin Dekat, Jutaan Muhajirin Suriah Kekurangan Sarana Perlindungan dari Hawa Beku  

8 November 2023, 20:53.

MSF mendistribusikan pasokan musim dingin kepada keluarga-keluarga yang tinggal di kamp pengungsi di Suriah barat laut, Oktober 2023. Foto: AbdelRahman Sadeq/MSF

SURIAH (MSF) – “Musim dingin lalu, kami terpaksa membakar sisa-sisa plastik dan sepatu untuk pemanas karena tidak tersedia bahan bakar yang aman,” kata Ahmed Al-Mohammed, muhajirin di kamp pengungsian di Dana, provinsi Idlib, Suriah barat laut. 

“Kehidupan di kamp sangat sulit dan musim dingin di sini sangat keras.” 

Sekira dua juta orang tinggal di kamp-kamp pengungsian internal di Suriah barat laut akibat kekerasan rezim diktator yang telah berlangsung selama 12 tahun.  

Kamp-kamp itu penuh sesak, dengan infrastruktur yang sangat terbatas, bahkan tidak ada sama sekali: akses listrik, air, kamar mandi, maupun saluran pembuangan. 

Seringkali, mereka berada di daerah terpencil dan rawan banjir, jauh dari kota dan layanan penting, seperti sekolah, pasar, serta pusat kesehatan.  

Jalan yang buruk dan ketidakamanan akibat peperangan membuat para penghuni kamp semakin terisolasi. 

Kondisi kehidupan di kamp-kamp tersebut semakin memburuk sejak gempa bumi dahsyat yang melanda wilayah tersebut pada bulan Februari 2023.

Sementara itu, peningkatan serangan baru-baru ini oleh rezim diktator Suriah dan sekutunya sejak tanggal 5 Oktober, menyebabkan 40.000 warga di wilayah tersebut ikut mengungsi meninggalkan rumah mereka. 

Kini musim dingin sudah dekat. Suhu di wilayah ini seringkali turun hingga 5 derajat Celcius, acapkali disertai angin kencang dan hujan lebat, menyebabkan banjir, dan menghancurkan tenda-tenda rapuh yang menjadi tempat berlindung para muhajirin.  

Sementara itu, menurunnya dana kemanusiaan secara drastis mengakibatkan berkurangnya pemberian bantuan. 

Tim Doctor Without Borders (MSF) yang mengunjungi 23 kamp di wilayah Dana, Atma dan Maarat Misrin di provinsi Idlib menemukan bahwa lebih dari 4.400 keluarga muhajirin kekurangan sarana dasar untuk melindungi diri mereka dari hawa dingin. Banyak tenda muhajirin yang tidak mampu menahan angin kencang maupun hujan deras. 

“Sebagian besar tenda di kamp-kamp di Suriah barat laut sudah lama tidak diganti dan sangat membutuhkan isolasi termal, isolasi eksternal dengan kain plastik, serta perabotan dasar seperti kasur dan selimut,” kata Marwan Al-Samao dari tim MSF di Idlib. 

Kelangkaan bahan bakar juga merupakan masalah besar. Banyak orang menyalakan api di dalam tenda mereka agar tetap hangat.  

Hal ini menimbulkan risiko kebakaran yang serius karena tenda seringkali terbuat dari bahan yang mudah terbakar dan saling berdekatan dengan tenda lain dalam kamp yang penuh sesak. Pada tahun 2022, lebih dari 180 kebakaran dilaporkan dari kamp-kamp tersebut. 

Kondisi kehidupan seperti ini sangat mengkhawatirkan bagi orang-orang yang sudah rentan, terutama anak-anak dan orang lanjut usia; terhadap risiko penyakit yang berhubungan dengan flu, penyakit pernapasan, dan radang dingin, sebut petugas medis MSF. 

“Sejak eskalasi rezim baru-baru ini, jumlah pengungsi telah meningkat secara signifikan, memperburuk penderitaan mereka, dan meningkatkan kebutuhan masyarakat, termasuk kebutuhan akan perlindungan dan perawatan medis,” ucap Al-Samao. 

“Menyediakan dukungan terkait musim dingin bagi orang-orang yang berada di kamp dapat memberikan dampak signifikan dalam mengurangi penyakit–yang berhubungan dengan musim dingin–dan berkontribusi pada kondisi kehidupan yang lebih baik bagi keluarga-keluarga yang membutuhkan.” (MSF)

Tim MSF mendistribusikan perlengkapan musim dingin di kamp pengungsi di provinsi Idlib, Suriah barat laut, Oktober 2023. Foto: AbdelRahman Sadeq/MSF   

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« ‘Israel’ Terus Bombardir Area Sekitar Rumah Sakit di Gaza: Syuhada, Korban Cedera Meningkat
Hasil Investigasi The Outlaw Ocean Project: “Warga Uyghur Menjadi Korban Kerja Paksa”  »