Hasil Investigasi The Outlaw Ocean Project: “Warga Uyghur Menjadi Korban Kerja Paksa”
8 November 2023, 21:02.

Jurnalis investigasi Ian Urbina naik ke kapal penangkap ikan untuk mewawancarai kru tentang kondisi di kapal. (Robbie McCrea untuk The Outlaw Ocean Project)
IRLANDIA UTARA (Irishnews.com) – Tim film dokumenter tentang pelanggaran hak asasi manusia terhadap pekerja armada penangkapan ikan Cina menyatakan bahwa warga Uyghur menjadi korban kerja paksa.
The Outlaw Ocean Project, yang dipimpin oleh mantan reporter investigasi New York Time, Ian Urbina, mengatakan perusahaan kapal dan pabrik pengolahan makanan laut Cina telah melakukan pelanggaran HAM, di antaranya berupa pemotongan gaji, jam kerja yang berlebihan, penyitaan paspor, pembatasan perawatan medis, bahkan kematian akibat kekerasan.
Sebagai bagian dari proyek yang berjalan empat tahun ini, tim tersebut telah menaiki kapal penangkap ikan di berbagai belahan dunia dan para pekerjanya sering kali memohon agar mereka diselamatkan, atau setidaknya memberi tahu anggota keluarga mereka bahwa mereka masih hidup.
Di lain waktu, ketika tim dokumenter tidak dapat memasuki kapal, mereka akan mengambil pendekatan baru dengan mengejar kapal menggunakan speedboat lalu melemparkan botol plastik berisi kuesioner ke dalam kapal.
Dengan melacak rantai pasokan makanan laut yang kompleks mulai dari kapal penangkap ikan hingga pasar swalayan di Eropa, penyelidikan tersebut menemukan bahwa sedikitnya dua importir besar Eropa melakukan kerja sama dengan pengolah di Cina yang menggunakan tenaga kerja paksa Uyghur.
Importir tersebut kemudian memasok Nomad Foods, “raksasa makanan laut Eropa” dengan omset $3 miliar (sekira 47 triliun rupiah) sepanjang tahun 2022, yang wilayahnya mencakup Irlandia, Inggris, Italia, Jerman, Prancis, dan Swedia.
Karena Cina memproses sebagian besar pasokan makanan laut dunia, Urbina mengatakan bahwa mendapatkan akses ke pabrik-pabrik pengolahan itu sangat sulit dilakukan di negara yang secara jurnalisme merupakan “kotak gelap yang tidak dapat ditembus”.
Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan mengambil rekaman kondisi dalam pabrik melalui ponsel secara diam-diam, menurut Urbina, para pekerja Uyghur adalah kelompok yang paling berisiko mengalami eksploitasi.
“Itu adalah hal yang sangat dramatis. Para pekerja Cina meminta untuk diselamatkan dan kondisinya sangat memprihatinkan,” ucapnya, menjelaskan kondisi warga Uyghur.
Pada suatu kesempatan di lepas pantai Afrika Barat, salah seorang di antara pekerja paksa itu hanya bisa menitipkan nomor telepon keluarganya.
“Kami berbicara dengan saudara perempuannya, seorang guru berpendidikan tinggi dari pedesaan di Cina. Dia menangis ketika kami memberi tahu dia bahwa kami menemukan saudara laki-lakinya,” katanya.
Namun, tak banyak yang bisa dilakukan Urbina ketika mendapati hal semacam itu.
“Jika saya memberitahu kapten kapal bahwa saya akan membawa kru kapal, saya tidak akan bisa keluar dengan selamat dari kapal itu,” jelasnya. (Irishnews.com)

Jurnalis investigasi Ian Urbina bersiap melemparkan botol berisi pertanyaan wawancara ke kapal penangkap ikan Cina. Itu merupakan bagian dari penyelidikan selama empat tahun terhadap kondisi buruk yang dihadapi para awak kapal, dan klaim bahwa ikan yang ditangkap berakhir di pasar swalayan Irlandia. (James Glancy untuk Outlaw Ocean Project)

Ian Urbina dari Ocean Outlaw Project membacakan kuesioner yang dia lemparkan ke kapal penangkap ikan Tiongkok untuk diisi oleh awak kapal. (Youenn Kerdavid/Sea Shepherd Global)

Anggota tim dokumenter AS yang menyelidiki pelanggaran HAM di laut menaiki kapal penangkap ikan. Outlaw Ocean Project menyatakan bahwa ikan yang ditangkap oleh armada penangkapan ikan Cina, tempat para pekerjanya mengalami kondisi yang keras, berakhir di pasar swalayan Irlandia. (The Outlaw Ocean Project)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
