Penjajah Zionis Perluas Penggunaan Sistem Pengenal Wajah di Kamera Pengawas di Wilayah Palestina
13 November 2023, 18:54.
Kantor pusat Hikvision di Hangzhou, Cina. Foto: AFP/Getty Images
BAITUL MAQDIS (The Guardian) – Di wilayah Palestina yang terjajah, kamera pengawas tersebar di mana-mana. Warga di Silwan, Baitul Maqdis Timur terjajah, mengatakan bahwa kamera dipasang oleh serdadu zionis ‘Israel’ di sepanjang jalan, bahkan mengarah ke dalam rumah mereka.
Seorang warga bernama Sara mengatakan; “Saya dan keluarga saya dapat dideteksi seolah-olah kamera pengawas ada di rumah kami. Kami tidak bisa nyaman berada di rumah sendiri dan harus berpakaian lengkap sepanjang waktu.”
Kamera-kamera ini telah menimbulkan efek mengerikan pada kehidupan sehari-hari warga Palestina yang hidup di bawah penjajahan, menurut penyelidik Amnesty International, yang sebelumnya telah menyatakan bahwa ‘Israel’ menerapkan sistem apartheid terhadap warga Palestina.
Di antara vendor di balik kamera pengintai ini terdapat perusahaan yang dituduh membantu genosida terhadap Muslim Uyghur: Hikvision. Berbasis di Hangzhou, Tiongkok, perusahaan ini adalah salah satu pembuat peralatan pengawasan terbesar di dunia.
Kehadiran kamera Hikvision di Tepi Barat pertama kali terungkap dalam laporan Amnesty bulan Mei, yang mendokumentasikan teknologi pengenal wajah yang disimpulkan oleh organisasi hak asasi manusia digunakan untuk memperkuat penjajahan ‘Israel’ di Tepi Barat dalam sebuah “represi digital”.
Amnesty melakukan survei di dua lingkungan di Tepi Barat, Baitul Maqdis Timur, dan Al-Khalil, tempat para pemukim haram ‘Israel’ mendirikan rumah yang melanggar hukum internasional.
Amnesty menemukan bahwa sistem pengenal wajah memberi rezim negara palsu ‘Israel’ alat baru yang ampuh untuk mengekang kebebasan bergerak; yang mempertebal lapisan kecanggihan teknologi sistem apartheid yang diterapkan ‘Israel’ terhadap warga Palestina”.
Laporan Amnesty mengidentifikasi puluhan perangkat Hikvision di kota tua Baitul Maqdis, dengan hampir 40 di antaranya ditemukan di infrastruktur keamanan dan permukiman ilegal di sekitar Silwan, yang dioperasikan oleh serdadu Zionis ‘Israel’ dan pemukim ilegal.
Laporan ini semakin relevan setelah para serdadu ‘Israel’ dan pemukim haram meningkatkan kekerasan terhadap warga Palestina di Tepi Barat.
Penyelidik Amnesty mengatakan, kamera-kamera tersebut sangat besar kemungkinannya terhubung ke Mabat 2000, jaringan pengawasan pengenalan wajah yang dikelola serdadu ‘Israel’ dan mencakup seluruh Kota Baitul Maqdis Timur.
Sistem pengawasan yang luas memungkinkan penjajah Zionis untuk mengidentifikasi pengunjuk rasa dan terus memantau warga Palestina, bahkan saat mereka melakukan aktivitas sehari-hari, sebut Amnesty.
Kemungkinan warga Palestina tidak mengetahui bahwa kamera-kamera pengawas itu menggunakan sistem pengenal wajah; untuk sekadar menyadari bahwa mereka diawasi terus-menerus, kata Matthew Mahmoudi, peneliti Amnesty International di bidang AI dan HAM.
Hal ini bukan tanpa dasar. Pada tahun 2021, Washington Post mengungkapkan keberadaan basis data besar yang disebut Wolf Pack, yang berisi gambar dan semua informasi yang tersedia mengenai 3 juta warga Palestina di Tepi Barat.
“Teknologi ini digunakan untuk membatasi kebebasan bergerak warga Palestina,” ucap Mahmoudi, “kebebasan Anda untuk bergerak, mengakses pekerjaan, pendidikan, maupun fasilitas medis akan terhambat karena penggunaan pengawasan berbasis AI seperti pengenalan wajah ini.”
“Kami melihat bagaimana teknologi ini akhirnya digunakan untuk menghalangi warga Palestina di tempat-tempat, seperti Silwan di Baitul Maqdis Timur yang menolak dan tidak setuju dengan perluasan permukiman ilegal,” kata Mahmoudi.
“Bahkan kehidupan keluarga mereka dan kegiatan sehari-hari yang sangat biasa tiba-tiba bisa dianggap tindakan perlawanan di hadapan aparat… (hal ini) mendasari bagaimana apartheid diterapkan pada warga Palestina,” tambah Mahmoudi. (The Guardian)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.