Situasi Lebih Berat Dibandingkan Cox’s Bazar, Muhajirin Rohingya Berupaya Keras Tinggalkan India
14 November 2023, 18:24.

Anak-anak Rohingya di kamp pengungsi Haryana, India. Foto: Irfan Hadi K
INDIA (Maktoob Media) – Pada tanggal 1 Juli 2022, Nur Hafez dan keluarganya sekali lagi melintasi perbatasan India-Bangladesh untuk kembali ke Cox’s Bazar, tempat hampir satu juta muhajirin Rohingya seperti dirinya tinggal di kamp pengungsian.
Pria berusia 41 tahun tersebut sebelumnya telah meninggalkan kamp pengungsian terbesar di dunia itu pada tahun 2017 bersama istri dan dua anaknya, untuk memasuki India secara ilegal dan menetap di ibu kota negara, New Delhi.
Dia memutuskan kembali ke Bangladesh karena dia tidak ingin dipenjara lagi dan tidak ingin hidup dalam ketakutan.
Pada tahun 2017, ketika tindakan keras militer yang brutal di Rakhine memaksa satu juta lebih warga Rohingya mengungsi ke luar negeri, Menteri Dalam Negeri India mengeluarkan arahan kepada pemerintah negara bagian untuk mengidentifikasi semua “imigran ilegal” untuk deportasi.
“Infiltrasi dari Negara Bagian Rakhine, Myanmar, ke wilayah India khususnya dalam beberapa tahun terakhir, selain menjadi beban terbatasnya sumber daya negara, juga memperburuk ancaman keamanan yang dihadapi negara,” demikian bunyi arahan tersebut.
Meskipun demikian, diperkirakan ada sekira 40.000 muhajirin Rohingya tinggal di India dan 18.000 di antaranya terdaftar di UNHCR. Namun, kartu identitas pengungsi pun tak mampu menghindarkan para muhajirin dari penangkapan dan penahanan di India.
Hafez mengatakan, “Kami dipanggil setiap minggu untuk penghitungan jumlah kepala oleh polisi setempat. Mereka selalu mengancam kami tentang penahanan. Saya tidak tahan lagi. Anak-anak saya disebut penyusup oleh siswa lain di sekolah.”
Hafez berusia sembilan tahun ketika keluarganya pindah ke Bangladesh pada tahun 1991. Pada tahun 2003, dia ditangkap saat mengunjungi kerabatnya di Myanmar dan dipenjara selama lima tahun.
Sebelum dia dibebaskan dan dikirim lagi ke Bangladesh pada tahun 2008, anggota keluarganya telah pindah ke Kanada.
“Setiap hari, warga Rohingya dilecehkan dan ditahan. Saya tidak ingin keluarga saya mengalaminya. Itu adalah kehidupan yang tidak bermartabat,” jelasnya.
Meskipun ia merasa sulit mendapatkan pekerjaan di kamp Cox’s Bazar, ia mengatakan bahwa keamanannya lebih baik.
“Beberapa orang telah kembali. Masih banyak lagi yang menunggu kesempatan,” tambah Hafez, seraya menyatakan banyak muhajirin Rohingya yang tak ingin lagi tinggal di India.
Human Rights Watch mendesak India agar tidak mendeportasi Muslim Rohingya ke Myanmar karena risiko serius yang bisa mereka hadapi di negara asalnya. (Maktoob Media)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.