Badan Intelijen Turkiye Berhasil Selamatkan Warga Palestina Peretas Iron Dome dari Serangan Mossad
27 November 2023, 16:55.

Markas Besar MIT di Ankara, Turkiye. Foto: Anadolu Agency
TURKIYE (Daily Sabah) – Badan Intelijen Nasional Turkiye (MIT) berhasil menyelamatkan Omar A. dari kemungkinan pembunuhan atau penculikan dalam operasi internasional dan memberikan perlindungan kepadanya setelah ia menjadi sasaran Mossad akibat meretas sistem pertahanan udara Iron Dome zionis ‘Israel’.
Peretasan Iron Dome terjadi pada tahun 2015 dan 2016 yang membantu Brigade Al-Qassam melancarkan serangan roket ke wilayah Palestina yang diduduki ‘Israel’.
Setelah tiga tahun melakukan pencarian, intelijen negara palsu ‘Israel’ menemukan bahwa Omar A., lulusan program komputer dari Universitas Islam Gaza, merupakan otak di baliknya.
Hal ini menempatkannya dalam daftar target penting bagi Mossad. Dalam upaya untuk mengelabuinya, mereka menawarinya pekerjaan melalui perusahaan perangkat lunak Norwegia pada tahun 2019, tetapi Omar yang curiga dengan keterlibatan ‘Israel’ menolak tawaran tersebut.
Pemuda itu lalu pindah ke Istanbul pada tahun 2020, tetapi Mossad terus mengejarnya di Turkiye. MIT juga mengetahui tempat keberadaannya di Turkiye karena latar belakangnya sebagai seorang peretas (hacker).
Pada April 2021, seorang agen bernama Raed Ghazal menghubunginya, mengaku sebagai manajer hak asasi manusia di perusahaan Prancis, Think Hire, sekali lagi menawarkan pekerjaan kepada Omar.
Bahkan Ghazal sempat “mewawancarai” Omar dua kali di Istanbul, mencoba meyakinkan dia untuk bergabung dengan perusahaan tersebut.
Setelah Ghazal, Omar Shalabi, agen Mossad lainnya, menghubunginya atas nama “perusahaan” Prancis. Dia menawarkan Omar $10.000 untuk membuat perangkat lunak bagi mereka. Omar melakukan pekerjaan itu dan mendapat bayaran yang dijanjikan.
Pada Juni 2022, agen Mossad lainnya yang menggunakan nama Nikola Radonij menghubungi Omar, menawarinya pekerjaan. Dia ditemani oleh tiga orang lainnya yang bekerja untuk intelijen ‘Israel’ dan menyamar sebagai tim pengembang.
Radonij bahkan mencoba membujuknya untuk mau pergi ke luar negeri untuk sebuah proyek karena Mossad bermaksud membawa Omar ke Tel Aviv guna diinterogasi. Omar hendak menerima tawaran tersebut, tetapi MIT menghubunginya dan memperingatkannya terhadap skema tersebut.
Meski begitu, agen Mossad tidak menyerah. Omar A. memutuskan untuk berlibur ke Malaysia pada September 2022. Departemen kontra-intelijen MIT kembali turun tangan dan memasang perangkat pelacakan di ponselnya setelah memperingatkannya terhadap kemungkinan penculikan saat berada di luar negeri.
Kecurigaan terbukti benar, Omar A. diculik beberapa hari kemudian di Kuala Lumpur dan dibawa ke sebuah kabin terpencil sekira 50 kilometer dari ibu kota Malaysia. Di sana, dia diinterogasi dan disiksa oleh tersangka yang bekerja untuk Mossad.
Dia ditanyai tentang metode yang dia gunakan untuk menyusup ke Iron Dome dan perangkat lunak peretasan berbasis Android yang dia kembangkan.
Ketika MIT mengetahui penculikan tersebut, mereka menghubungi pihak berwenang Malaysia. Perangkat pelacakan yang telah dipasang tadi, membantu mereka menentukan lokasi Omar A. ditahan.
Pasukan keamanan Malaysia menggerebek rumah tersebut dan menyelamatkan Omar A. Sebelas tersangka ditangkap sehubungan dengan penculikannya.
Omar A. kembali ke Turkiye dan dibawa ke rumah persembunyian yang disediakan oleh MIT. Badan intelijen tersebut juga menangkap Foad Osama Hijazi di Istanbul. Hijazi adalah salah satu agen Mossad yang bekerja dengan Nikola Radonij.
Pada tahun 2018, Fadi al-Batsh, seorang insinyur yang diduga terkait dengan Hamas, ditembak mati di dekat rumahnya di ibu kota Malaysia oleh dua pria bersenjata yang melarikan diri dari tempat kejadian.
Meskipun keluarganya menuduh agen mata-mata ‘Israel’ Mossad melakukan pembunuhan tersebut, Menteri Pertahanan negara palsu ‘Israel’ saat itu, Avigdor Lieberman, membantahnya.
Meski begitu, ‘Israel’ diyakini secara luas telah membunuh beberapa aktivis Palestina pada masa lalu, banyak dari mereka berada di luar negeri.
Pada tahun 1997, di Yordania, agen Mossad mencoba (dan gagal) membunuh pemimpin politik Hamas saat itu, Khaled Meshaal, dengan menyemprotkan racun ke telinganya.
Mossad juga diyakini berada di balik pembunuhan komandan tertinggi Hamas Mahmud al-Mabhuh pada tahun 2010 di sebuah hotel di Dubai.
Intelijen Turkiye sebelumnya mengungkap rencana serupa Mossad untuk memata-matai warga Palestina di negara tersebut. Pada bulan Juli, media melaporkan bahwa MIT mengungkap sel “hantu” yang terdiri dari 56 agen yang memata-matai warga negara non-Turkiye.
Media Turkiye juga melaporkan pada bulan Mei bahwa MIT berhasil menangkap sel lain yang terdiri dari 15 agen Mossad yang berbasis di Istanbul.
Para agen tersebut juga diketahui dilatih di Eropa oleh para eksekutif Mossad dan bertugas mengawasi sebuah perusahaan dan 23 individu yang menjadi sasaran negara palsu ‘Israel’.
Desember lalu, Turkiye mengungkap kelompok lain yang terdiri dari tujuh orang yang memata-matai warga Palestina untuk Mossad, yang menggunakan intelijen mereka untuk meluncurkan ancaman terhadap warga Palestina. (Daily Sabah)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.
