Sempat Terpisah, Warga Gaza Gunakan Masa Gencatan Senjata untuk Bersatu Kembali dengan Keluarga

29 November 2023, 22:03.

Wanita Palestina memanggang di atas api di luar rumah mereka yang hancur di Khezaa, distrik Khan Yunis, Gaza, 25 November 2023. Foto: AFP

GAZA (Middle East Eye) – Pelukan dan air mata. Itulah yang mewarnai ketika Iman Abuhassira akhirnya bisa bertemu lagi dengan keluarganya untuk pertama kalinya dalam hampir sebulan, saat jeda sementara pertempuran di Jalur Gaza.  

“Saya tidak menyangka akan bertemu mereka lagi,” kata Abuhassira, yang menemukan kembali ayah, ibu, dan empat saudara kandungnya.  

Warga di wilayah al-Nasr di Kota Gaza ini sebenarnya hanya tinggal beberapa menit dari rumah orang tuanya di lingkungan Sheikh Radwan.

Namun, setelah pengeboman terus-menerus oleh ‘Israel’ dan pemadaman komunikasi, dia dipisahkan dari mereka pada minggu ketiga serangan penjajah ‘Israel’ yang dimulai sejak tanggal 7 Oktober.  

Oleh karena itu, ketika gencatan senjata sementara antara pejuang Palestina dengan penjajah terjadi pada Jumat (24/11/2023) pagi, dia hanya memikirkan satu tujuan.  

“Saya membawa anak-anak saya dan menginap di rumah keluarga saya,” ucap Abuhassira, 28 tahun.  

“Suami saya pergi mengunjungi keluarganya, juga untuk pertama kalinya dalam sebulan. Saya tidur di rumah keluarga saya selama dua hari, lalu bergabung dengan suami saya.”  

Kisah serupa juga dibagikan oleh banyak warga lain di Jalur Gaza. 

Pengepungan, invasi darat dan pengeboman yang dilakukan penjajah ‘Israel’ selama hampir 50 hari telah mengubah kehidupan 2,1 juta orang yang tinggal di Gaza.  

Sedikitnya 15.000 warga sipil syahid, dan lebih dari 36.000 lainnya luka-luka, serta membuat hampir 1,7 juta orang mengungsi.  

Masuknya barang-barang komersial maupun bantuan kemanusiaan hampir sepenuhnya dilarang. Listrik dan komunikasi berulang kali terputus. Di tengah kondisi yang menyesakkan ini, banyak yang kehilangan kontak dengan orang yang mereka cintai.  

Gencatan senjata sementara yang disepakati memberikan warga Gaza waktu untuk istirahat sejenak dan kesempatan untuk bersatu kembali dengan orang-orang yang mereka cintai.  

Kesepakatan tersebut, yang awalnya berlaku selama empat hari, namun kemudian diperpanjang hingga Kamis (30/11/2023), memungkinkan masuknya lebih banyak truk bantuan kemanusiaan ke Gaza dan memfasilitasi pertukaran tawanan antara penjajah ‘Israel’ dengan Hamas.  

Saat-saat yang Mengerikan 

Pada hari-hari awal operasi pengeboman ‘Israel’, Abuhassira masih bisa mengunjungi keluarganya, meskipun ada risiko yang harus dihadapi. 

“Saya meninggalkan anak-anak bersama ayah mereka di rumah karena saya sadar saya bisa syahid kapan saja dalam perjalanan ke sana,” katanya, seraya menambahkan bahwa dia melakukan perjalanan itu tiga kali dalam tiga minggu pertama.  

Namun, setelah minggu keempat risikonya menjadi terlalu tinggi.  

“Pengeboman itu tidak masuk akal dan pasukan penjajah [‘Israel’] mulai bergerak maju ke beberapa wilayah.”  

Selain karena ayahnya seorang pengidap kanker, kekhawatiran Abuhassira diperparah dengan pemadaman telekomunikasi yang diberlakukan oleh penjajah pada tanggal 27 Oktober, pada awal operasi darat mereka. 

Ketika penjajah ‘Israel’ menghujani dengan bom dalam beberapa serangan udara besar, Abuhassira tidak dapat menelepon, mengirim SMS, maupun menemui keluarganya karena pemadaman listrik total di Gaza.  

“Itu adalah saat-saat yang paling menakutkan,” kenangnya, “saya tidak tahu apakah orang tua dan saudara saya masih hidup atau mati syahid.”  

Pemadaman listrik, yang berlangsung selama sekira 36 jam, menyebabkan wilayah pesisir tersebut berada dalam kekacauan total karena warga tidak dapat saling menghubungi, termasuk untuk meminta bantuan petugas pertahanan sipil atau ambulans.  

Bahkan setelah pemadaman listrik, koneksi internet di seluruh Gaza masih lemah sehingga menghambat upaya Abuhassira untuk bisa menelepon keluarganya. Seiring serangan penjajah yang tidak juga berakhir, ketakutannya terus membayangi. 

“Sekarang gencatan senjata akan segera berakhir, saya tidak tahu kapan saya bisa bertemu mereka lagi,” terangnya. (Middle East Eye)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Dalam 50 Hari, Serdadu Penjajah Zionis Bunuh 225 Warga Palestina di Tepi Barat 
Ikhtiar Bertahan di Musim Dingin, Muhajirin Suriah Membakar Sampah agar Keluarganya Tetap Merasa Hangat   »